Mengkontruk teoritik untuk kebijakan perkembangan wilayah

Kabupaten Rote Ndao dengan kondisi lingkungan yang kering, masyarakat tidak dapat menilai bagaimana kondisi lingkungan hidupnya. Masyarakat sering kesulitan mencari air bersih, apalagi pada musim kemarau. Program pembuatan ‘embung-embung’ untuk tandon air di musim kemarau di beberapa tempat telah dilaksanakan. Bencana longsor kadang terjadi karena hutan gundul, maka warga diwajibkan menanam dan memelihara 5-10 pohon per kepala keluarga. Kesadaran masyarakat Rote akan lingkungan hidup tinggi dan pemerintah daerah serius menanganinya. Kabupaten Mamasa yang terletak di pegunungan dapat dikatakan sebagai wilayah yang terisolir karena akses ke Mamasa hanya ada satu jalan dengan kondisi sempit, menanjak, berkelok-kelok dan rusak. Berhawa dingin, dan lebih dari setengah wilayahnya hutan. Apabila hujan, sering terjadi longsor, apalagi hutan banyak yang rusak. Tidak ada program-program penanggulangan lingkungan dan kepedulian pemerintah dan masyarakat terhadap lingkungan hidup kurang. . 2. Ketiga kabupaten telah menunjukkan perkembangannya. Kabupaten Rote Ndao telah mengalami kemajuan yang pesat dalam penyelenggaraan pemerintahannya, melebihi kabupaten induknya sehingga keberlanjutannya dapat dipertahankan. Kabupaten Rokan Hilir pemekarannya tidak berhasil melebihi kabupaten induknya, tetapi dengan kekayaannya dapat mensejahterakan masyarakatnya. Untuk keberlanjutannya perlu dilakukan pengawsan dari pusat. Kabupaten Mamasa dapat dikatakan tidak berprestasi sama sekali dalam melaksanakan otonominya apabila dibandingkan dengan induknya, artinya tidak dapat berkembang sehingga perlu dibina atau malah dapat digabung kembali apabila dalam akhir masa pembinaan tidak dapat berkembang. 3. Teori Christaller tentang lokasi pusat dan teori mesin pertumbuhan Molotch dapat diterapkan di Kabupaten Rote Ndao, untuk di Kabupaten Rokan Hilir perlu didukung teori path-goal. Di Kabupaten Mamasa tidak dapat diterapkan karena tidak ada birokrasi yang kuat dan fungsi spasial dari infrastruktur. Teori mesin pertumbuhan Growth Machine Theory dari Molotch dan teori lokasi pusat dari Christaller diperlukan adanya pra kondisi untuk bekerjanya. Seperti birokrasi atau pemerintahan yang kuat dan fungsi-fungsi spasial dari infrasturktur yang ada. Untuk posisi daerah otonom yang efisien, efektif dan mandiri serta dapat survive diperlukan teori yaitu teori mesin pertumbuhan dari Molotch dan teori lokasi pusat dari Christaller yang dimodifikasi dengan teori-teori lainnya. .6.2 Saran 1. Kabupaten Rokan Hilir dan pendukung utama perekonomiannya adalah sektor pertambangan dan penggalian yang berkontribusi terhadap PDRBadhk kecenderungannya menurun, maka untuk dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya melalui sektor basis : pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan yang berkontribusi selalu meningkat setiap tahunnya. Untuk mengendalikan pendatang memang tidak mudah, oleh karena itu untuk dapat mengimbangi pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut, lapangan pekerjaan harus diperbanyak dan diperluas, investor diundang untuk mengolah hasil perkebunan rakyat kelapa sawit yang melimpah di wilayah Rokan Hilir. 2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Rote Ndao masih bisa ditingkatkan dari sektor jasa sektor basis yang setiap tahunnya meningkat, dengan cara mempromosikan wisata pantai yang telah dikenal melalui internet dan jejaring lainnya. Sektor industri terutama industri rumah tangga kerajinan tangan dan produk lainnya perlu digalakkan dan dibentuk koperasi untuk menampung dan membantu memasarkan produknya. Walaupun begitu sektor pertanian, terutama sub sektor peternakan dan perikanan sebagai sektor basis perlu didorong sehingga tidak terus melambat. Keluarga berencana tetap harus digalakkan, sehingga pertumbuhan penduduknya tetap lebih rendah dari pertumbuhan ekonominya. 3. Kabupaten Mamasa untuk mengurangi kesenjangan pendapatan dapat dilakukan dengan mendorong sektor basis terutama perkebunan dengan megolah hasil kebun kopi di wilayah Mamasa, sehingga dapat menimbulkan multiplier effect. Potensi wisata yang banyak dan luar biasa dapat didorong dengan membangun akses jalan yang memadai. 