WAKTU ANALISIS KUALITAS PERIBAHASA ARAB POPULER DALAM BUKU

73 Kata “waktu itu” menimbulkan kesan ambigu. Kita sering menyebut peristiwa yang telah berlalu dengan kata “waktu itu”. Untuk tidak menimbulkan kesan ambigu, maka kata “itu” sebaiknya dibuang saja. Sehingga arti yang lebih tepat adalah “waktu lebih berharga daripada emas.” 2. Peribahasa tentang Memanfaatkan Waktu ÍĎĥĖا đăûĎ ġăûďÎ ęĖ Ĝ¾ فīَëĖÅĒ Waktu itu bagaikan pedang, jika kau tak memanfaatkannya, maka ia akan menebasmu. 117 Seperti kasus sebelumnya, kata “waktu itu” adalah kata yang ambigu sehingga diganti dengan kata “waktu” saja. Selain ambigu, terdapat perbedaan budaya antara Arab dan Indonesia. di negara Arab, mereka menggunakan kata “pedang” karena menurut mereka pedang adalah simbol pertahanan atas sesuatu yang sangat penting. Karenanya, orang Arab akan memperjuangkan segala hal yang dianggap mulia dan istimewa dengan pedang. 118 Dalam budaya Indonesia, yang dianggap mulia dan istimewa adalah uang. Maka, akan lebih tepat jika peribahasa tersebut diartikan menjadi “waktu adalah uang.” 3. Peribahasa tentang Menunda Pekerjaan áغĖا ËجÅجà ĝĚ åīخ ĘĥīĖا Ë÷īÈ Telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari. 119 117 Luqman Hakim Arifin, dkk, h.200 118 Moch. Syarif Hidayatullah, h.63 119 Luqman Hakim Arifin, dkk, h.69 74 Peribahasa ini diterjemahkan secara harfiah, namun pesan yang disampaikan tidak menyimpang. Maksud dari peribahasa ini menjelaskan tentang tidak baik jika kita menunda-nunda pekerjaan. 4. Peribahasa tentang Buku åīخ ÆÅÏĒ ĜÅĚ َçĖا ĩف éīėج Sebaik-baik teman duduk di setiap waktu adalah buku Terjemahan ini terasa kaku karena ada kata „sebaik-baik‟, sebaiknya kata tersebut diubah menjadi „terbaik‟.Sehingga terjemahannya menjadi teman duduk terbaik di setiap waktu adalah buku. 120

F. KEBERHASILAN

1. Peribahasa tentang Persatuan ØÅ×َğĖا èÅêأ ا àÅÛÎا Persatuan adalah asas keberhasilan 121 Kata àÅÛÎاا menjadi mubtada, dan ØÅ×َğĖا èÅêأ menjadi khobar. Sehingga susunan dari peribahasa ini adalah jumlah ismiyah. Tidak terjadi kesalahan dalam penerjemahannya. Pesan dari peribahasa ini sudah tersampaikan tanpa ada kata- kata yang membuat kaku. 2. Peribahasa tentang Bergantung pada Diri Sendiri 120 Luqman Hakim Arifin, dkk, h.90 121 Luqman Hakim Arifin, dkk, h.29 75 Ù×َğĖا èÅêأ éċَğĖا ħėĂ àÅěÏĂاا Bergantung pada diri sendiri merupakan asas keberhasilan. 122 Terjemahan pada peribahasa ini sudah benar. Tidak ada distorsi makna, diterjemahkan dengan metode komunikatif, tidak ada kata yang tidak umum, dan terjemahannya tidak menggunakan kata-kata yang kaku.

G. CINTA

1. Peribahasa tentang Buta karena Cinta ħěĂأ ÇÛĖا Cinta itu buta. 123 Kalimat ini berbentuk jumlah ismiyah. ÇÛĖا adalah mubtada dan ħěĂأ adalah khobar. Tidak ada kesalahan dalam penerjemahan ini. sebab makna dari terjemahan sudah tersampaikan, dan tidak ada kesalahan dari aspek leksikon. 2. Peribahasa tentang Cinta Kekuasaan ġĖ ءاĤà ا ءاà ËêÅئåĖا ÇÚ Cinta kekuasaan adalah penyakit yang tidak ada obatnya. 124 Terjemahan pada peribahasa ini juga tidak ditemukan kesalahan. Pesan yang disampaikan sudah jelas, wajar dan mudah dipahami. Juga tidak ditemukan kata yang membuat terjemahan menjadi kaku.

H. HARAM

122 Luqman Hakim Arifin, dkk, h.44 123 Luqman Hakim Arifin, dkk, h.81 124 Luqman Hakim Arifin, dkk, h.81