PERILAKU ANALISIS KUALITAS PERIBAHASA ARAB POPULER DALAM BUKU
62
3. peribahasa tentang Bergaul dengan Orang yang Berkedudukan Tinggi ĕăجاĤ اĥثَáÚ ęĢاâ¾ ęģÓĪáÚ āěêاĤ .ÅÈَà½Ě ĔÅěēĖÅÈ ęģīĖ¾ éėجÅف ħģ ğĖا ĦĤâ ĔÅجåĖا ÍëĖÅج ÍĞأ Ĝ¾
Ĝ¾ đÓĪáÚ ÅÈَãģĚ ÍďûĞ
Jika kau bergaul dengan orang yang berkedudukan tinggi, maka duduklah di antara mereka dengan sopan dan beradab. Dengarkanlah pembicaraan mereka
apabila mereka bicara, dan santunkanlah omonganmu jika hendak bicara.
86
Dalam kamus munawwir, kata éĖÅج berarti “duduk”, sedangkan disini diartikan
“bergaul”. Walaupun semisal penerjemah dari tim redaksi Turos bermaksud untuk menyesuaikan dengan konteks, tetapi tidak nyambung jika diganti dengan kata
“bergaul” sementara kalimat setelahnya membahas tentang “duduk”. Maka, sebaiknya terjemahan dari peribahasa tersebut adalah “jika kamu duduk dengan orang yang
berkedudukan tinggi, maka duduklah di antara mereka dengan sopan dan beradab. Dengarkanlah pembicaraan mereka apabila mereka berbicara, dan santunkanlah
o monganmu jika hendak bicara.”
11. Peribahasa tentang Ciri-ciri Orang Bodoh
ęīĚâ ġėăفĤ ،ęīďê ġĖĥďف ،ءاåغ¾ ĩف ĠاĥĢ ĝĚ Ĥ ،ءاĥغ¾ ĩف ġėģج ĝĚ ĕĢÅ×Ėا Orang bodoh adalah orang yang kebodohannya ada pada bujukan, dan hawa
nafsunya pada kegemaran. Ucapannya dusta, dan perbuatannya tercela.
87
Peribahasa ini diterjemahkan secara harfiah. Hal ini terbukti pada kalimat “hawa nafsunya pada kegemaran” dan huruf Ĥ yang selalu diartikan sebagai “dan”. Menurut
peneliti, terjemahan yang seharusny a adalah “orang bodoh adalah orang yang
kebodohannya ada pada bujukan, gemar pada hawa nafsu, ucapannya dusta, dan perbuatannya tercela.”
86
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.59
87
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.78
63
12. Peribahasa tentang Menggali Lubang
ĝĚ Åģīف āĎĤ ÊåċÚ åċÚ
Barang siapa menggali lubang, maka ia akan terjerumus sendiri ke dalamnya.
88
Peneliti melihat terjemahan ini terlalu kaku dikarenakan terdapat kata “barang siapa”. Maka, sebaiknya “barang siapa” tersebut diubah menjadi “siapapun”. Sehingga
artinya menjadi “siapapun yang menggali lubang, maka ia akan terjerumus sendiri ke dalamnya.
13. Peribahasa tentang Adab Lebih Berharga daripada Emas
Ėا ġÉĢâ ĝĚ åīخ ءåě Æàأ
Adab seseorang itu jauh lebih berharga daripada emas.
89
Seperti kasus sebelumnya, kata ءåěĖا diartikan sebagai “seseorang” akan lebih baik
jika diganti dengan “manusia”. Penerjemahan dalam peribahasa ini menggunakan
metode penerjemahan komunikatif. Hal ini ditandai dengan penambahan kalimat “jauh”. Lalu kata åīخ yang diartikan sebagai “berharga”.
Menurut peneliti, kata åīخ sudah cocok jika diartikan sebagai “berharga”, karena jika
diartikan dengan “baik” maka taste dalam maknanya akan kurang terasa. Namun, jika dirtambahkan dengan kata “jauh”, penerjemahan ini terasa berlebihan. Maka, saran
peneliti untuk terjemahan peribahasa ini adalah adab manusia itu lebih berharga daripada emas yang dimilikinya.
88
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.179
89
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.33
64
14. Peribahasa tentang Perintah Beribadah
ēÈä ÊàÅÉĂ ĩف ÇóĞÅف ĐÅīĞà äĥĚأ ĝĚ Íغåف Å
â¾ Jika kau telah menyelesaikan semua urusan duniamu, maka segera sibukkanlah
dirimu untuk ibadah kepada Tuhanmu.
