81 dari masa remaja, bukanlah keyakinan pikiran, akan tetapi adalah kebutuhan
jiwa.
30
Letak perbedaan pokok antara do’a anak-anak dan do’a remaja adalah anak-anak memohon kepada Allah agar terlepas dari azab neraka, karena ia takut
akan hukuman luar yang dapat dirasa, ia tak dapat membayangkan adanya hukuman batin rasa dosa. Sedangkan pada remaja, do’anya adalah untuk
memohon bantuan Allah supaya ia terlepas dari gejolak jiwanya sendiri dan tertolong dalam menghadapi dorongan-dorongan nalurinya, karena ia takut akan
hukuman batin yang abstrak itu.
C. Pendidikan Akhlak melalui Keluarga
Ditinjau dari ilmu agama Islam, kedua orangtua memiliki kewajiban penuh dalam mempersiapkan anak menjalani kehidupan dan melindunginya dari
kehinaan serta mengarahkannya agar tumbuh menjadi insan Tuhan yang berakhlak terpuji. Pendidikan merupakan hak anak dari orangtuanya, bukan
sebagai hadiah atau pemberian dari orangtua kepada anak Dengan kata lain, pendidikan anak adalah tanggung jawab orang tua. Allah S.W.T telah
memerintahkan kepada setiap orangtua untuk mendidik anak-anak mereka, dan bertanggung jawab atas pendidikan anak.
Hal ini diisyaratkan oleh al-Qur’ân surat al-Tahrîm66:6:
p k r ’ fl » t
t ß ˇ q ª Z t B u
q Ł 3 | ¡
R r 3
˛ = d r u r
Y t R
y d q Ł u r
¤ ¤ Z 9 o u
y f ˇ t ł : u r p k
n = t p s3 ˝ · fl » n = t B
x ˇ y
ˇ w
t b q `
Ł t t B
NŁ d t t B r
30
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:Bulan Bintang, 1996, hal. 91-94
82
t b q Ł = y Ł ł t
u r t B
t b r sD sª
˙ ˇ ¨
31
Keluarga merupakan kumpulan dari individu-individu yang satu sama lain
terikat oleh sistem kekeluargaan. Suami isteri atau ayah dan ibu adalah pilar
utama keluarga dimana dari sana berkembang sebuah keluarga besar. Adapu ciri hidup kekeluargaan adalah adanya ikatan emosionil yang alami, konstan dan
sering mendalam dalam dinamika hubungan solidaritas, dimana dalam keadaan normal terdapat rasa saling ketergantungan, saling membutuhkan serta saling
melindungi. Keluarga merupakan unit terkecil masyarakat, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di dalam suatu masyarakat pun sebenarnya ada sifat-sifat
kekeluargaan.
32
Keluarga dibangun dari individu-individu yang masing-masing memiliki keunikan psikologis oleh karena itu berbeda dengan membangun rumah yang
cukup dengan pendekatan teknis, sementara membangun keluarga diperlukan menggunakan
pendekatan psikologis.
Merupakan suatu
kekeliruan memperlakukan manusia sebagai benda mati yang bisa dipindah-pindah sesuka
hati, atau seperti binatang yang bisa digiring sesuka penggembala. Manusia memiliki persepsi, memiliki cara berpikir dan cara merasa yang khas dan
memiliki kehendak yang sesuai dengan kondisi obyektif jiwanya. Kehidupan keluarga sebenarnya lebih kompleks dibanding dunia pendidikan, tetapi
pendekatan psikologis terhadap masalah-masalah keluarga masih sedikit sekali yang dilakukan secara profesional. Mungkin karena kehidupan rumah tangga
merupakan fenomena universal maka para ahli lebih memillih membiarkan
31
Q.S 66:6. Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
32
Mubarok, Achmad, Psikologi Keluarga, Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa, Cetakan Pertama, Jakarta:Bina Rena Pariwara, 2005, hal. 2
83 rumah tangga berjalan secara alamiah di masyarakat dibanding memikirkannya
secara ilmiah profesional.
33
Berkaitan dengan pembentukan karakter, terdapat tiga lingkaran lingkungan, yakni; keluarga, sekolah dan masyarakat. Meski ketiganya saling
mempengaruhi, tetapi pendidikan keluarga paling dominan pengaruhnya.
Jika suatu rumah tangga berhasil membangun keluarga sakinah, maka peran sekolah dan masyarakat menjadi pelengkap. Jika tidak maka sekolah kurang
efektif, dan lingkungan sosial akan sangat dominan dalam mewarnai keluarga. Pada masyarakat modern, pengaruh faktor lingkungan sangat kuat dan bisa
menjadi ancaman terutama pengaruh budaya yang menyesatkan misal pornografi, karena ia bukan saja berada diluar rumah, tetapi menyelusup masuk
ke dalam rumah, sehingga menimbulkan penyakit sosial tersendiri, yakni penyakit manusia manusia modern.