4. Program kesehatan gratis bagi masyarakat miskin di Kabupaten Rote Ndao perlu diperluas dengan pemberian gizi makanan tambahan untuk anak sekolah sehingga dapat mengurangi persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, karena menurut perhitungan BPS 2009, berpengaruh negatif terhadap IPM. Artinya semakin tinggi persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan angka kesakitan di suatu provinsi menyebabkan IPM provinsi itu justru semakin rendah. Selain itu, program TU’U untuk pendidikan diperluas tidak hanya untuk sekolah tingkat dasar saja, tetapi untuk anak-anak yang cerdas bisa sampai perguruan tinggi. Sektor informal seperti kerajinan lontar, tenun ikat dan sebagainya perlu diperkuat dengan memberikan wadah koperasi dan bantuan modal. 5. Untuk mengurangi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Rote Ndao, selain menggerakkan sektor informal, juga dapat melalui pemberian bantuan bibit ternak pada masyarakat sistem bagi hasil, dan bantuan modal untuk nelayan. Dengan luasnya padang pengembalaan dan lautan, maka akan dapat menunjang program tersebut. 6. Pelayanan publik merupakan tujuan dari pembentukan daerah otonom, oleh karena itu di tiga kabupaten pemekaran perlu segera dibuat SOP standard operating procedure pelayanan dalam peraturan bupati dan disosialisasikan di tempat-tempat pelayanan publik sehingga masyarakat mengetahui dan memahaminya. 7. Forum komunikasi budaya yang anggotanya tokoh adat dan tokoh masyarakat diperkuat dengan rekuitmen anggota yang mengakar di masyarakat, sehingga berwibawa dan dapat berperan dengan baik dalam menghidupkan budaya lokal dan dapat membantu meredam gejolak di masyarakat. 8. “Embung-embung” perlu diperbanyak untuk menjaga ketersediaan air di musim kemarau, apalagi hari hujan pendek yang kurang dari delapan hari hujan di Kabupaten Rote Ndao. Perlu sangsi tegas terhadap perusak lingkungan di Kabupaten Rokan Hilir dan di Kabupaten Mamasa, karena kerusakan lingkungan berdampak serius terhadap kehidupan masyarakat. 9. Berdasarkan fakta di tiga kabupaten pemekaran, maka pembentukan daerah otonom baru seharusnya lebih dahulu diperkuat sistem birokrasinya dan spasial infrastrukturnya. Moratorium pemekaran daerah dipertahankan sampai selesainya peraturan perundangan penataan daerah sesuai dengan agenda Desai Besar Penataan Daerah Desartada 2010- 2025 yang telah disusun Kementrian Dalam Negeri. 10. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya; serta tingkat efisiensi, efektivitas dan kemandirian kabupaten pemekaran. DAFTAR PUSTAKA Adi Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas : Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Adisasmita Rahardja. 2008. Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori. Yogyakarta : Graha Ilmu. Alikodra, Hadi S dan HR Syaukani. 2004. Bumi Makin Panas, Banjir Makin Luas : Menyibak Tragedi Kehancuran Hutan. Bandung : Yayasan Nuansa. Albrecht Karl. 1985. Pengembangan Organisasi. Edisi Bahasa Indonesia. Penterjemah Syariful Anwar. Bandung : Percetakan Angkasa. [Anonim]. 2006. DefinisiPengertian Sentralisasi dan Desentralisasi – Ilmu Ekonomi Manajemen. Organisasi.Org Komunitas dan Perpusatakaan Online Indonesia. Tue, 23052006 [Anonim]. 2008, Analisis Ahli Keuangan, Ekonomi, Geografi, Kependudukan, Manajemen Pemerintahan, Adminsitrasi Publik, Pertahanan Keamanan serta Politik dan Sosial Budaya terhadap Pemekaran Wilayah. tidak dipublikasikan. Anwar Affendi dan Rustiadi Ernan. 2000. Perspektif Pembangunan Tata Ruang Spasial Wilayah Perdesaan Dalam Rangka Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Anwar Affendi. 1995. Kebijaksanaan Ekonomi Untuk Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup Dalam Rangka Pembangunan Wilayah. makalah, disampaikan pada Seminar Sehari “Peningkatan Kemampuan Industri Berwawasan Lingkungan Hidup, Menuju Pembangunan Ekonomi Nasional Dalam Era Globalisasi”, Sekolah Tinggi Management Industri, Departemen Perindustrian, Jakarta 8 Juni 1995. Arikunto Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Cetakan Pertama, edisi ke-4. Yogyakarta : Aditya Media. Azra Azyumardi. 2010. Dimensi Politik Pembentukan Daerah Otonom. Jurnal Ilmu Pemerintahan : Jurnal Pencerahan Untuk Memajukan Pemerintahan. Edisi 33 Tahun 2010. Jakarta : MIPI. Basri Faisal dan Munandar Haris. 2009. Lanskap Ekonomi Indonesia – Kajian dan Renungan Terhadap Masalah-masalah Struktural, Transformasi Baru, dan Prospek Perekonomian Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Baswan Hasan. 2009. Evaluasi Kemampuan Pelaksanaan Otonomi Daerah EKPOD – Kemungkinan Aplikasi EKPOD Aspek Pelayanan Dasar Berdasarkan PP No. 6 Tahun 2008 di Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Jakarta : Program Pascasarjana MAPD IPDN.