5. Hasil Lembar Observasi
Observasi dilakukan oleh guru bidang studi IPA selaku observer, dengan melihat apakah setiap tahapan yang dilakukan oleh peneliti benar
dan sesuai atau tidak dengan tahapan masing–masing metode tersebut. Dari hasil lembar observasi yang diisi oleh guru bidang studi IPA selaku
observer, hasilnya adalah peneliti telah menjalankan masing–masing metode sesuai dengan tahapannya dengan benar.
C. Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas GI dan TPS menunjukkan adanya perbedaan nilai rata-rata pretest dan posttest. Diketahui
nilai rata-rata pretest kelas TPS lebih besar daripada kelas GI, dari pengujian normalitas, homogenitas dan uji “t” menghasilkan hipotesis Ho diterima dan
Hi ditolak, yang artinya masing-masing kelas memiliki pengetahuan yang sama dan tidak ada perbedaan hasil belajar
.
Data posttest menunjukkan, bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata dari kelas GI dan kelas TPS setelah diberlakukannya pembelajaran biologi
dengan menggunakan metode cooperative tipe group investigation dan think pair share. Dari data post test kelas TPS memiliki rata-rata lebih tinggi
dibandingkan kelas GI. Pada data post test telah dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas, dengan hasil semua data berdistribusi normal dan
homogen. Sedangkan dari data uji “t” di dapat hipotesis Ho ditolak dan Hi diterima, yang artinya terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa
kelas GI dan siswa kelas TPS. Pernyataan di atas diperkuat dengan data hasil uji statistik
perbandingan nilai N-gain kedua kelas tersebut, dengan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas, Dengan hasil nilai N-
gain kelas TPS lebih tinggi daripada kelas GI. Perubahan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan nilai posttest dan peningkatannya ditunjukkan dengan
nilai N-gain.
Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kedua metode tersebut menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dan
mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti yang telah dijelaskan di atas, kedua metode memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan
hasil belajar siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil dari wawancara dengan guru bidang studi selaku observer dan 3 orang perwakilan dari kelas GI dan
TPS, bahwa kedua metode tersebut sangat membantu untuk mudah memahami pembelajaran IPA-Biologi dalam hal ini konsep sistem pencernaan. Meski
kedua metode tersebut memberikan peningkatan terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, metode think pair share
memberikan peningkatan yang lebih tinggi terhadap hasil belajar siswa dibandingkan metode group investigation. Peningkatan tersebut terjadi karena
dalam pelaksanaannya metode think pair share memberikan suasana belajar yang kondusif dan lebih teratur.
Pada pelaksanaannya, pembelajaran dengan menggunakan metode TPS siswa dibagi beberapa kelompok yang terdiri dari 2 orang yang saling
berpasangan, sesuai dengan namanya pair berpasangan, sehingga siswa lebih fokus dan mudah terkontrol saat pelaksanaan pembelajaran, saat presentasi
pun siswa tidak saling mengandalkan dan saling bekerja sama dalam menjawab pertanyaan dari siswa lain, sehingga tidak hanya salah satu siswa
saja yang memahami materi pelajaran, tetapi secara merata siswa memahami semua materi yang disampaikan. Sedangkan pada metode GI, satu kelompok
terdiri dari 5 orang, sehingga terkadang ada siswa yang benar–benar berdiskusi semua, ada yang tidak. Sehingga dalam pembelajaran sedikit
kurang fokus terkadang kondisi kelas pun menjadi gaduh. Hal ini mengakibatkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan tidak tersebar
secara merata, hanya siswa yang aktif dan serius dalam berdiskusi yang memiliki pemahaman yang lebih terhadap materi yang disampaikan
dibandingkan siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran, sehingga menimbulkan sifat saling mengandalkan satu sama lain.
Perbedaan pun terlihat jelas saat pembagian kelompok dan presentasi, pada metode think pair share, metode pembelajaran TPS pada saat
penyelesaian masalah siswa lebih tertib dan tidak gaduh dalam menyelesaikannya, selain itu siswa pun lebih fokus berbagi tugas dalam
menyelesaikan masalahnya, karena setiap kelompoknya hanya terdiri dari 2 orang saja sehingga lebih efektif dalam penyelesaiannya, begitu pula saat
presentasi siswa lebih aktif dan terdorong untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat ketika pelaksanaannya. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh sugiyanta widyaiswara yang menyatakan bahwa kelas yang menggunakan metode think pair share cukup interaktif
dengan ditandai banyaknya siswa yang bertanya dan berkurangnya kegaduhan selama KBM.
