7 Secara berkelompok, siswa mempelajari cerita yang telah didapat; 8 Siswa membuat pokok-pokok cerita;
9 Siswa diminta untuk berlatih bercerita secara berangkai sesuai dengan cerita yang dipilih. Kerja kelompok dibatasi 20 menit;
10 Guru mengundi kelompok untuk tampil menyajikan hasil kerjanya untuk dipertunjukkan pada kelompok lain;
11 Satu kelompok maju ke depan kelas untuk bercerita dengan alat peraga wayang golek di depan kelas secara bergantian, yaitu dengan melanjutkan cerita dari
temannya dan begitu seterusnya; 12 Kelompok lain menilai hasil kerja kelompok yang maju;
13 Perwakilan kelompok memberikan komentar terhadap kelompok lain yang dinilai dan diberi penguatan oleh guru.
Pembelajaran bercerita melalui teknik cerita berangkai dengan media wayang golek diharapkan dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran. Selain itu,
proses pembelajaran menjadi lebih bervariasi dan menarik.
2.7 Kerangka Berpikir
Keterampilan bercerita sangat penting sehingga perlu ditingkatkan agar setiap siswa dapat menyampaikan informasi dengan baik kepada orang lain. Dalam
bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai
macam perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, ataupun keinginan membagikan pengalaman yang diperoleh.
Penggunaan teknik cerita berangkai dan media wayang golek diharapkan mampu menarik siswa dan memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran
sehingga kompetensi dasar bercerita dengan alat peraga dapat meningkat. Pembelajaran dengan media wayang golek dapat memotivasi siswa agar aktif
mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan bercerita, karena dengan media ini dapat membuat siswa yang enggan untuk bercerita dapat bermain dengan cara
monolog. Dalam permainan wayang golek ekspresi seorang pencerita memang tidak begitu diperhatikan, sehingga anak yang tidak dapat bercerita di depan umum dapat
ditutupi oleh wayang golek yang dimainkannnya. Pembelajaran keterampilan bercerita melalui teknik cerita berangakai dengan
media wayang golek yang dilakukan oleh peneliti diharapkan semua masalah pembelajaran bercerita di dalam kelas dapat teratasi. Guru harus bisa menciptakan
suasana pembelajaran bercerita yang menarik agar siswa antusias dalam kegiatan pembelajaran.
2.8 Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika dalam pembelajaran bercerita diterapkan teknik cerita berangkai dengan media wayang golek maka keterampilan
bercerita siswa kelas VII-I SMP Negeri 3 Kudus akan mengalami peningkatan, dalam kegiatan belajar mengajar juga mengalami perubahan yang lebih baik.
45 Siklus II
S
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas PTK. Dengan demikian, penelitian ini berbasis kelas yang melibatkan komponen yang ada di dalam
kelas yaitu siswa, guru, materi pelajaran, dan teknik pembelajaran yang terangkum dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.
Penelitian tindakan kelas ini mencakup 4 aspek pokok, yaitu 1 perencanaan, 2 tindakan, 3 observasi, dan 4 refleksi. Keempat tahap tersebut dilaksanakan
secara bertahap dan sistematis. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Permasalahan-permasalahan yang muncul pada siklus I
merupakan permasalahan yang harus dipecahkan pada siklus II. Berikut ini adalah
gambar penelitian yang akan dilaksanakan:
Desain penelitian
1. Perencanaan 1. Perencanaan
4. Refleksi
Siklus I
2. Tindakan 4. Refleksi 2. Tindakan 3. Observasi 3. Observasi
Gambar 1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas