Klasifikasi stadium kanker serviks

22 Tabel 2.1 Stadium kanker serviks menurut International Federation of Gynecologyand Obstetrics FIGO 1988 Stadium Deskripsi Karsinoma in situ kanker pranvasif 1 Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri 1A Invasi kanker didiagnosa dengan mikroskopi Karsinoma mikroinvasif 1A1 Invasi minimal, semua lesi yang dapat dilihat dengan mikroskop 1A2 Kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 3,00 mm atau kurang dan 7,00 mm atau kurang pada penyebaran yang mendatar 1B Kedalaman invasi stroma lebih dari 3,00 mm dan tidak lebih dari 5,00 dan 7,00 mm atau kurang pada penyebaran yang mendatar 1B1 Secara klinik lesi dapat dilihat 4,00 cm atau kurang dengan pembesaran maksimal 1B2 Secara klinik lesi dapat dilihat 4,00 atau lebih dengan pembesaran maksimal II Karsinoma menyerang di luar serviks tetapi tidak sampai dinding panggul atau 1 3 bawah vagina IIA Tanpa ada keterlibatan parametrium yang nyata IIB Melibatkan parametrium nyata III Tumor meluas ke dinding pelvis danatau meliputi 1 3 distal vagina danatau menyebabkan hydronephrosis atau tidak berfungsinya ginjal IIIA Tumor meluas ke 1 3 distal vagina, tidak menyebar ke dinding pelvis IIIB Tumor menyebar ke dinding pelvis danatau menyebabkan hydroneprosis atau tidak berfungsinya ginjal IV Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul dan secara klinik suadah terlihat tanda-tanda infeksi kanker ke selaput lendir kandung kencing danrectum IVA Sel kanker menyebar pada alat organ yang dekat dengan serviks IVB Kanker sudah menyebar pada alat organ yang jauh dari serviks Rasjidi, 2007. 23

2.4.4 Prognosis kanker serviks

Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang buruk tersebut dihubungkan dengan 85-90 kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif, stadium lanjut, bahkan stadium terminal Suwiyoga, 2000. Selama ini, beberapa cara dipakai menentukan faktor prognosis adalah berdasarkan klinis dan histopatologis seperti keadaan umum, stadium, besar tumor primer, jenis sel, derajat diferensiasi Broders. Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-years survival rate untuk stadium I lebih dari 90, untuk stadium II 60-80, stadium III kira - kira 50, dan untuk stadium IV kurang dari 30 Geene dan Tidy,1998; Kenneth, 2000. 1. Stadium 0, 100 penderita dalam stadium ini akan sembuh. 2. Stadium 1, Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi IA dan IB. Dari semua wanita yang terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival rate sebesar 95. Untuk stadium IB 5-years survival rate sebesar 70 sampai 90. Ini tidak termasuk wanita dengan kanker pada limfonodi mereka.

3. Stadium 2, Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B. Dari

semua wanita yang terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years survival rate sebesar 70 - 90. Untuk stadium 2B 5-years survival rate sebesar 60 sampai 65. 4. Stadium 3, Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30 - 50. 5. Stadium 4,Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20 - 30.

6. Stadium 5, Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 5 - 10.

24

2.4.5 Pencegahaan kanker serviks

Sel-sel yang abnormal dari kanker serviks dapat dideteksi dengan suatu test yang disebut pap smear test. Pap Smear merupakan metode pemeriksaan sel- sel yang diambil dari serviks dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut Riono, 1999. Kanker serviks dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor resikonya. Adapun faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker serviks diantaranya adalah berganti-ganti mitra seks, melakukan hubungan seks pertama saat usia di bawah 15 tahun, merokok dan kurang terpenuhinya nutrisi seperti buah dan sayur yang banyak mengandung antioksidan. Selain itu, penderita yang terinfeksi HIV sering dihubungkan dengan meningkatnya resiko terjadinya karsinoma serviks invasif karena adanya perubahan sistem imun Rasjidi, 2007.

2.4.6 Pengobatan Kanker

Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan cara pembedahan, radiasi, kemoterapi, endokrinoterapi ataupun imunoterapi. Cara pembedahan, terutama dilakukan untuk tumor padat yang terlokalisasi. Cara radiasi digunakan sebagai pengobatan penunjang sesudah pembedahan. Pemberian kemoterapi terutama untuk pengobatan tumor yang tidak terlokalisasi seperti leukemia. Endokrinoterapi merupakan bagian dari kemoterapi, yaitu penggunaan hormon tertentu untuk pengobatan tumor pada organ yang poliferasinya tergantung hormon, seperti pada karsinoma payudara dan prostat. Sedangkan cara imunoterapi masih dalam penelitian dan masa mendatang kemungkinan berperan dalam pencegahan mikrometastasis Sukardja, 2000.