Anak adalah amanah atau titipan Allah kepada orang tuanya dimana orang tua berkewajiban memelihara dan mendidiknya agar anak itu terpelihara dan
berkembang potensinya hingga ia kelak menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan maksud penciptaannya Sesuatu yang dititipkan adalah sesuatu yang
penjagaannya dipercayakan kepada orang yang dititipi hingga suatu saat sesuatu itu akan diambil oleh yang menitipkan. Maksud menitipkan adalah agar sesuatu
yang dititipkan itu tetap terjaga dan terlindungi keberadaannya. Tanggung jawab memelihara sesuatu yang dititipkan itulah yang disebut amanah.
34
Ketika seorang anak pertama kali lahir ke dunia dan melihat apa yang ada di dalam rumah di sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari
sebuah gambaran kehidupan. Bagaimana awalnya dia harus bisa melangkah dalam hidupnya di dunia ini. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima
33
Mubarok, Achmad, Psikologi Keluarga, Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa, Cetakan Pertama, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005, hal. 2
34
Mubarok, Achmad, Psikologi Keluarga, Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa, Cetakan Pertama, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005, hal. 237
84 segala bentuk apa saja yang datang mempengaruhinya. Maka tingkah laku anak
akan dibentuk oleh setiap pengaruh yang datang dalam dirinya. Menurut Al- Ghazali, anak adalah amanat bagi orang tuanya., hatinya bersih, suci, dan polos.
Kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak akan selalu menerima segala apa yang diukir padanya, dan akan cenderung terhadap apa saja yang
mempengaruhinya. Maka apabila dia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscaya tingkah laku anak terbentuk baik. Sehingga kedua orang tuanya
akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Anak akan menjadi orang yang terdidik, orang yang baik. Namun apabila si anak dibiasakan untuk
melakukan kejahatan dan ditelantarkan bagaikan binatang liar, maka anak akan sengsara dan celaka. Dosanya akan ditanggung langsung oleh kedua orang tuanya
sebagai penanggung jawab dari Allah.
35
Dengan memahami betapa besar pengaruh lingkungan rumah bagi kehidupan anak, maka kedua orangtuanya memiliki kewajiban penuh dalam
mempersiapkan anak dan melindunginya dari kehinaan serta mengarahkannya agar ruh agama dan kemuliaan tumbuh di dalam jiwanya. Orang tua ayah dan
ibu adalah penanggung jawab pendidikan anak. Oleh karena itu, bila orang tua mengkondisikan kehidupan anak di dalam persemaian yang buruk, maka mereka
akan diminta pertanggungjawabannya dan akan diazab Allah disebabkan telah menjerumuskan permata yang sangat berharga dan mulia ke dalam kesesatan
yang nyata, juga akan diazab untuk kedua kalinya karena mereka telah menjerumuskan diri mereka sendiri ke dalam keburukan itu pula.
Rasulullah Saw. menjadikan pendidikan anak sebagai tanggung jawab penuh orangtua. Ibnu ‘Umar berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda, yang artinya:“Setiap diri kalian adalah pemimpin. Dan ia akan dimintai
35
Lihat Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Hafizh, Muhammad Nur Abdul, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Cet. Ketiga terjemahan, Bandung :
Bayan. 1998.
85 pertanggungan jawab terhadap apa yang ia pimpin. Seorang imam adalah
pemimpin, ia akan dimintai pertanggungan jawab terhadap yang dipimpinnya rakyatnya. Setiap laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan ia akan
dimintai pertanggungan jawab terhadap yang ia pimpin. Setiap perempuan adalah pemimpinnya di dalam rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggungan
jawab pula dengan apa yang ia pimpin. Seorang pembantu adalah pemimpin di dalam harta majikannya dan ia akan dimintai pertanggungan jawab atas hartanya.
Setiap dirimu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungan jawab atas yang ia pimpinnya” HR Muttafaq ‘Alaih.
Rasulullah Saw. pun sampai mengatur ketentuan yang mendasar tentang besarnya pengaruh kedua orang tua dalam membentuk agama anaknya.
Orangtualah yang
paling berpengaruh
terhadap perkembangan anak.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, yang artinya: ”Tidak ada seorang pun dilahirkan kecuali dalam keadaan
fitrah suci. Kedua orangtuanyalah yang memjadikannya sebagai orang Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.”