90
Pesan dari Bsu sudah tersampaikan, hanya saja pemakaian kata “kau” menjadikan
peribahasa ini terasa seperti terjemahan. Ada baiknya jika kata “kau” dirubah menjadi kata “kamu”. Lalu kata “ äĥĚأ” adalah bentuk jamak dari åĚأ yang berarti urusan. Akan
lebih baik jika kita m enerjemahkannya menjadi “semua urusan”. Sehingga
terjemahannya menjadi jika kamu telah menyelesaikan semua urusan duniamu, maka segera sibukkanlah dirimu untuk ibadah kepada Tuhanmu.
15. Peribahasa tentang Tanggapan Terbaik Terhadap Orang Dungu
ÌĥēëĖا ġÏÈÅج¾ ĝĚ åīßف ġÉ×Î اف ġīċَëĖا čûĞ اâ¾
Jika orang dungu berbicara, maka jangan menanggapinya. Karena sebaik-baik tanggapan bagi orang dungu adalah diam.
91
Tidak ditemukan kesalahan pada terjemahan ini. Terjemahan pada peribahasa ini menggunakan metode komunikatif. Hal ini ditandai dengan kata
ġÉ×Î yang tidak selalu diartikan dengan “menjawab” melainkan diganti dengan kata “menanggapi”.
16. Peribahasa tentang Angan-angan
ĕجأا ÆÅ×Ú ĕĚأا Angan-angan adalah tirai kematian.
92
90
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.38
91
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.41
92
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.50
65
Bentuk dari peribahasa ini adalah jumlah ismiyah. أا
ĕĚ adalah mubtada dan ÆÅ×Ú ĕجأا adalah khabar. Penerjemah mungkin bermaksud menjadikan terjemahan ini
mudah dipahami dengan mengganti arti dari kata ĕĚأا. Dalam kamus mutarjim,
kata ĕĚأا berarti “harapan” namun penerjemah menggantinya dengan “angan-
angan”. Dalam KBBI, kata „angan-angan‟ dan „harapan‟ mempunyai arti yang berbeda.
Arti kata „angan-angan‟ adalah 1 pikiran; ingatan; 2 cita-cita; 3 maksud;niat; 4 gambaran dalam ingatan; harapan sendiri dalam ingatan; khayal; 5 proses
berpikir yang dipengaruhi oleh harapan-harapan terhadap kenyataan yang logis.
93
Sedangkan „harapan‟ adalah 1 sesuatu yang dapat diharapkan; 2 keinginan supaya menjadi kenyataan.
94
Maka, akan lebih baik jika kata „angan-angan‟ diubah menjadi „harapan‟. Sehingga terjemahan dari peribahasa ini adalah harapan adalah tirai kematian.
17. Peribahasa tentang Perkataan
أ åÿĞ
ĔÅĎ ĝĚ åÿğÎ اĤ ĔÅĎ ÅĚ Lihatlah apa yang dikatakan, jangan lihat siapa yang mengatakan.
95
Tidak ditemukan kesalahan dalam terjemahan peribahasa ini. pesan yang disampaikan dapat diterima, tidak ada distorsi makna, dan tidak diterjemahkan
secara harfiah sehingga tidak membingungkan pembaca.
93
Harimurti Kridalaksana, dkk, h.63
94
Harimurti Kridalaksana, dkk, h.482
95
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.63
66
18. Peribahasa tentang Ciri-ciri Orang Bakhil
ÉĖا ġÏثäĤ ĜæÅخĤ،ġÏěăĞ èäÅÚ ĕīß
Orang bakhil adalah penjaga kenikmatannya, dan penyimpan harta yang akan diwariskannya.
96
Tidak ada kesalahan dalam terjemahan ini. tidak ada pemborosan kata, pemilihan diksinya pun tepat, dan tidak diterjemahkan secara harfiah sehingga pesan yang
disampaikan sesuai dengan pesan yang ditulis dalam peribahasa Arabnya.
19. Peribahasa tentang Akhlak Mulia
åÉĖا čėßĖا ĝëÚ
Berbuat baik merupakan akhlak mulia.
97
Susunan kalimat peribahasa ini adalah jumlah ismiyah. åÉĖا adalah mubtada, dan
čėßĖا ĝëÚ adalah khobar. åÉĖا dalam kamus mutarjim berarti derma, kebaikan, sumbangan, keikhlasan. Tetapi tidak masalah jika penerjemah mengartikannya
dengan berbuat baik. Jadi, tidak ditemukan kesalahan dalam terjemahan ini.
