111 memperlihatkan bentuk-bentuk agresi yang lain yang mungkin tidak
berhubungan di kemudian hari.
70
Sementara itu, dalam suatu eksperimen, Slaby dan Crowley menemukan bahwa penguatan agresi verbal tidak hanya
meningkatkan kemungkinan bahwa agresi verbal seorang anak akan diikuti oleh agresi fisik.
71
Secara keseluruhan, Bandura menyatakan bahwa kebiasaan agresi seringkali dipertahankan terus, sebab kebiasaan itu 1 merupakan sarana bagi
terpenuhinya tujuan-tujuan non-agresif, 2 berguna sebagai sarana untuk mengakhiri tingkah laku orang lain yang berbahaya, 3 secara sosial diberi
dukungan oleh teman sebaya yang agresif, dan 4 secara intrinsik menguntungkan pelaku agresi. Tambahan pula, menurut Bandura ada tiga sumber
tingkah laku agresif yaitu 1 agresi yang dicontohkan dalam keluarga, 2 subkultur di lingkungan mana seseorang hidup, dan 3 media massa..
72
C. Praktik Pengasuhan Anak Child Rearing Practices
Dalam perkembangan tingkah laku, tampak jelas bahwa lingkungan hidup ecological environment anak adalah faktor yang sangat penting, sebagai sumber
dari munculnya berbagai perangsangan stimulation. Lingkungan hidup anak menurut
Bronfenbrenner
73
berpengaruh secara
bertingkat, yakni
dari microsystem, dimana orang tua atau benda secara langsung mempengaruhi anak,
kemudian mesosystem dimana lingkungan lebih luas, menghubungkan antara rumah dengan kehidupan sosial yang lebih luas misalnya sekolah yang
70
Shaffer, D.R. Social Personallity Development. Third Edition. USA : Wadsworth, Inc, 1994, hal. 333.
71
Clarazio, H. F. McCoy, G.F. Behavior Disorder in Children, New York : Harper Roe Publisher, 1983, hal. 69.
72
Durkin, K. Development Social Psychology, Great Britain : T.J. Press Ltd. 1995, hal. 403.
73
Gunarsa, Child and Adollescant Development in Urban Area : Anticipation to the future challenge and problems. Jakarta. 1992.
112 mempengaruhi anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Selanjutnya
exosystem yakni latar belakang kekhususan yang dimiliki oleh orang tuanya.
Keluarga terutama orang tua adalah lingkungan yang paling berpengaruh dalam perkembangan anak, karena keluarga adalah tempat dimana relasi–relasi
kemanusiaan dicontohkan, kepribadian–kepribadian dibentuk, tujuan–tujuan dan pandangan–pandangan hidup di bentuk. Peranan dan fungsi keluarga menjadi
bagian yang strtegis dalam usaha memberikan perangsangan yang baik, positif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja.
Anak yang baru dilahirkan diibaratkan sebagai “blank slate” batu tulis yang masih kosong dan bagaimana jadinya batu tulis tersebut di kemudian hari,
bergantung pada orang yang akan menulisinya.
74
Oleh karena itu, bagaimana kepribadian anak di kemudian hari adalah bergantung pada bagaimana ia
berkembang dan diperkembangkan oleh lingkungan hidupnya. Dan lingkungan
hidup yang menjadi fokus utama adalah orang tua.
Sejak seorang bayi lahir, maka ia akan diasuh oleh ibu dan ayah dimana mereka merupakan “agen” yang akan memperkenalkan anak kepada lingkungan
dekatnya. Proses sosialisasi anak dimulai ketika orang tuamemberikan perangsangan stimulasi melalui berbagai corak komunikasi kepada anak serta
berusaha memberi kemampuan kepada anak agar ia lebih peka pada rangsangan– rangsangan sosial, dan mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
olehnya. Orang tua mempunyai pengaruh yang penting dalam perkembangan kepribadian anak, termasuk hasil praktik pengasuhan anak yang diterapkan orang
tua kepada anak–anaknya.
Dalam praktik pengasuhan anak, sebagai proses interaksi antara individu dan lingkungan, segala macam bentuk perlakuan atau sikap baik dari ibu maupun
ayah terhadap anak yang didasari oleh nilai dan tujuan keluarga, dapat
74
Miller, P. H. Theories of developmental psychology. Second Edition. USA : W. H. Freeman and Company. 1989, hal. 25.
