Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cerita adalah suatu bentuk tuturan sebuah kisah yang benar-benar terjadi ataupun tidak, dan cerita
merupakan salah satu bentuk sastra yang berupa tulisan maupun tuturan.
2.2.1.2 Unsur-unsur Cerita
Dalam sebuah cerita diperlukan unsur-unsur yang dapat membangun sebuah cerita. Unsur pembangun cerita mencakup tema, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut
pandang, amanat, dan sarana kebahasaan Musfiroh 2008: 33-43. Berikut ini dipaparkan pengertian masing-masing unsur tersebut
1 Tema
Musfiroh 2008: 33 menyatakan bahwa tema adalah makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Tema dapat juga diartikan sebagai gagasan, ide, atau pikiran
utama yang mendasari sebuah karya sastra. Menurut Suharianto 2005: 17 tema adalah suatu karya sastra yang dapat
tersurat dan dapat pula tersirat. Disebut tersurat apabila tema tersebut dengan jelas dinyatakan oleh pengarangnya. Disebut tersirat apabila tidak secara tegas dinyatakan,
tetapi terasa dalam keseluruhan cerita yang dibuat pengarang. Tema merupakan dasar pengarang dalam meyusun sebuah cerita. Tema
merupakan pokok permasalahan yang mendominasi sebuah cerita. Dengan menentukan tema, pengarang dapat menjabarkannya menjadi sebuah kerangka
karangan yang disusun menjadi sebuah cerita yang utuh.
Kosasih 2012: 61 menambahkan bahwa untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu. Bisa saja
temanya itu dititipkan pada unsur penokohan, alur, ataupun pada latar. Untuk dapat merumuskan tema cerita fiksi, seorang pembaca harus terlebih dahulu mengenali
unsur-unsur intrinsik yang dipakai oleh pengarang untuk mengembangkan cerita fiksinya.
2 Alur atau plot
Suharianto 2005: 18 mengemukakan bahwa alur atau plot adalah cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan
hukum sebab akibat sehingga merupakan kesatuan padu, bulat, dan utuh. Alur atau plot berisi urutan kejadian. Kejadian- kejadian dalam sebuah cerita
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu menyebabkan peristiwa yang lain.
Kosasih 2012: 63 menyatakan bahwa secara umum jalan cerita terbagi ke dalam lima bagian, yaitu: 1 Pengenalan situasi cerita exposition, dalam bagian ini
pengarang ini memperkenalkan para tokoh, menata adegan dan hubungan antar tokoh; 2 Pengungkapan peristiwa complication, dalam bagian ini disajikan
peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya; 3 Menuju pada adanya konflik rising
action, terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan bebgai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh; 4 Puncak konflik
turning point, bagian ini disebut juga bagian klimaks, inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan; 5 Penyelesaian ending, sebagai akhir cerita yang
berisi penjelasan tentang nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak.
3 Penokohan dan perwatakan
Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya,
keyakinannya, dan adat istiadatnya Suharianto 2005: 20. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa dalam
cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi ada juga yang berwujud binatang, tumbuhan, maupun benda-benda yang tidak hidup. Tokoh cerita biasanya
memiliki kemiripan dengan individu tertentu dalam kehidupan nyata. Hana 2011:43 mengemukakan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang
mengalami berbagai peristiwa di dalam cerita. Dalam sebuah cerita diperlukan tokoh cerita yang jelas dan sederhana untuk mengidentifikasi tokoh jahat dan tokoh baik.
Kosasih 2012: 68 menyatakan bahwa untuk menggambarkan karakter seorang tokoh, pengarang dapat menggunakan teknik analitik dan teknik dramatik.
Teknik analitik yaitu karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang, sedangkan teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui: 1 penggambaran
fisik dan perilaku tokoh; 2 penggambaran lingkungan kehidupan tokoh; 3
penggambaran tata kebahasaan tokoh; 4 pengungkapan jalan pikiran tokoh; 5 penggambaran oleh tokoh lain.
4 Latar
Musfiroh 2008: 42 mengemukakan bahwa latar adalah unsur cerita yang menunjukkan kepada penikmatnya dimana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita
berlangsung. Waktu terjadinya cerita dapat semasa dengan kehidupan pembaca dan dapat
pula sekian bulan, tahun, atau masa yang sudah lampau. Sedangkan tempatnya dapat di suatu desa, kantor, kota, daerah, bahkan negara mana saja.
Kosasih 2012: 67 mengemukakan bahwa latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan
demikian apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun
kejadian-kejadian yang berada dalam latar itu.
5 Sudut pandang
Musfiroh 2008:
40 mengemukakan
bahwa sudut
pandang mempermasalahkan siapa yang menceritakan atau dari kacamata siapa cerita
dikisahkan. Sudut pandang mempengaruhi pengembangan cerita, kebebasan dan keterbatasan cerita, kebebasan dan keterbatasan cerita, dan keobjektivitasan hal-hal,
yang diceritakan. Pemilihan sudut pandang mempengaruhi penyajian cerita dan mempengaruhi penyajian cerita dan mempengaruhi penikmatnya, dalam hal ini anak-
anak. Sudut pandang mempermasalahkan siapa yang menceritakan atau dari
kacamata siapa yang dikisahkan. Dalam cerita lisan, disamping berperan sebagai narator yang maha tahu, pencerita juga harus dapat memainkan peran tokoh-tokoh
dalam cerita. Dengan demikian pencerita dituntut dapat memainkan peran tokoh- tokoh dan narator sekaligus.
Kosasih 2012: 69 megemukakan bahwa posisi pengarang dalam membawakan cerita terdiri atas dua macam, yaitu: 1 Berperan langsung sebagai
orang pertama, sebagai tokoh yang terlihat dalam cerita yang bersangkutan. Pengarang memakai istilah aku dalam ceritanya, ia menjadi tokoh di dalam cerita
tersebut; 2 Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat. Pengarang mempergunakan kata ia, dia, atau memakai nama orang. Pengarang tidak memegang
peranan apapun.
6 Amanat Musfiroh 2008: 35 menyatakan bahwa amanat adalah pesan yang
disampaikan oleh pengarang dalam karyanya. Amanat dalam cerita biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran.
Kosasih 2012:71 menyatakan bahwa amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui
karyanya itu. Tidak jauh berbeda dengan bentuk cerita lainnya, amanat dalam cerpen akan disimpan rapid an disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita.
Amanat dapat disampaikan langsung pada saat bercerita biasanya disampaikan pada akhir cerita. Ada pencerita yang tidak langsung menyampaikan
amanat cerita tersebut, melainkan disampaikan melalui unsur- unsur cerita
7 Sarana kebahasaan Bahasa sastra memiliki ciri tersendiri. Demikian juga dengan bahasa cerita
untuk anak-anak. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri bentuk kebahasaan seperti pilihan kata, struktur kalimat, dan bentuk-bentuk bahasa tertentu Musfiroh 2008: 43.
Dalam hal ini pencerita memiliki peranan untuk dapat memilih kata dan menyusunnya menjadi sebuah cerita yang menarik dan dapat diterima oleh
pandengar. Kosasih 2012: 71 menyatakan bahwa penggunaan bahsa berfungsi untuk
menciptakan suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh.
Unsur-unsur cerita merupakan hal yang sangat penting yang ada dalam sebuah cerita. Masing-masing unsur saling terkait satu sama lain.
2.2.1.3 Kriteria Pemilihan Cerita