KEBERHASILAN ANALISIS KUALITAS PERIBAHASA ARAB POPULER DALAM BUKU

75 Ù×َğĖا èÅêأ éċَğĖا ħėĂ àÅěÏĂاا Bergantung pada diri sendiri merupakan asas keberhasilan. 122 Terjemahan pada peribahasa ini sudah benar. Tidak ada distorsi makna, diterjemahkan dengan metode komunikatif, tidak ada kata yang tidak umum, dan terjemahannya tidak menggunakan kata-kata yang kaku.

G. CINTA

1. Peribahasa tentang Buta karena Cinta ħěĂأ ÇÛĖا Cinta itu buta. 123 Kalimat ini berbentuk jumlah ismiyah. ÇÛĖا adalah mubtada dan ħěĂأ adalah khobar. Tidak ada kesalahan dalam penerjemahan ini. sebab makna dari terjemahan sudah tersampaikan, dan tidak ada kesalahan dari aspek leksikon. 2. Peribahasa tentang Cinta Kekuasaan ġĖ ءاĤà ا ءاà ËêÅئåĖا ÇÚ Cinta kekuasaan adalah penyakit yang tidak ada obatnya. 124 Terjemahan pada peribahasa ini juga tidak ditemukan kesalahan. Pesan yang disampaikan sudah jelas, wajar dan mudah dipahami. Juga tidak ditemukan kata yang membuat terjemahan menjadi kaku.

H. HARAM

122 Luqman Hakim Arifin, dkk, h.44 123 Luqman Hakim Arifin, dkk, h.81 124 Luqman Hakim Arifin, dkk, h.81 76 1. Peribahasa tentang Kejelasan Haram ĝīÈ ĘاåÛĖا Haram itu jelas. 125 Kalimat ini berbentuk jumlah ismiyah. Kata ĘاåÛĖا merupakan mubtada, dan kata ĝīÈ menjadi khobar. Bisa dilihat terjemahan yang penerjemah lakukan tidak terdapat kesalahan. Tidak terdapat distorsi makna, tidak kaku, dan tidak terdapat pemborosan kata.

I. HARTA

1. Peribahasa tentang Tamak ĜÅĚåÛĖا áئÅĎ ðåÛĖا Tamak adalah pangkal penyesalan 126 Kata ðåÛĖا diartikan sebagai „tamak‟, padahal di dalam kamus mutarjim berarti kekikiran, sifat pelit, sifat berhemat, pengiritan, penghematan. Lalu kata ĜÅĚåÛĖا diartikan sebagai „penyesalan‟, sedangkan dalam kamus berarti perampasan, pencabutan hak milik, pengingkaran, kekurangan, kemiskinan. Kata „tamak‟ dengan „kikir‟ berbeda maknanya dalam kamus besar bahasa Indonesia. tamak berarti selalu ingin beroleh banyak untuk diri sendiri; loba; serakah. Sedangkan kikir berarti terlampau hemat memakai harta bendanya; pelit; lokek;kedekut. Selanjutnya, kata „penyesalan‟ dengan „kemiskinan‟ juga terlampau jauh maknanya. 125 Luqman Hakim Arifin, dkk, h.81 126 Luqman Hakim Arifin, dkk, h.82