Dalam ajaran Islam dinyatakan bahwa pendidikan merupakan hak anak dari orangtuanya, bukan sebagai hadiah atau pemberian dari orangtua kepada anak.
Sebagaimana Rasulullah telah bersabda, yang artinya: ”Sesungguhnya Allah telah menanamkan abrâran golongan yang berbuat baik karena mereka telah
berbuat baik kepada orangtua dan anak mereka. Sebagaimana kamu memiliki hak atas anakku, demikian pula anakmu memiliki hak atasmu.” HR Bukhari dalam
kitabnya Al-Adabul Mufrad.
Menurut Zakiah Daradjat pertumbuhan kecerdasan anak sampai umur enam tahun masih terkait kepada alat inderanya. Maka dapat dikatakan bahwa anak
86 pada umur 0-6 tahun berpikir inderawi. Artinya anak belum mampu memahami
hal yang maknawi abstrak. Oleh karena itu pendidikan, pembinaan iman dan akhlak anak, belum dapat menggunakan kata-kata verbal, akan tetapi diperlukan
contoh, teladan, pembiasaan dan latihan yang terlaksana di dalam keluarga sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, yang terjadi secara alamiah.
Misalnya ibu-bapak yang saleh, sering terlihat oleh anak, mereka sedang shalat, berdo’a dengan khusuk, dan bergaul dengan sopan santun yang dapat ditiru. Dan
si anak juga mendengar orang tuanya membaca Al Qur’an, berdo’a dan mengajak anaknya memohon kepada Allah. Di sana-sini di dalam rumah, terdapat pigura
yang terpajang di dinding, macam-macam perhiasan yang terdapat di dalam dan di luar rumah, di pekarangan, halaman rumah dan taman-taman yang sering
tampak oleh anak, semuanya bernafaskan Islam.
36
Adanya kecenderungan meniru dan unsur identifikasi di dalam jiwa si anak, akan membawanya kepada meniru
orang tuanya.
Hubungan Remaja Dengan Orang Tuanya. Menurut Zakiah Daradjat,
di antara masalah penting yang dihadapi orang tua dengan anak-anaknya yang mulai meningkat remaja, adalah sulit berkomunikasi. Kadang kala remaja tidak
mau menceritakan masalah dirinya kepada orang tuanya, bahkan terkadang kesulitan yang mereka hadapi ditutupi terhadap orang tua. Namun demikian,
masih banyak orang tua yang berhasil untuk berhubungan baik dengan anaknya yang sudah remaja, bahkan kadang-kadang, sampai kepada hubungan yang
bersahabat, dalam arti anaknya dihargai, didengar dan diperhatikan keluhan- keluhannya. Semua itu kembali kepada pola hubungan antara anak dengan orang
tua yang terdapat dalam keluarga. Juga tidak jarang terjadi perbedaan antara ibu dan bapak dalam menghadapi remaja, misalnya ada bapak yang terlalu memberi
kebebasan dan keleluasaaan kepada anaknya yang sudah remaja dan juga ada yang sebaliknya, terlalu keras dan mengekang si anak.
36
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:Bulan Bintang, 1996, hal. 91-94
87
Cara Bapak Memperlakukan Remaja .
37
Ada bapak yang terlalu keras dan mengekang si anak dalam segala gerak geriknya. Dia menuntut kepatuhan
dari anak-anaknya, dengan cara menakut-nakuti atau mengancam, tanpa memperhatikan perasaan dan kebutuhan si anak. Bapak yang seperti ini dianggap
tidak wajar. Tidak jarang anak-anaknya menjauh dan tidak mau mematuhinya, hal tersebut dapat berakibat kepada semangat belajar si anak, kadang-kadang ia
gagal dalam belajar. Ada pula bapak yang berlaku sebaliknya, dia membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang tanpa hambatan, anaknya diberinya semua
fasilitas yang dapat disediakannya, sehingga anak-anaknya itu tidak mendapat bimbingan dari bapaknya. Bahkan, ada diantara bapak yang punya pendirian,
bahwa anak laki-laki boleh berbuat apa pun, sampai-sampai anaknya diberinya uang yang berlebihan. Remaja yang mendapat fasilitas seperti itu, biasanya
menggunakan kesempatan itu tanpa memikirkan baik buruknya. Tidak jarang terjadi pelanggaran-pelanggaran agama dan nilai-nilai akhlak pada remaja di