4
Mengenai metode group investigation, setiap kelompok terdiri dari 5 orang, dan hanya 2-3 orang saja yang tampil saat presentasi, sedangkan
selebihnya membantu anggota kelompok siswa dalam menjawab pertanyaan dari kelompok lain, walaupun ada beberapa kelompok yang melibatkan semua
anggota kelompoknya untuk presentasi. Pada kenyataannya, banyak siswa yang tidak memperhatikan ketika sebagian kawannya presentasi, hal ini terjadi
karena masing-masing siswa hanya mengandalkan kawannya saja yang tampil saat presentasi dalam menjawab pertanyaan dari siswa lain, sedangkan
anggota kelompok yang tidak presentasi hanya duduk saja dan bahkan terkadang membuat kegaduhan saat menyelesaikan masalah. Hal ini
mengakibatkan hanya siswa yang tampil presentasi dan aktif saja yang benar- benar memahami dan menguasai materi yang disampaikan, sedangkan siswa
yang tidak aktif hanya menjadi penonton dan pendengar saja saat pembelajaran berlangsung. Sehingga guru harus lebih ekstra dalam mengelola
kelas.
4
Sugiyanta Widyaiswara. Implementasi model pembelajaran kooperatif Thing-Pair- Share TPS pada pokok bahasan zat dan wujudnya di SMPN 1 Kalasan. Tersedia dalam :
http:lpmpjogja.diknas.go.id [19-12-09]
Hal ini pun diungkapkan oleh guru bidang studi IPA sebagai observer dalam melaksanakan kedua metode tersebut, bahwa saat berada di kelas TPS
beliau melihat keaktifan siswa lebih dominan dibanding di kelas GI, dalam hal pengelolaan kelas, guru lebih baik pengelolaannya ketika berada di kelas TPS
dibanding di kelas GI. Dari penjelasan tersebut membuktikan bahwa metode TPS sedikit lebih unggul dan efektif dibanding metode GI. Temuan ini
memperkuat hasil uji hipotesis yang menyatakan perbedaan hasil belajar dan peningkatannya pada kedua kelas sangat signifikan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa hasil belajar pada kedua kelas dan peningkatannya sejalan dengan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang baik akan diikuti dengan
hasil belajar yang baik pula. Kendala yang terjadi ketika penelitian dilaksanakan sangatlah
beragam, diantaranya sumber buku yang dimiliki oleh siswa masih terbatas karena tidak semua siswa mempunyai sumber buku pelajaran IPA, sehingga
terkadang waktu KBM terpotong untuk meminjam buku sumber ke perpustakaan. Selain itu, peralihan dari satu mata pelajaran ke pelajaran lain
dalam hal ini pelajaran IPA, terkadang saat bel pergantian pelajaran berbunyi guru masih mengajar dan tidak tepat waktu, akibatnya waktu untuk jam
pelajaran IPA terpotong dan memaksa peneliti melebihkan jam pelajaran, hal ini terkadang membuat kondisi semangat belajar siswa menurun karena tidak
jarang waktu istirahat siswa terpotong. Kedua teknik dari metode pembelajaran kooperatif pada dasarnya
memiliki keunggulan masing-masing, kedua teknik ini dapat mendorong siswa terlibat secara aktif untuk bekerja sama, berdiskusi dan saling membantu antar
anggota kelompok dalam belajar sehingga siswa dapat mengkonstruksi pemahaman siswa sendiri secara bersama sama. Seperti hasil penelitian
eksperiman yang dilakukan oleh Banu Kisworo, bahwa metode jigsaw dan GI sangat mempengaruhi prestasi kognitif, psikomotorik, dan afektif.
5
Walaupun, masih terdapat siswa yang masih enggan terlibat aktif dalam pembelajaran,
5
Kisworo, Banu. 2010. “ Pembelajaran Kimia Melalui Metode Jigsaw Dan Group Investigation GI ditinjau dari kemampuan awal dan kreativitas siswa
“
Terdapat di : http:pasca.uns.ac.id?p=871 di akses 27 juli 2010 pukul 10.12
seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Yustini Yusuf dan Mariani Natalina, bahwa berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa selama proses
pembelajaran siklus pertama ini pelaksanaannya belum sesuai dengan pendekatan struktural tipe TPS. Masih ada siswa yang bekerja secara
individual, tidak mau berinteraksi dengan teman kelompok, masih enggan mengajukan pertanyaan dan menanggapi.
6
Berdasarkan teori-teori beberapa ahli dan hasil penelitian relevan yang telah dipaparkan di kajian teori, serta berdasarkan perhitungan statistika yang
telah dilakukan terbukti adanya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi dan perbedaan nilai hasil belajar siswa pada
pembelajaran Biologi kelas GI dan TPS. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation
GI dan Think Pair Share TPS berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa dengan hasil yang cukup jauh berbeda.
D. Keterbatasan Penelitian