Pembangunan daerah selama ini menganut sistem sektoral. Rustiadi et.al 2009 mengutip pendapat Lewis 1967 berpendapat bahwa perkembangan suatu wilayah
akan mengalami stagnasi bila hanya satu sektor saja yang dikembangkan. Sebagai contoh, perkembangan sektor pertanian yang tanpa diikuti oleh sektor industri akan
memperburuk term of trade sektor pertanian tersebut akibat kelebihan produksi atau tenaga kerja. Akhirnya pendapatan di sektor pertanian anjlok depresif dan
rangsangan penanaman modal baru dan pembaharuan tidak terangsang lagi. Jadi pembangunan sektoral yang selama ini dilakukan sebaiknya ditinggalkan
dan dilakukan pembangunan yang berimbang dan berwawasan wilayah. Apalagi kewenangan pemerintah daerah sangat luas dalam mengelola potensi di wilayahnya
dan dapat menerapkan pembangunan berimbang dan berwawasan kewilayahan.
5.4 Ikhtisar
Modifikasi Klassen tipologi mempunyai kelebihan yaitu dapat mengetahui jarak masing-masing kabupaten dan dapat diterapkan pada semua indikator yang diperlukan.
Dengan Klassen tipology yang dimodifikasi, Kabupaten Rokan Hilir masuk pada klasifikasi “daerah maju tetapi tertekan”, Kabupaten Rote Ndao masuk dalam
klasifikasi “daerah relatif tertinggal”, sedangkan Kabupaten Mamasa masuk klasifikasi “daerah berkembang cepat”.
Pembangunan ekonomi di Kabupaten Rokan Hilir dengan capaian pendapatan per kapita PDRB per kapita yang tinggi, mempunyai sektor basis pertambangan dan
penggalian dan sektor pertanian. Perekonomiannya terkonsentrasi pada sektor basis pertambangan dan penggalian. Kabupaten Rokan Hilir mempunyai banyak sektor yang
mempunyai daya saing tinggi kecuali sektor jasa dan pengangkutan. Semua sektor perekonomian di Kabupaten Rokan Hilir pertumbuhan rata-ratanya lebih lambat
dibandingkan pertumbuhan rata-rata nasional. Sektor yang paling maju adalah sektor pertambangan dan penggalian. Kabupaten Rote Ndao kegiatan ekonominya menyebar
dan berimbang ke semua sektor. Kabupaten Rote Ndao tidak mempunyai sektor ekonomi yang berdaya saing tinggi, semua sektor kalah bersaing dengan sektor-sektor
ekonomi lain yang berasal dari luar wilayah. Sektor basis di Kabupaten Rote Ndao adalah sektor pertanian, terutama sub sektor peternakan, perikanan dan tanaman
pangan. Semua sektor perekonomian maju, yang paling maju sektor industri
pengolahan non migas. Kabupaten Mamasa sebagai ‘daerah cepat berkembang’. Perekonomiannya menyebar dan berimbang di semua sektor, utamanya di sektor
pertanian. Mamasa tidak mempunyai sektor ekonomi yang berdaya saing. Sektor basis perekonomiannya di sektor pertanian utamanya sub sektor perkebunan kopi.
Infrastuktur di Mamasa sangat memprihatinkan sehingga menghambat arus barang dan jasa. Sektor yang paling maju adalah sektor pertanian, utamanya perkebunan yang
juga merupakan sektor basis. Pembangunan manusia di Kabupaten Rokan Hilir paling tinggi dan dengan
pendapatan per kapita yang melebihi nasional serta penduduk miskin yang relatif rendah, maka Kabupaten Rokan Hilir berhasil membangun manusianya dan sekaligus
mengurangi penduduk miskin. Kabupaten Rote Ndao mempunyai IPM dan pendapatan per kapita yang paling rendah, tetapi Kabupaten Rote Ndao paling banyak program-
program yang pro-rakyat dan pengentasan kemiskinan. Sedangkan Kabupaten Mamasa yang mempunyai penduduk miskin besar tidak mempunyai program-program
pengentasan kemiskinan. Kabupaten Rokan Hilir yang mempunyai penduduk miskin rendah mempunyai program-program pengentasan kemiskinan.
