Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas Kelas TPS Α
Lo L
hitung
L
tabel
Kesimpulan Pretest
Posttest
0.05 0.1359
0.1008 0.1456
Ho diterima Data di atas menunjukkan bahwa Lo pretest dan posttest atau L
hitung
L
tabel
, yaitu 0.1359 dan 0.10080.1456, maka hipotesis nol Ho diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data sampel kelas
TPS berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat perbedaan skor siswa yang menggunakan metode Group Investigation dan yang menggunakan
metode Think Pair Share. Uji homogenitas kedua kelas dilakukan dengan Uji Fisher. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 6 Perhitungan Uji Homogenitas α
N F
hitung
F
tabel
Kesimpulan Pretest
Posttest
0.05 70
1.72 1.077
1.75 Ho diterima
Data di atas menunjukkan bahwa F
hitung
F
tabel
, maka hipotesis nol Ho diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua sampel
bersifat homogen.
3. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu,
pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t. a.
Pretest
Hasil penghitungan dengan menggunakan uji-t, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 7 Uji-t Data Pretest Kelas GI dan TPS
Kelas N
t
hitung
t
tabel
Kesimpulan α = 0.05 α = 0.01
GI 35
49.71 0.365
2.000 2.650
Ho diterima TPS
37 50.70
Karena t
hitung
t
tabel
, maka Hipotesis nol Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan sebelum menggunakan metode pembelajaran dengan GI dan TPS pada pelajaran IPA–Biologi konsep sistem pencernaan.
b. Posttest
Hasil penghitungan dengan menggunakan uji-t, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 8 Uji-t Data Posttest Kelas GI dan TPS
Kelas N
t
hitung
t
tabel
Kesimpulan α = 0.05 α = 0.01
GI 35
64.86 6.14
2.000 2.650
Ho ditolak TPS
37 81.51
Karena t
hitung
t
tabel
, maka Hipotesis nol Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas TPS lebih baik
dibandingkan hasil belajar pada kelas GI.
4. Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti kepada enam orang siswa dan 1 orang guru bidang studi IPA, enam orang itu ialah tiga orang perwakilan
dari kelas yang menggunakan metode Group Investigation dan tiga orang perwakilan dari kelas yang menggunakan Think Pair Share. Ketiga orang
perwakilan dari masing–masing kelas merupakan siswa yang memiliki nilai pretest dan post test yang heterogen. Hasil dari wawancara tersebut
berisikan pernyataan siswa yang menyatakan bahwa siswa merasa senang mengikuti pelajaran IPA dalam hal ini konsep sistem pencernaan dan lebih
mudah dalam memahaminya. Sebelum diberlakukan metode GI dan TPS, siswa belajar IPA di kelas hanya dengan memperhatikan guru dan
menerima tugas saja, sehingga pembelajaran lebih berpusat pada teacher center dan siswa hanya menjadi objek pembelajaran. Siswa yang
melaksanakan pembelajaran dengan metode GI lebih aktif dibanding sebelumnya, kebersamaan siswa terbentuk dalam penugasan melalui LKK
secara berkelompok dan siswa pun merasakan kerja sama yang kompak, sehingga saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang
diberikan melalui LKK.
1
Metode GI pun dinilai mudah diikuti dan dipelajari oleh siswa yang melaksanakannya, hal ini terbukti tidak adanya kesulitan yang
dijalani oleh siswa saat belajar dengan menggunakan metode GI, selain itu tahapan investigasi pada metode ini banyak disukai oleh siswa karena
siswa lebih tertantang untuk bereksplorasi dalam menyelesaikan masalah secara bersama. Dari hasil wawancara dengan 3 orang siswa yang
menjalankan metode GI dapat disimpulkan bahwa, metode GI memberikan kemudahan kepada siswa dalam memahami IPA, dalam hal
ini konsep sistem pencernaan. Siswa lebih aktif dan senang belajar IPA dengan menggunakan metode GI. Hal ini yang sama pun dirasakan oleh
siswa yang menggunakan metode TPS dalam pembelajaran IPA, siswa jadi mudah mengerti belajar IPA dalam hal ini konsep sistem pencernaan.
1
Hasil wawancara penelitian dengan 6orang siswa, 3 dari kelas GI dan 3 dari kelas TPS, Dilakukan tanggal 22 september 2010.pukul 09.45.
Diakui oleh siswa bahwa metode TPS meningkatkan kepercayaan diri siswa, Hal ini terbukti siswa aktif dalam bertanya dan menyampaikan
pendapat disaat tahapan presentasi kelompok. Siswa yang awalnya enggan menyampaikan pendapat menjadi aktif dan berani berbicara dalam kelas.
Selain itu, kebersamaan pun terbangun saat siswa menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa sangat senang belajar IPA
dengan metode ini, selain membangun kerjasama, kepercayaan diri, metode ini mampu membuat siswa berfikir kritis dalam menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh kawan–kawannya saat presentasi. Dari hasil wawancara dengan siswa yang menggunakan metode TPS, dapat
disimpulkan bahwa metode TPS sangat menyenangkan dan mampu meningkatkan kepercayaan diri, berfikir kritis dan kebersamaan siswa.
2
Kedua metode ini ditanggapi oleh guru bidang studi IPA sebagai pembaharuan dalam pembelajaran IPA di kelas yang diteliti oleh peneliti.
Saat wawancara beliau menyampaikan bahwa, kedua metode ini sangat bagus dan menarik. Beliau pun mengakui bahwa selama ini murid lebih
menjadi objek pembelajaran dan hanya sekedar mendengarkan guru menyampaikan materi saja, selain itu sumber belajar seperti buku paket
pun menjadi kendala dalam pembelajaran IPA, karena tidak semua siswa memiliki buku paket sebagai sumber belajar. Selain itu, beliau pun
menyampaikan bahwa metode think pair share dan group investigation memberikan berbagai peningkatan pada siswa, terlihat siswa yang awalnya
malas berbicara dan bertanya menjadi aktif dan nilainya pun meningkat.
3
2
Ibid.
3
Hasil wawancara penelitian dengan 1 orang Guru bidang studi IPA selaku observer, Dilakukan tanggal 20 september 2010.pukul 12.30.
5. Hasil Lembar Observasi