umur yang masih sangat muda itu. Akibat lebih jauh, si remaja menjadi malas belajar dan biasanya gagal
menjadi orang dewasa yang matang. Bapak yang tidak konsisten dalam memperlakukan remajanya. Kadang-kadang dia keras, kejam dan tidak acuh, tapi
lain kali ia sangat lembut, sangat lunak, menunjukkan adanya perhatian yang bertentangan dengan sikapnya yang pertama. Kadangkala tidak ada ketegasan
dalam sikapnya, suatu ketika dia mengawasi dengan sangat ketat, pada waktu lain ia tidak acuh sama sekali. Akibatnya, anak-anaknya tidak tahu apa yang
harus diperbuatnya, sehingga si anak tidak mendapat pendidikan yang selayaknya. Anak yang seperti itu biasanya menjauh dari orang tuanya, atau
37
Zakiah Daradjat, Remaja, Harapan dan Tantangan, Jakarta : CV. Ruhama, 1993, hal. 21-23
88 mencari angin, kapan saatnya orang tua baik, permintaan banyak. Tidak jarang
anak yang seperti itu gagal dalam studinya. Namun banyak bapak yang bersikap tegas dalam pendidikan anak-
anaknya. Dia adalah bapak yang mendidik anaknya dengan cara masuk akal atau logis. Dia dapat memahami segala persoalan dan kebutuhan anaknya, kalau perlu
ia tegas melarang apa yang dipandangnya tidak baik. Biasanya dia menjelaskan kepada anaknya apa akibat pernuatan yang dilarangnya itu sampai si anak dapat
memahami apa alasan larangannya tersebut. Pada umumnya bapak yang seperti itu banyak menggunakan persuasi dan dorongan, bukan perintah. Jika dia
menghukum anaknya atas suatu kesalahan, hukumannya seimbang denga kesalahan yang dibuatnya. Remaja yang mempunyai bapak seperti ini biasanya
amat menjaga
aturan-aturan atau
ketentuan bapaknya,
dia berani
mengungkapkan perasaan dan pendapatnya.
Cara Ibu Memperlakukan Remaja .
38
Fenomena sosial menunjukkan banyak ibu yang kurang memperhatikan anaknya yang sudah remaja. Anaknya
dibiarkannya tanpa bimbingan, pendidikan dan pengawasan atau pengawasan itu dilimpahkan kepada pembantu. Boleh jadi ia tidak mempunyai waktu untuk
memperhatikan anaknya karena dia sibuk bekerja di luar rumah. Mungkin juga ia ada di rumah, akan tetapi dia sibuk dengan dirimya sendiri atau mempunyai
masalah dalam keluarga. Si anak akan merasa tidak terikat kepada orang tuanya dan mudah terpengaruh oleh orang-orang di luar keluarganya.
Ibu yang baik memberikan perhatian yang cukup kepada anaknya. Ia dapat memperhatikan, membimbing dan mendorong anaknya kepada hal yang
baik tanpa ikut campur tangan dalam urusan pribadi anaknya. Apabila ibu sibuk bekerja di luar rumah, perhatian kepada anaknya tetap ada. Bila ada waktu dia
memberi kesempatan kepada anaknya untuk berdialog, mengeluh, atau minta
38
Zakiah Daradjat, Remaja, Harapan dan Tantangan, Jakarta : CV. Ruhama, 1993, hal. 21-23
89 pertimbangan. Biasanya anak-anak yang mendapat perhatian dari orang tuanya,
merasa disayangi dan dia juga menyayangi ibunya dan menjaga dirinya dalam pergaulan.
Keluarga yang harmonis adalah yang seluruh anggotanya merasa satu, adanya kerja sama dan saling pengertian antar anggota keluarga. Hubungan yang
diliputi oleh kasing sayang, kerja sama dan saling pengertian, menunjang perkembangan rasa kasih sayang dalam diri anak-anaknya. Ringkasnya, dalam
perspektif Islam, secara tegas dikatakan bahwa pendidikan akhlak anak adalah tanggung jawab orang tua ayah dan ibu. Ini berarti orangtua akan diminta
pertanggungjawabannya atas pendidikan akhlak anak di hadapan Allah kelak di hari akhir. Keberhasilan pendidikan akhlak anak menuntut adanya pendidikan
yang menggunakan pendekatan psikologis ilmu jiwa dan berpedoman pada nilai-nilai Islam sehingga tujuan, harapan dan metode pendidikan mengarahkan
terbentuknya akhlak mulia, karakter baik, atau budi pekerti luhur.
90
BAB IV
TINJAUAN UMUM MOTIF, AGRESI, DAN PRAKTIK PENGASUHAN ANAK DALAM
PERSPEKTIF PSIKOLOGI
A. Remaja dan Perkembangan Perilaku Remaja