31
prosa hendaknya berbentuk prosa; 12 penerjemahan puisi hendaknya berbentuk puisi.
29
Wills menyatakan bahwa relativitas norma penerjemahan menunjukkan bahwa sejauh ini tidak ada teoretikus dan praktisi penerjemahan yang mampu
menemukan jawaban yang lebih umum, objektif dan terbukti benar bagi masalah yang agak kompleks dalam penerjemahan antarteks. Ini berarti bahwa mungkin
tidak ada teori penerjemahan yang dapat diterapkan secara semesta, tetapi akan sangat baik jika ada teori penerjemahan yang spesifik terhadap jenis teks dan
akibatnya ada konsep padanan penerjemahan yang spesifik terhadap jenis teks. Dari uraian diatas, Sayogie menarik kesimpulan tentang prinsip-prinsip
terjemahan yang baik, yaitu 1 terjemahan yang baik adalah terjemahan yang tidak menyimpang dari isi yang terdapat dalam teks bahasa sumber, 2
terjemahan yang baik adalah terjemahan yang dapat dimengerti dan mudah dipahami pembaca, 3 terjemahan yang baik adalah terjemahan yang
menggunakan kalimat-kalimat yang mengikuti aturan kaidah tata sasaran dan tidak asing bagi pembaca, 4 terjemahan yang baik adalah terjemahan yang lebih
mementingkan pengungkapan isi teks daripada persamaan bentuk ujaran, dan 5 terjemahan yang baik adalah terjemahan yang tidak tampak sebagai terjemahan
tetapi sebagai karya asli.
30
29
Frans Sayogi, h.147-148
30
Frans Sayogi, h.149
32
D. Teori Peribahasa
1. Definisi Peribahasa
Kata matsal ĕÓĚ atau “perumpamaan” dalam kamus bahasa Arab, Lisan al-
Arab dan al-Qamus al-Muhith, mempunyai bermacam-macam makna, antara lain: nazhir
“sifat”, “seperti”, atau „ibrah “peringatan”, “pelajaran”. Makna kata matsal
yang lain adalah “yang menjadi contoh bagi yang lain” atau “yang ditiru”. Fairuz mengatakan “kata „mitsl‟ berarti „syibh‟ atau „serupa‟. Bentuk jamak mitsl
adalah amtsal. Kata matsal berarti hujjah bukti, alasan, sifat. Sedangkan kata mitsal
berarti „miqdar‟ atau „ukuran‟ yang juga berarti „qishas‟ atau „pembalasan yang sepadan‟.
31
Amtsal adalah ungkapan yang beredar di masyarakat yang berisi tentang pikiran yang bijak dan tentang aspek kehidupan manusia, biasanya berbentuk
kata-kata majaz yang cenderung imajinatif dan mudah dihafal, bertujuan sebagai perbandingan dan nasehat kehidupan. Dalam bahasa Indonesia, amtsal disebut
juga peribahasa.
32
Dalam istilah Inggris disebut juga proverbsaying dan istilah Prancis proverbe yaitu 1 ungkapan yang ringkas padat yang berisi kebenaran yang wajar, prinsip
hidup, atau aturan tingkah laku. 2 ungkapan pendek yang mengandung aturan tingkah laku sebagai prinsip hidup. Contoh: a malu bertanya sesat di jalan. b
bermain air basah, bermain api terbakar.
33
Adapun definisi peribahasa dalam bahasa Indonesia tidak jauh berbeda dengan amtsal Arab. Menurut KBBI, ada dua definisi peribahasa:
31
Ja’far “ubhani, Wisata Al-Quran Tafsir Ayat-Ayat Metafora, Jakarta Selatan: Al-Huda, 2007 h. 1
32
Yaniah Wardani dan Cahya Buana, h. 25
33
Hasanuddin WS, dkk, Ensiklopedi Sastra Indonesia, Bandung: Titian Ilmu, 2004, h. 718
33
1 Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya,
biasanya mengiaskan maksud tertentu dalam peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan.
2 Ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan,
nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.
34
Secara etimologis pengertian amtsal ada tiga macam. Pertama, bisa berarti perumpamaan, gambaran, atau penserupaan. Kedua, bisa berarti kisah atau cerita
yang sifatnya menakjubkan. Ketiga, bisa berarti sifat keadaan atau tingkah laku. Sedangkan secara terminologis amtsal didefinisikan oleh para ahli sastra adalah
ungkapan yang sifatnya menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Penggunaan ungkapan itu dimaksudkan untuk mempengaruhi dan menyentuhkan
kesan, seakan si pembuat perumpaaan mengetuk telinga si pendengar sehingga pengaruhnya menembus kalbu.
35
Berbeda dengan idiom yang maknanya tidak dapat diramalkan, baik secara leksikal maupun gramatikal, makna peribahasa masih bisa diramalkan karena
adanya asosiasi atau tautan antara makna leksikal dan gramatikal unsur-unsur bentuk peribahasa itu dengan makna lain yang menjadi tautannya. Umpamanya
hal dua orang yang selalu „bertengkar‟ dikatakan dalam bentuk peribahasa bagai anjing dengan kucing. Kucing dan anjing dalam sejarah kehidupan kita memang
merupakan dua ekor binatang yang tidak pernah rukun. Entah apa sebabnya. Contoh lain „keadaan pengeluaran belanja lebih besar jumlahnya daripada
pendapatan‟ dikatakan dalam bentuk peribahasa besar pasak daripada tiang.
34
Harimurti Kridalaksana, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 1055
35
Yaniah Wardani dan Cahya Buana, h. 26-27