Pembuatan Larutan Uji Analisis Hasil

47 dengan PBS. Pada masing-masing sumuran, ditambahkan 100 μL media kultur dan 10 μL MTT konsentrasi 5 mgmL. Untuk mengamati viabilitasnya, sel diinkubasi kembali selama 4 - 6 jam dalam inkubator CO 2 5 pada suhu 37 o C. Reaksi MTT dihentikan dengan reagen stopper SDS 10 dalam HCl 0,1 N, lalu plate dibungkus dengan aluminium foil agar tidak tembus cahaya pada suhu kamar dan dibiarkan selama satu malam. Sel yang hidup bereaksi dengan MTT membentuk warna ungu. Hasil pengujian dibaca dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm Adina, 2009.

3.16.2 Pengujian sitotoksik terhadap sel Vero

Endapan sel Vero disuspensikan pada media M199 dan ditentukan kerapatan sel sebesar 2 x 10 5 selmL. Suspensi sel dibagi ke dalam sumuran- sumuran yang tiap sumuran sebanyak 100 µm suspensi dan kemudian ditambahkan ke dalamnya larutan atau suspensi ekstrak sampel uji dalam berbagai konsentrasi yang selanjutnya disebut sampel. Sampel diinkubasi sampai pertumbuhan sel konfluen. Pada tiap sumuran ditambahkan 100 μL media kultur RPMI dan 10 μL MTT Sigma konsentrasi 5 mgml. Sel diinkubasi kembali selama 4 - 6 jam dalam inkubator CO 2 5 bersuhu 37ºC. Reaksi MTT dihentikan dengan reagen stopper SDS 10 dalam HCl 0,1 N, lalu plate dibungkus agar tidak tembus cahaya dan dibiarkan selama satu malam pada suhu kamar. Serapan dibaca dengan ELISA reader pada panjang gelombang 595 nm Handayani, dkk., 2001; Adina, 2009. 48

3.17 Analisis Hasil

Berdasarkan data absorbansi yang diperoleh dari uji sitotoksik, sel dikonversi ke dalam persen sel hidup. Persen sel hidup dihitung menggunakan rumus: Hidup = ���������� ��� ������ ��������� –���������� ������� ����� ���������� ������� ����� ��� –���������� ������� ����� x 100 Aktivitas sitotoksik dinyatakan dengan IC 50 konsentrasi yang menyebabkan kematian 50 populasi sel yang dianalisis dengan analisis probit menggunakan SPSS 19 CCRC, 2009.

3.18 Indeks Selektivitas

Indeks selektivitas diperoleh dari rasio IC 50 sel Vero sel dibandingkan dengan sel kanker yang diuji sel HeLa. Indeks selektivitas dihitung menggunakan persamaan di bawah ini: Weerapreeyakul, dkk., 2012. IC 50 sel Vero IC 50 sel HeLa Indeks selektivitas = 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi - LIPI menunjukkan bahwa sampel buah andaliman berasal daripohon Andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC. dari suku Rutaceae, dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 68.

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia

Hasil pemeriksaan secara makroskopik dari simplisia buah andaliman adalah buah muda bulat berwarna hitam seperti lada merica, mengeluarkan aroma wangi bila digigit, memiliki rasa tajam yang khas, dan dapat merangsang produksi air liur. Pemeriksaan karakteristik buah andaliman secara makroskopik dilakukan untuk memperoleh identitas simplisia. Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia buah andaliman yang tertera pada Lampiran 3, halaman 70 memperlihatkan adanya sel rambut penutup, sel rambut yang kolaps, kelenjar minyak berwarna kuning kemerahan dan epidermis kulit biji berwarna jingga kemerahan. Standarisasi suatu simplisia dan ekstrak merupakan pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan obat dan menjadi penetapan nilai untuk berbagai parameter produk. Beberapa karakteristik yang dilakukan masing-masing memberikan tujuan sehingga diharapkan memenuhi persyaratan simplisia sebagai bahan baku obat Depkes RI, 2000. Menurut Depkes RI 2000, standarisasi suatu simplisia merupakan pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan obat dan menjadi penetapan nilai