113 mempengaruhi perkembangan motif agresi yang ada di dalam diri anak Menurut
Symonds
75
, esensi hubungan orang tua dengan anak sangat ditentukan oleh sikap orang tua dalam mengasuh anak, bagaimana perasaan dan apa yang dilakukan
orang tua terhadap anak. Hal ini tercermin pada praktik pengasuhan anak yakni suatu kecenderungan cara-cara yang dipilih dan diterapkan oleh orang tua dalam
mengasuh anak. Jadi praktik pengasuhan anak merupakan pola interaksi antara orang tua dengan anak yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik
dan kebutuhan psikologis tetapi juga mengajarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungan.
Sikap orang tua akan mempengaruhi cara perlakuan orang tua terhadap anak dan sebaliknya akan mempengaruhi sikap anak terhadap orang tua serta
bagaimana anak bertingkah laku. Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak bergantung pada sikap orang tua.
Banyak ahli psikologi perkembangan berpendapat bahwa praktik pengasuhan anak adalah salah satu perkembangan yang paling sulit yang
dihadapi oleh orang dewasa padahal praktik pengasuhan anak memainkan peranan penting dalam pembentukkan tingkah laku dan kepribadian anak.
76
Setelah melakukan studi tentang praktik pengasuhan anak dari berbagai budaya, Robert Le Vine menyimpulkan bahwa keluarga-keluarga dalam semua
masyarakat mempunyai tiga tujuan utama dalam mengasuh anak: 1 the survival goal yaitu meningkatkan kesehatan fisik dan mengupayakan kelangsungan hidup
anak agar anak memiliki usia harapan hidup yang cukup untuk meneruskan keturunan, 2 the economic goal yaitu mengembangkan keterampilan dan
kemampuan yang diperlukan agar anak mampu mandiri secara ekonomis pada waktu dewasa, dan 3 the self–actualization goal, yaitu mengembangkan
75
Jhonson, R.C. Medinnus G.R. Child Psychology Behaviour And Development. Newyork : JHON Wiley Sons. 1974, hal. 227.
76
Zanden, J. W. V. Human Development. Fifth Edition. USA: Better Graphics, Inc. 1993, hal. 268.
114 kemampuan untuk memaksimalkan nilai-nilai budaya lainyya seperti moral,
agama, prestai, kekayaan, dan martabat.
77
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para psikolog tentang praktik pengasuhan anak dalam kurun waktu lima puluh tahun 1925-
1975 ditemukan adanya tiga dimensi di dalam praktik pengasuhan anak yaitu: 1 kehangatan vs permusuhan dari hubungan orang tua dengan anak
acceptance-rejection; 2 pengawasan vs kebebasan dari pendekatan displin restrictiveness-permissiveness; 3 konsisten vs ketidakkonsistenan yang
diperlihatkan orang tua dalam penerapan displin.
78
Peranan Nilai-nilai dalam Praktik Pengasuhan Anak
Menurut Clyde Kluckhohn
79
, suatu nilai adalah suatu konsepsi baik secara eksplisit maupun implisit merupakan karakter khusus dari seorang individu atau
sekelompok orang yang berkaitan dengan pemilihan cara, alat atau tujuan suatu tindakan. Sementara itu, Milton Rokeach
80
mengemukakan pendapat bahwa nilai adalah suatu keyakinan yang dihayati. Keyakinan ini merupakan pernyataan
tentang tingkah laku yang menurut perorangan atau sekelompok orang adalah tingkah laku yang disukai atau tidak disukai. Sedangkan menurut Dalton E.
McFarland
81
nilai adalah kombinasi antara ide dan sikap yang mereflesikan suatu tingkatan pilihan berkenaan dengan prioritas-prioritas, motif-motif perorangan
atau orang banyak.
77
Shaffer, D.R. Social Personallity Development. Third Edition. USA : Wadsworth, Inc, 1994, hal. 443
78
Zanden, J. W. V. Human Development. Fifth Edition. USA: Better Graphics, Inc. 1993, hal. 268
79
Parson, T. Socialstructure And Personallity. London : The Free Press, Collier- McMillan, Ltn. 1970, hal. 395
80
Rokeach, M. The nature of human values. New York : The Free Press. 1973, hal. 5
81
McFarland, D. E. Management and society, an instructional framework. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1982, hal. 173
115 Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikemukakan bahwa ada tiga
dimensi yang berbeda dalam penjabaran tersebut. Pertama, menunjukkan nilai adalah seperangkat pengertian tentang apa yang penting dan apa yang tidak
penting atau apa yang lebih baik atau lebih benar bagi seseorang. Kedua, menunjukkan bagaimana terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai pada
seseorang yakni tergantung pada keadaan fisik maupun psikis orang tersebut yang diperoleh melalui pengalaman. Ketiga, menunjukkan bagaimana pengaruh
nilai terhadap tingkah laku seseorang. Nilai memberikan arah pada sikap, keyakinan dan tingkah laku seseorang karena nilai mempunyai elemen-elemen
pengarahan. Selain itu, nilai juga menjadi pedoman dalam memilih tingkah laku yang disukai dan tidak disukai.
