Lingkungan Umum Analisis Lingkungan Eksternal

55

BAB VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Analisis lingkungan bisnis perusahaan merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu kemampuan strategis dengan mengintegrasikan antara peluang-peluang yang ada dengan kemampuan atau kekuatan yang dimiliki perusahaan, untuk dapat mengantisipasi adanya ancaman dari luar perusahaan dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada Wheelen dan Hunger, 1992. Restoran Rice Bowl Botani Square dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan internal yang ada di sekitarnya. Hasil analisis penelitian ini menggambarkan kondisi eksternal dan internal yang mempengaruhi jalannya operasional perusahaan dan mempengaruhi perencanaan strategis yang sesuai dengan kondisi lingkungan tersebut.

6.1. Analisis Lingkungan Eksternal

6.1.1. Lingkungan Umum

Lingkungan umum adalah faktor lingkungan eksternal yang merupakan lingkungan jauh operasional perusahaan. Lingkungan umum dipengaruhi oleh faktor politik dan hukum, sosial, ekonomi dan teknologi. 1 Lingkungan Politik dan Hukum Kota Bogor termasuk dalam wilayah Jabotabek yang memiliki kedudukan yang sangat penting. Dalam Instruksi Presiden No. 13 Tahun 1976, disebutkan bahwa Jabotabek merupakan kawasan yang mempunyai arti dan kedudukan strategis pada tata ruang nasional. Peran Jabotabek adalah sebagai Megacity dengan fungsinya sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, permukiman, 56 industri, pariwisata dengan skala pelayanan internasional dan regional Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat, 2000. Seiring dengan peningkatan jumlah usaha pendukung industri pariwisata di kota Bogor, pemerintah menetapkan peraturan izin usaha dan retribusi. Pasal 12 Perda Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Usaha Kepariwisataan mengatur perizinan badan usaha atau perorangan yang mengajukan usaha kepariwisataan wajib dikenakan retribusi. Peraturan ini dilaksanakan berdasarkan UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Retribusi Daerah, dimana tarif yang dikenakan pada konsumen sebesar 10 persen dari total pesanan. Adanya peraturan dan perundang-perundangan yang jelas, serta dukungan besar pemerintah terhadap usaha restoran telah mampu menciptakan atmosfer lingkungan politik dan hukum yang aman bagi usaha restoran. Keamanan dan lingkungan Kota Bogor yang kondusif sangat mendukung pertumbuhan usaha restoran. Dukungan pemerintah Jawa Barat terhadap industri pariwisata ditunjukkan dengan adanya Visit West Java Year 2008. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mempromosikan Jawa Barat, termasuk Kota Bogor sebagai daerah wisata bertaraf internasional. Tentu saja untuk mencapai tujuan ini, pemerintah sangat mendukung perkembangan dan pembangunan sarana pariwisata, termasuk restoran. 2 Lingkungan Sosial, Budaya dan Demografi Jumlah penduduk kota Bogor mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Tabel 12 menunjukkan, bahwa hingga tahun 2006 jumlah penduduk mencapai 57 879.138 jiwa dengan kepadatan penduduk 7,419 jiwakm 2 . Pertumbuhan penduduk ini memperluas pangsa pasar usaha restoran di kota Bogor. Tabel 12. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2002-2006 Tahun Jumlah Penduduk jiwa Kepadatan Penduduk jiwakm 2 Luas wilayah 118,50 km 2 2002 789.423 6,662 2003 820.707 6,926 2004 831.571 7,017 2005 855.085 7,216 2006 879.138 7,419 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2007 Kota Bogor merupakan wilayah dengan mayoritas penduduk bersuku bangsa Sunda. Namun saat ini, keanekaragaman suku bangsa penduduk Kota Bogor semakin meningkat. Hal ini didukung oleh letak Kota Bogor yang dekat dengan ibukota dan berfungsi sebagai penyangga ibukota, sehingga dijadikan sebagai alternatif pemukiman yang nyaman dan tenang. Perkembangan Kota Bogor saat ini sangat pesat, berbagai macam fasilitas umum semakin banyak dibangun untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Kota Bogor yang semakin meningkat. Cara hidup masyarakat Kota Bogor saat ini sudah sangat modern dan praktis. Minat masyarakat Bogor terhadap mall sebagai pusat perbelanjaan one stop shopping saat ini semakin tinggi. Masyarakat lebih menyukai segala sesuatu yang praktis dan mall dipandang mampu memenuhi berbagai macam kebutuhan dengan hanya mendatangi satu tempat saja. Perubahan gaya hidup masyarakat kota Bogor merupakan peluang usaha bagi Restoran Rice Bowl Botani Square. Animo masyarakat Kota Bogor terhadap event dan exhibition yang sering diadakan di Botani Square sangat tinggi, terutama bila terdapat penampilan artis maupun tokoh terkenal. Event dan exhibition yang diadakan di Botani Square 58 sangat beranekaragam, baik untuk kalangan anak-anak, dewasa maupun umum. Peningkatan jumlah pengunjung yang dapat mencapai tiga kali lipat merupakan peluang besar bagi usaha restoran yang berada di Botani Squre. Isu flu burung yang masih marak hingga saat ini juga menjadi salah satu ancaman usaha restoran di Kota Bogor. Walaupun hampir seluruh restoran sudah menjamin keamanan produknya untuk dikonsumsi, namun ketakutan masyarakat cenderung lebih besar sehingga menghindari konsumsi unggas. Dampak isu flu burung berdampak pada penurunan tingkat penjualan hampir di sebagian besar restoran. 3 Lingkungan Ekonomi Pendapatan dan Daya Beli Masyarakat Kota Bogor Kinerja perekonomian kota Bogor digambarkan oleh PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan tahun 2000. Tabel 13 menunjukkan bahwa pada periode 2003-2006 laju pertumbuhan PDRB per kapita Kota Bogor rata-rata mengalami peningkatan sebesar 3,29 persen setiap tahunnya. Peningkatan pendapatan masyarakat kota Bogor ini menunjukkan daya beli masyarakat yang semakin meningkat pula. Tabel 13. Perkembangan dan Laju Pertumbuhan PDRB per Kapita Kota Bogor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 2003-2006 Tahun PDRB Jutaan Rupiah PDRB Per Kapita Rp Laju Pertumbuhan PDRB per Kapita 2003 3.168.185,54 3.860.313 2,02 2004 3.361.438,93 4.042.275 4,71 2005 3.567.231,21 4.171.786 3,20 2006 3.782.273,71 4.307.152 3,24 Rata-Rata 3,29 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2007 59 Peningkatan pendapatan masyarakat kota Bogor mendorong pertumbuhan usaha restoran di Kota Bogor. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan lapangan usaha yang memberikan kontribusi pendapatan daerah terbesar bagi kota Bogor Tabel 14. Berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan, subsektor restoran mampu memberikan kontribusi rata-rata 5,3 persen per tahun terhadap total PDRB Kota Bogor. Tabel 14. PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2005-2006 dalam Jutaan Rupiah No Sektor Pendapatan Harga Berlaku Harga Konstan 2005 2006 2005 2006 1. Pertanian 17.822,53 19.149,26 12.716,02 11.723,85 2. Industri Pengolahan 1.461.302,82 1.751.094,22 1.002.371,58 1.059.336,89 3. Listrik, Gas dan Air Bersih 143.978,23 164.147,74 112.491,07 119.970,03 4. Bangunan 393.350,16 445.595,77 266.037,24 276.736,82 5. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.597.085,00 2.981.610,77 1.071.266,44 1.140.875,92 Subsektor Restoran 326.064,89 399.684,52 196.288,04 201.850,01 6. Pengangkutan dan Komunikasi 641.123,70 815.849,89 344.684,12 368.420,39 7. Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 618.496,92 729.621,54 489.525,53 522.979,72 8. Jasa-Jasa 318.759,54 350.672,90 268.139,21 282.230,09 Total 6.191.918,90 7.257.742,09 3.567.231,21 3.782.273,71 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2007 Kenaikan Harga Bahan Makanan dan BBM Terjadinya kenaikan harga akan berdampak pada biaya produksi yang semakin tinggi sehingga akan mengurangi tingkat keuntungan yang dihasilkan. Kenaikan harga bahan makanan yang meningkat tajam sejak Desember hingga Januari menyebabkan sebagian usaha restoran mengurangi jumlah produksinya. Kondisi ini merupakan salah satu ancaman yang dihadapi usaha restoran hingga 60 saat ini, mengingat bahan makanan sebagai bahan baku usaha mereka sangat sensitif terhadap perubahan harga. Kelangkaan bahan bakar minyak tanah dan gas elpiji menghambat keberlangsungan kegiatan produksi restoran. Kelangkaan ini menyebabkan kenaikan harga yang dapat menjadi ancaman usaha restoran. Pada Desember 2007, harga elpiji tabung 50 kg dan elpiji curah sebesar 5.852 rupiah per kg. Kenaikan harga terjadi pada bulan Januari 2008, dimana harga elpiji tabung 50 kg menjadi 9.131 rupiah per kg dan elpiji curah sebesar 8.928 rupiah per kg. Tentu saja kenaikan harga elpiji yang mencapai 54 persen ini sangat berdampak pada peningkatan biaya produksi usaha restoran 3 . Tingkat Inflasi dan Suku Bunga Tingkat inflasi yang ada juga turut mempengaruhi kemampuan berkembang usaha restoran. Pada triwulan pertama 2008 ini, tekanan inflasi di Indonesia terlihat meningkat. Kenaikan harga bahan makanan yang terjadi meningkat tajam pada Desember hingga Januari serta kenaikan harga minyak tanah adalah penyebab utama tingginya inflasi yang terjadi. Pada bulan Maret 2008, tingkat inflasi mencapai 0,95 persen. Walaupun nilai ini lebih kecil daripada angka inflasi pada Januari sebesar 1,77 persen, namun angka tersebut jauh diatas rata-rata tingkat inflasi yang biasanya terjadi di bulan Maret. Biasanya pada bulan Maret, tingkat inflasi mulai menurun dengan dimulainya masa panen beras. Namun tahun ini dampak penurunan harga beras tidak cukup kuat untuk menekan dampak kenaikan harga bahan makanan lainnya. 3 Harian Kompas, 7 April 2008 halaman 27, Kolom Metropolitan. Penurunan Harga Elpiji 50 Kg Dipertanyakan”. 61 Tingginya tingkat inflasi ini merupakan salah satu ancaman bagi usaha restoran, karena akan mengurangi daya beli masyarakat terhadap produk yang ditawarkan 4 . Tingkat inflasi yang berfluktuasi dalam perekonomian Indonesia mempengaruhi usaha pengembangan restoran. Fluktuasi ini menimbulkan kondisi ketidakpastian ekonomi. Seringkali pelaku usaha maupun pihak manajemen yang ingin mengembangkan usahanya mengalami kesulitan dalam memprediksi tingkat keuntungan yang akan diperolehnya. 4 Lingkungan Teknologi Kemajuan teknologi saat ini mengubah produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses manufaktur, posisi persaingan dan lainnya. Adaptasi tinggi terhadap perubahan teknologi akan membantu usaha restoran untuk menciptakan pasar baru, pengembangan produk, pengefektifan biaya serta keunggulan tersendiri distinctive competitive diantara pesaingnya. Perkembangan teknologi saat ini merupakan peluang besar bagi pengembangan usaha restoran. Saat ini, restoran tidak hanya berfungsi sebagai tempat makan, namu n juga sebagai tempat berkumpul atau “nongkrong”. Karena itu banyak restoran yang menawarkan berbagai macam fasilitas, termasuk teknologi, untuk membuat pengunjung nyaman dan merasa betah. Perkembangan teknologi yang umumnya dipakai dalam restoran antara lain internet hotspot, music player, serta teknologi dalam administrasi dan manajemen. 4 Harian Kompas, 7 April 2008 halaman 10, Kolom Bisnis dan Keuangan. “Analisis Danareksa : Suku Bunga Tidak Harus Naik “. 62

6.1.2. Lingkungan Industri