Pelayanan publik yang dilaksanakan di tiga kabupaten ‘baik’, tetapi paling baik adalah Kabupaten Rote Ndao. Kabupaten Rokan Hilir yang kaya raya pelayanan
publiknya menurut persepsi masyarakat paling rendah, karena kantor-kantor pelayanan masih menyewa sehingga kurang memuaskan masyarakat. Kehidupan masyarakat di
Kabupaten Rote Ndao paling harmonis yang dibuktikan dengan berdirinya gereja dan masjid berdampingan di Kelurahan Ba’a Kecamatan Lobalain. Kalau ada konflik di
Kabupaten Rote Ndao dan Mamasa penyelesaiannya melibatkan tokoh masyarakat, sedangkan di Kabupaten Rokan Hilir tidak melibatkan. Lingkungan hidup di
Kabupaten Rote Ndao terpelihara karena pemerintah dan masyarakat serius mengelola dengan program-programnya. Di Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Rokan Hilir
tidak mempunyai program-program pengelolaan lingkungan hidup. Teori mesin pertumbuhan Growth Machine Theory Molotch dan teori lokasi
pusat dari Christaller dapat berlaku penuh di Kabupaten Rote Ndao. Di Kabupaten Rokan Hilir kedua teori dapat berlaku apabila didukung oleh teori path-goal. Untuk di
Kabupaten Mamasa kedua teori tidak berlaku karena tidak didukung oleh sistem birokrasi dan fungsi spasial yang memadai.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Kesejahteraan masyarakat di tiga kabupaten pemekaran : a. Berdasarkan Klassen Typology yang dimodifikasi, Kabupaten Rokan Hilir adalah
kabupaten pemekaran yang “daerah maju tetapi tertekan”, Kabupaten Rote Ndao yang merupakan “daerah relatif tertinggal”, dan Kabupaten Mamasa sebagai daerah pemekaran
yang “daerah berkembang cepat”. b. Ditinjau dari pembangunan ekonomi di Kabupaten Rokan Hilir yang kaya raya dan
berbasis pertambangan dan penggalian mempunyai pertumbuhan PDRB yang luar biasa besar dan cepat, tetapi laju pertumbuhan penduduknya cepat dan melebihi laju
pertumbuhan PDRBnya yang dengan minyak dan gas, tetapi apabila minyak dan gas dihilangkan maka pertumbuhan ekonominya melebihi pertumbuhan penduduk nya.
Kabupaten Rote Ndao yang berbasis pertanian – relatif tidak merusak lingkungan – semakin meningkat dan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari
pertumbuhan penduduknya dan laju pertumbuhan ekomomi kabupaten induknya, maka dapat diharapkan pembangunan yang dilaksanakan dapat berlanjut dan mensejahterakan
masyarakat. Kabupaten Mamasa pertumbuhan ekonominya melebihi pertumbuhan penduduknya tetapi lebih rendah daripada kabupaten induknya. Berdasarkan indeks
diversitas entropy, Kabupaten Rote Ndao memiliki nilai tertinggi, disusul Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Rokan Hilir. Artinya perekonomian di Kabupaten Rote Ndao
lebih menyebar dan berimbang dibandingkan kabupaten lainnya. Kabupaten Rote Ndao tidak mempunyai daya saing sektor, sedangkan di Kabupaten Rokan Hilir semua sektor
mempunyai daya saing kecuali pengangkutan dan jasa. Kabupaten Mamasa mempunyai daya saing sekot utamanya pada sektor pertanian.
c. Kabupaten Rokan Hilir memiliki IPM tinggi dan persentase penduduk miskin relatif kecil. Kategori ini adalah kondisi yang ideal, karena mampu menekan angka kemiskinan
dan sekaligus dapat meraih capaian pembangunan manusia yang tinggi. Kabupaten Rote Ndao dengan IPM rendah dan persentase penduduk miskin tinggi, meskipun dalam empat
tahun dapat menekan angka kemiskinan yang cukup besar. Keadaan ini adalah kondisi yang paling kurang. Kabupaten Mamasa IPMnya mencapai menengah ke atas tetapi
penduduk miskinnya bertambah. d. Persepsi masyarakat terhadap pelayanan publik di tiga kabupaten adalah ‘baik’. Tetapi
apabila dicermati, persepsi masyarakat di Kabupaten Rote Ndao lebih baik daripada Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Rokan Hilir. Pelayanan publik di Kabupaten Rokan
Hilir paling rendah, artinya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat dalam meminta pelayanan paling tidak pasti dan keadilan pelayanan juga kurang. Jadwal waktu
pelayanan di Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Mamasa paling meragukan, artinya jadwal pelayanan tidak pasti.