Dalam praktik pengasuhan anak, hubungan orang tua dan anak dipedomani oleh kebutuhan dan tujuan pengasuhan anak. Dengan demikian, peranan orang
tua tidak terlepas dari nilai-nilai yang dianut orang tua.
82
Hal ini berarti bahwa nilai-nilai orang tua menjadi pedoman yang mengarahkan sikap dan perlakuan
orang tua terhadap anak. Dengan perkataan lain, nilai-nilai orang tua dimanifestasikan di dalam praktik pengasuhan anak.
Praktik Pengasuhan oleh Ibu dan Praktik Pengasuhan oleh Ayah
Kedua orang tua yaitu ibu dan ayah memberikan sumbangan yang unik bagi perkembangan anak. Dalam cara bersikap dan memperlakukan anak, ibu dan
ayah memiliki kekhasannya masing-masing. Mereka seringkali menggunakan pendekatan yang berbeda terhadap anak. Adanya perbedaan ide antara ibu dan
ayah dalam menentukan cara terbaik mengasuh anak, mencerminkan perbedaaan karakteristik dasar gender yakni perbedaan laki-laki dan perempuan.
83
Semakin
82
Durkin, K. Development Social Psychology, Great Britain : T.J. Press Ltd. 1995, hal. 116
83
Thevenin, T., Mothering and Fathering : the Gender differences in child rearing, New York : Avery Publishing Group, Inc., 1993, hal. 7
116 banyak penelitian yang menemukan perbedaan laki-laki dan perempuan, tidak
hanya berbeda secara fisik, tetapi juga secara emosional, psikologis dan berbeda di dalam cara memecahkan masalah, reaksi terhadap stres, pandangan tentang
hubungan, dan komunikasi, baik dengan orang dewasa maupun anak-anak.
84
Perbedaan psikologis yang paling menonjol antara laki-laki dan perempuan adalah laki-laki cenderung untuk memusatkan perhatian pada diri sendiri dan
mencari kebebasan, sedangkan perempuan cenderung untuk memusatkan perhatian pada orang lain serta menghendaki keakraban dan hubungan
kekeluargaan.
85
Adanya perbedaan-perbedaan tersebut di atas mengakibatkan terjadinya perbedaan perlakuan dan sikap terhadap anak yang diberikan oleh ibu dan ayah
dalam praktik pengasuhan anak. Seorang ibu cenderung untuk menjadi pengasuhan anak nurturer,
berhubungan dekat dan akrab dengan anak serta menaruh kepedulian pada anak.
86
Hal ini mengakibatkan seorang ibu cenderung menciptakan kondisi saling ketergantungan dalam hubungannya dengan anak. Sementara seorang ayah
cenderung untuk menjadi “pendorong” encourager, menekankan perkembangan kemandirian anak.
87
Oleh karena itu, seorang ayah cenderung mendorong anak untuk dapat mandiri. Seluruh dunia dan sepanjang sejarah mengakui bahwa
praktik pengasuhan anak dipandang sebagai bidang pekerjaan perempuan bukan laki-laki. Dengan demikian, masih tetap terbuka kemungkinan bagi seorang laki-
laki untuk mendapat julukan “ayah yang baik” meskipun ia tidak terlibat
84
Thevenin, T., Mothering and Fathering : the Gender differences in child rearing, New York : Avery Publishing Group, Inc., 1993, hal 1-2.
85
Thevenin, T., Mothering and Fathering : the Gender differences in child rearing, New York : Avery Publishing Group, Inc., 1993.
86
Thevenin, T., Mothering and Fathering : the Gender differences in child rearing, New York : Avery Publishing Group, Inc., 1993.
87
Thevenin, T., Mothering and Fathering : the Gender differences in child rearing, New York : Avery Publishing Group, Inc., 1993.
117 langsung dalam praktik pengasuhan anak, selama ia mampu memenuhi
kebutuhan material anak.
88
88
Phoenix, A. et al. Motherhood : Meanings, Practices and Idiologies. London : SEGE Publications Ltd, 1991, hal. 4
118
BAB V
TEORI AL-GHAZALI TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK BERDASARKAN KONSEP
TAZKIYAT AL-NAFS
A. Jiwa dan Akhlak dalam Pandangan Al-Ghazali