4.1.2.4 Refleksi Siklus II
Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II, ternyata hasil kemampuan bercerita melalui teknik cerita berangkai dengan menggunakan media wayang golek
yang diperoleh siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kelas yaitu 70. Nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 71,51 dan termasuk kategori baik.
Perilaku siswa menjadi lebih baik dibanding dengan siklus I. Siswa memperhatikan penjelasan guru saat pembelajaran berlangsung, tidak berbicara sendiri dengan
temannya. Hal tersebut menghasilkan situasi pembelajaran yang kondusif. Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui perubahan perilaku siswa pada
siklus II mengalami perubahan kearah positif, sebagian besar siswa sudah mampu berkonsentrasi dan memperhatikan penjelasan dari guru dengan baik. Siswa yang
semula tidak bersemangat, bermalas-malasan menjadi lebih serius, dan bersungguh- sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Dari hasil jurnal siswa dan jurnal guru tidak
terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran bercerita melalui teknik cerita berangkai dengan menggunakan media wayang golek. Suasana kelas
sudah kondusif dan siswa sudah mampu mengikuti seluruh proses pembelajaran dengan baik.
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa siswa menyatakan sudah mampu bercerita melalui teknik cerita berangkai dengan menggunakan wayang golek.
Berdasarkan hasil dokumentasi, menunjukkan bahwa siswa serius dalam mengikuti
pembelajaran dan menjalankan tugas dari peneliti dengan baik sehingga suasana kelas menjadi kondusif.
Pada siklus II, menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh siswa, pada siklus I nilai rata-rata siswa sebesar 60,96 dan termasuk kategori cukup,
sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sebesar 71,51 dan termasuk kategori baik. Dari hasil nilai rata-rata pada siklus II telah mencapai target batas
ketuntasan belajar yaitu 70 dan sudah menunjukkan kategori baik. Hasil data nontes memperlihatkan perubahan tingkah laku yang lebih baik dibanding dengan siklus I.
Siswa sudah dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik selama pembelajaran berlangsung.
Mereka lebih termotivasi dalam pembelajaran sehingga nilai tes mereka menjadi lebih baik. Pembelajaran pada siklus II merupakan tindakan perbaikan dari
pembelajaran pada siklus I. Pada siklus I masih banyak dijumpai kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Kesulitan-kesulitan tersebut kemudian dicarikan jalan keluar
untuk diterapkan pada pembelajaran siklus II. Pada pembelajaran siklus II guru memberikan motivasi kepada siswa serta membuat suasana lebih santai agar dapat
mengurangi ketegangan, guru lebih kreatif untuk menciptakan suasana yang lebih menyenangkan supaya siswa lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.
Guru menyampaikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa, agar kesalahan siswa tidak diulangi lagi.
Pembelajaran bercerita melalui teknik cerita berangkai dengan media wayang golek ini menjadikan siswa lebih santai dan percaya diri, sehingga mereka lebih
mudah dan tidak takut untuk bercerita. Dari hasil tes dan nontes yang telah tercapai oleh siswa selama proses pembelajaran bercerita melalui teknik cerita berangkai
dengan menggunakan media wayang golek pada siklus II, maka tidak perlu dilakukan pelaksanaan siklus berikutnya.
4.2 Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini meliputi pembahasan mengenai kompetensi bercerita dan perubahan perilaku siswa selama proses pembelajaran bercerita melaui
teknik cerita berangkai dengan menggunakan media wayang golek siswa kelas VII-I SMP Negeri 3 Kudus pada hasil penelitian siklus I dan siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian siklus I, kompetensi bercerita siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari perolehan nilai tes bercerita yang berada dalam kategori
cukup dan belum memenuhi standar ketuntasan belajar yang ditargetkan. Selain itu, perilaku atau respon siswa dalam pembelajaran bercerita melalui teknik cerita
berangkai dengan media wayang golek menunjukkan sikap negatif terhadap pembelajaran bercerita. oleh karena itu, peneliti melakukan tindakan agar kompetensi
bercerita meningkat dan diikuti perubahan perilaku siswa kelas VII-I SMP Negeri 3 Kudus ke arah yang positif. Perlakuan itu diwujudkan dalam pembelajaran pada
siklus II.