e. Kehidupan sosial kemasyarakatan di Kabupaten Rote Ndao cukup harmonis, tercermin pada keberadaan tempat ibadah masjid dan gereja yang berdampingan bahkan dapat
dikatakan bersebelahan seperti di Kecamatan Labalain, Kelurahan Ba’a, di mana umat masing-masing agama dapat melaksanakan aktivitas ibadahnya sehari-hari tanpa merasa
terganggu dan diganggu dengan kegiatan ibadah umat lainnya. Masyarakat Rote Ndao termasuk tinggi aktivitasnya, hal tersebut juga ditunjang adanya organisasi masyarakat
yang cukup banyak dan beragam di Kabupaten Rote Ndao. Kehidupan sosial kemasyarakatan di Kabupaten Mamasa cukup harmonis. Hal ini tercermin pada
keberadaan para pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Mamasa yang bermacam-macam keyakinan agamanya. Begitu pula di Kabupaten Rokan Hilir. Apabila
terjadi konflik, di Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Mamasa penyelesaiannya melibatkan tokoh masyarakat atau tokoh adat, sedang di Kabupaten Rokan Hilir tidak
melibatkan. Masyarakat di tiga kabupaten setuju, masalah konflik lebih baik dibawa ke ranah hukum dan dicari akar permasalahannya.
f. Kondisi lingkungan hidup di Kabupaten Rokan Hilir dengan iklim tropis dan curah hujan rata-rata 277,94 mmtahun 2009, temperatur udara berkisar antara 26
– 32 C. Musim
kemarau umumnya terjadi pada bulan Februari sampai dengan Agustus, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan September sampai Januari dengan jumlah hari hujan
rata-rata 52 hari. Tidak ada program untuk menanggulangi bencana lingkungan hidup seperti kebakaran lahan yang sering terjadi. Kesadaran masyarakat akan lingkungan
hidup rendah dan pemerintah daerah kurang serius menanganinya.
Kabupaten Rote Ndao dengan kondisi lingkungan yang kering, masyarakat tidak dapat menilai bagaimana kondisi lingkungan hidupnya. Masyarakat sering kesulitan mencari air
bersih, apalagi pada musim kemarau. Program pembuatan ‘embung-embung’ untuk tandon air di musim kemarau di beberapa tempat telah dilaksanakan. Bencana longsor
kadang terjadi karena hutan gundul, maka warga diwajibkan menanam dan memelihara 5-10 pohon per kepala keluarga. Kesadaran masyarakat Rote akan lingkungan hidup
tinggi dan pemerintah daerah serius menanganinya. Kabupaten Mamasa yang terletak di pegunungan dapat dikatakan sebagai wilayah yang
terisolir karena akses ke Mamasa hanya ada satu jalan dengan kondisi sempit, menanjak, berkelok-kelok dan rusak. Berhawa dingin, dan lebih dari setengah wilayahnya hutan.
Apabila hujan, sering terjadi longsor, apalagi hutan banyak yang rusak. Tidak ada program-program penanggulangan lingkungan dan kepedulian pemerintah dan
masyarakat terhadap lingkungan hidup kurang. . 2. Ketiga kabupaten telah menunjukkan perkembangannya. Kabupaten Rote Ndao telah
mengalami kemajuan yang pesat dalam penyelenggaraan pemerintahannya, melebihi kabupaten induknya sehingga keberlanjutannya dapat dipertahankan. Kabupaten Rokan Hilir
pemekarannya tidak berhasil melebihi kabupaten induknya, tetapi dengan kekayaannya dapat mensejahterakan masyarakatnya. Untuk keberlanjutannya perlu dilakukan pengawsan dari
pusat. Kabupaten Mamasa dapat dikatakan tidak berprestasi sama sekali dalam melaksanakan otonominya apabila dibandingkan dengan induknya, artinya tidak dapat berkembang
sehingga perlu dibina atau malah dapat digabung kembali apabila dalam akhir masa pembinaan tidak dapat berkembang.
3. Teori Christaller tentang lokasi pusat dan teori mesin pertumbuhan Molotch dapat diterapkan di Kabupaten Rote Ndao, untuk di Kabupaten Rokan Hilir perlu didukung teori path-goal. Di
Kabupaten Mamasa tidak dapat diterapkan karena tidak ada birokrasi yang kuat dan fungsi spasial dari infrastruktur. Teori mesin pertumbuhan Growth Machine Theory dari Molotch
dan teori lokasi pusat dari Christaller diperlukan adanya pra kondisi untuk bekerjanya. Seperti birokrasi atau pemerintahan yang kuat dan fungsi-fungsi spasial dari infrasturktur
yang ada. Untuk posisi daerah otonom yang efisien, efektif dan mandiri serta dapat survive diperlukan teori yaitu teori mesin pertumbuhan dari Molotch dan teori lokasi pusat dari
Christaller yang dimodifikasi dengan teori-teori lainnya.