20. Peribahasa tentang Rendah Hati
ÔÅÎ ĥَÏĖا ÊءĤåěĖا
āضا Mahkota kemanusiaan itu rendah hati.
98
Pada peribahasa ini, kata ÊءĤåěĖا diartikan sebagai „kemanusiaan‟, dalam kamus
mutarjim, kata ÊءĤåěĖا diartikan sebagai keluhuran budi, kedermawanan,
kehormatan, keperwiraan, kewibawaan. Maka, sebaiknya peribahasa ini diterjemahkan menjadi mahkota kehormatan itu rendah hati.
96
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.67
97
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.67
98
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.70
67
21. Peribahasa tentang Perintah Bergaul dengan Orang Jujur
éĖÅج ءÅفĥĖاĤ ČáóĖا ĕĢأ
Bergaullah dengan orang-orang yang jujur dan selalu menepati janji.
99
Penerjemah berhasil menerjemahkan peribahasa ini. penerjemah menyesuaikan kata
éĖÅج dengan konteks dengan mengartikannya menjadi „bergaul‟, padahal dalam kamus munawwir, kata
éĖÅج berarti „duduk‟.
100
22. Peribahasa tentang Mencoba
äÅĂ ĝēÎ ýÚاĤ Åف
Æåج Coba dan perhatikanlah, niscaya kau akan tahu.
101
Kata „niscaya‟ dalam terjemahan ini membuat penerjemahan menjadi kaku. Akan lebih baik jika diganti dengan kata „maka‟. Sehingga terjemahannya menjadi coba
dan perhatikanlah, maka kau akan tahu.
23. Peribahasa tentang Ciri Manusia Terbaik
Åďėخ ęģğëÚأ èÅَğĖا åīخ Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya.
102
Terjemahan tersebut terdengar kaku karena ada kata „sebaik-baik‟. Sebaiknya kata te
rsebut diganti dengan kata „terbaik‟. Sehingga terjemahannya menjadi manusia terbaik adalah yang paling baik akhlaknya.
99
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.77
100
Ahmad Warson Munawwir, h.202
101
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.79
102
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.89
68
24. Peribahasa tentang Manusia Bermanfaat
èÅَğėĖ ęģăċĞأ èÅَğĖا åīخ Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
103
Kasus ini sama seperti kasus sebelumnya, yaitu terdapat kata yang membuat terjemahan menjadi kaku. Maka, sebaiknya terjemahan ini diubah menjadi
manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
25. Peribahasa tentang Dusta
èأä ÆãĒ ÆĥثãĖا
Pangkal dosa adalah dusta.
104
Tidak terdapat kesalahan dalam terjemahan peribahasa ini. tidak terdapat pemborosan kata, distorsi makna, serta bahasa yang kaku sehingga pembaca
mudah memahami pesan yang disampaikan oleh penulis.
26. Peribahasa tentang Menjaga Lisan
ĜÅëėĖا ýċÚ ħف ĜÅëĞإا ËĚاê Keselamatan seseorang terletak pada penjagaan lisannya
105
Terjemahan peribahasa diatas menggunakan metode penerjemahan komunikatif. Namun, kata
ĜÅëĞإا akan lebih tepat jika diartikan dengan „manusia‟. Sehingga terjemahan yang lebih baik menjadi keselamatan manusia terletak pada
penjagaan lisannya. Dalam peribahasa dalam bahasa Indonesia, peribahasa ini sering disebut dengan mulutmu harimaumu.
103
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.89
104
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.95
105
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.104
69
27. Peribahasa tentang Ciri Kurangnya Sopan Santun
Æàاا ËėĎ ĝĚ ÇÉê اÈ đÛَ÷Ėا
Tertawa tanpa sebab adalah pertanda kurangnya sopan santun
106
. Penerjemahan peribahasa ini menggunakan metode penerjemahan komunikatif.
Hal ini ditandai dengan adanya penambahan kata „pertanda‟ untuk memudahkan
pembaca memahami maksud yang disampaikan oleh penulis.
28. Peribahasa tentang Akal Tanpa Adab
ĕďăĖا أ اÈ
åĎÅăĖا å×َïĖا ÅĒ Æà Akal tanpa adab itu seperti pohon yang gersang.
107
Terjemahan pada peribahasa ini juga tidak ditemukan kesalahan. Pesan yang disampaikan sudah jelas, wajar dan mudah dipahami. Juga tidak ditemukan kata
yang membuat terjemahan menjadi kaku.