Penelitian tentang Konsep Nafs dalam Al Qur’an Suatu Kajian Tentang

23 Masalah pokok itu tersimpul dari formulasi pertanyaan yang tersusun sebagai berikut: a. Bagaimana gambaran umum teori al-Ghazali tentang pendidikan akhlak berdasarkan konsep tazkiyat al-nafs? b. Bagaimana gambaran umum teori Kornadt tentang pengembangan motif agresi remaja dikaitkan dengan praktik pengasuhan anak? c. Dimana persamaan pemikiran al-Ghazali dan Kornadt berkaitan dengan pengembangan akhlakkarakter melalui pendidikan keluarga? d. Dimana perbedaan pemikiran al-Ghazali dan Kornadt berkaitan dengan pengembangan akhlakkarakter dalam pendidikan keluarga? e. Dapatkah teori al-Ghazali dan teori Kornadt digabungkan pada tataran praktis sehingga dapat disusun teori baru tentang pengembangan akhlakkarakter melalui pendidikan keluarga?

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan Beberapa Penelitian di Indonesia:

1. Penelitian tentang Konsep Nafs dalam Al Qur’an Suatu Kajian Tentang

Nafs dengan Pendekatan Tafsir Maudu`i. Penelitian ini dilakukan oleh Achmad Mubarok. Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1999. Hasil Penelitian: Sebagai sisi dalam manusia, nafs merupakan penggerak tingkah laku yang mendorong manusia untuk melakukan suatu perbuatan yang dikehendaki. Sebagai penggerak tingkahlaku, nafs memiliki potensi yang secara konsepsional mengantar manusia pada tingkahlaku adil dan benar serta keberagaman yang hanîf, namun kekuatan penggerak kepada kejahatan sangat kuat desakannya sehingga banyak manusia justru dikuasai oleh dorongan-dorongan kepada kejahatan. Dalam merespons stimulus yang dijumpai, nafs bekerja pada sistem yang sangat rumit, melibatkan subsistem 24 qalb hati, `aql akal dan basîrah hati nurani.. Dalam sistem nafs, qalb menduduki posisi paling sentral, yakni sebagai alat untuk memahami dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, yang dalam proses bekerjanya dibantu oleh subsistem akal yang memiliki kemampuan berfikir dan basîrah yang memilki konsistesi kejujuran. Meski nafs mempunyai dorongan kuat kepada keburukan, tetapi ia bisa ‘dibentuk’ hingga menjadi berkualitas tinggi suci atau rendah kotor. Menurut Al-Quran, pada mulanya nafs manusia itu secara fitri bersifat nafs zakiyyah, tetapi interaksi dalam proses stimulus dan respons dapat mengantar nafs pada tingkat Lawwâmah, yakni nafs yang senantiasa menyesali diri karena merasa kurang mengambil peluang secara optimal. Selanjutnya nafs dapat meningkat ke martabat nafs mutmainnah, yakni nafs yang telah mencapai tingkat ketenangan di bawah rida Tuhan, atau sebaliknya terjerumus pada tingkat Ammârah, yakni nafs yang lebih cenderung kepada kejahatan. Kualitas tingkah laku manusia sangat dipengaruhi oleh kualitas nafs. Tingkah laku positif yang dikerjakan secara berkesinambungan oleh sesorang berperan dalam menumbuh suburkan dorongan-dorongan kepada kebaikan dan menekan dorongan-dorongan kepada keburukan. Usaha mengubah tingkahlaku manusia dapat diukur dengan mengubah kualitas nafs, yakni dengan mengubah cara berfikir dan cara merasanya. Sistem nafs yang dimiliki manusia menyebabkan tingkahlaku manusia dapat diukur dengan kriteria tanggungjawab. 2. Penelitian tentang Sistem Motif Agresi Remaja Studi Perbandingan mengenai Pembentukan Sistem Motif Agresi pada Kelompok Remaja Pelaku Tindakan Kriminal dan Remaja Non Pelaku Tindakan Kriminal di Jakarta dalam Kaitannya dengan Praktik Pengasuhan Anak. Penelitian ini dilakukan oleh Charletty Choesyana Soffat. Program Pascasajana Universitas Indonesia, Jakarta, 1998. Hasil Penelitian: lihat lampiran 25 3 Penelitian tentang Sistem Motif Agresi Pada Remaja Suatu Studi Mengenai Cerminan Adat dalam Praktek Pengasuhan Anak, terhadap Pembentukan Sistem Motif Agresi, pada Remaja Batak-Toba. Penelitian ini dilakukan oleh Ponpon Harahap. Program Pascasajana Universitas Padjadjaran, Bandung, 1987. Hasil Penelitian: 1. Terdapat sejumlah korelasi positif yang sangat signifikan antara perlakuan orang tua yang meningkatkan maupun perlakuan orang tua yang menghambat, baik dari ayah maupun ibu, dengan kedua komponen sistem motif agresi pada remaja 2. Motif Agresi dan kecederungan menyeluruh untuk bertindak agresif pada remaja laki-laki Batak-Toba di Jakarta lebih tinggi daripada remaja laki-laki Batak-Toba di Belige. 3. Remaja Batak-Toba di Belige lebih terikat pada nilai-nilai tradisional daripada remaja Batak-Toba di Jakarta. Beberapa Penelitian di Luar Negeri 1. Sejumlah penelitian membuktikan ada hubungan antara karakteristik keluarga terutama pola asuh anak dan tingkah laku agresi pada remaja. Konsensus yang muncul dari penelitian - penelitian tersebut adalah bahwa orang tua yang bersikap dingin, menolak dan berorientasi hukuman yaitu menerapkan power-assertive discipline, cenderung untuk mempunyai anak yang memperlihatkan agresi dengan tingkah laku yang lebih tinggi dari tingkat rata–rata. 38

2. Penelitian tentang praktik pengasuhan anak child-rearing practices yang