Unsur Budaya Teori Peribahasa
39
ه ĜÅÛÉê dalam bahasa Arab tidak selalu sama dengan konsep mahasuci Allah dalam bahasa Indonesia. karena, ungkapan itu sering kali bisa diterjemahkan
dengan luar biasa. Ihwal semacam ini kadang-kadang mnimbulkan kesulitan bagi penerjemah.
3 Peristiwa budaya. Tiap-tiap negara mempunyai apa yang disebut dengan “peristiwa budaya”. Di Arab Saudi, peristiwa tahunan ibadah haji,
merupakan peristiwa budaya, selain terkait dengan ritual keagamaan umat islam. Di Iran, peristiwa budaya juga bisa ditemui pada peringatan karbala,
setiap tanggal 10 Muharam. Dalam peristiwa-peristiwa budaya semacam itu penerjemah juga akan menjumpai banyak kesulitan dalam menerjemahkannya
karena dalam peristiwa-peristiwa budaya seperti itu akan ditemukan istilah- istilah budaya yang tidak akan dapat ditemukan di negara lain.
4 Bangunan tradisional. Di setiap negara sekarang ini banyak bangunan yang sama dengan bangunan yang terdapat di negara lain. Fenomena semacam
ini barangkali karena adanya film-film di TV. Namun demikian masing- masing negara masih banyak terdapat bangunan yang mempunyai ciri khas
lokal, dan tidak terdapat di negara atau daerah lain. Misalnya di Mesir dapat ditemui
ĚاåĢأ Å
; di Arab Saudi dapat ditemui ËÉăĒ. Bangunan semacam itu dalam
penerjemaha nmenimbulkan banyak kesulitan. Frasa ęīĢاåÈا ĘÅďĚ juga tidak bisa
serta-merta bisa diterjemahkan dengan makam Nabi Ibrahim, karena ternyata maksudnya justru pahatan bekas telapak kaki Nabi Ibrahim a.s, berdiri saat
membangun Kakbah, yang terdapat di Masjidilharam.
42
42
Moch Syarif Hidayatullah, h. 45
40
5 Kekerabatan. Setiap bangsa di suatu negara mempunyai sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan ini tampaknya sederhana bagi yang
memilikinya. Tetapi yang tampaknya sederhana itu ternyata menimbulkan banyak kesulitan bagi seorang penerjemah karena sistem kekerabatan ini
berbeda dari bangsa atau etnik yang satu dengan yang lain. Seperti contoh sistem kekerabatan Arab dikenal istilah
ęĂ ط
ËěĂ dan
ĔÅخ ط
ËĖÅخ . Penyebutan
ęĂ ط
ËěĂ dipergunakan untuk paman-bibi yang dari jalur bapak, sementara ĔÅخ ط
ËĖÅخ dipergunakan untuk paman-bibi yang dari jalur ibu. Ini jelas akan menimbulkan banyak kesulitan bagi seorang penerjemah.
6 amiyyah-fushha. Seperti bahasa lain, bahasa Arab juga mengenal bahasa standar dan bahasa nonstandar. Fushha merupakan bahasa standar,
sementara amiyyah merupakan bahasa nonstandar. Untuk kasus fushha, seorang penerjemah biasanya tidak terlalu mengalami kesulitan, karena sistem
tata bahasa dan sistem kosakatanya telah terstruktur. Hal yang sama tidak terjadi pada bahasa amiyyah. Penerjemah yan tidak terlalu mengenali sistem
budaya dan bahasa Arab, tentu akan kesulitan mengalihbahasakannya. Meskipun ragam amiyyah ini lebih sering ditemui pada kegiatan informal dan
tuturan, namun tidak jarang juga ragam ini bisa ditemui pada kegiatan formal dan tulisan.
7 Idiom. Sebuah idiom tidak mungkin diterjemahkan secara harfiah alias kata demi kata. Ungkapan-ungkapan idiomatik yang bersifat kultural
semacam ini mesti diterjemahkan sebagai satu kesatuan makna. Oleh karena itu, penerjemah tidaklah cukup menjadi seorang bilingual, tetapi juga mesti
menjadi seorang bikultural yang memahami dua budaya sekaligus. Dengan
41
kata lain, penerjemah sejatinya memiliki wawasan budaya yang luas, bauk yang berkenaan dengan bahasa sumber maupun bahasa target.
43
8 Ekologi seperti flora, fauna, angin, lembah, gunung. Sebagai contoh masyarakat Arab mempunyai aneka kosakata berkenaan dengan unta,
seperti ĕīėê „anak unta yang belum jelas jantan atau betinanya‟, äاĥÚ „anak unta
yang belum disapih‟, ôÅßĚ ĝÈا„anak unta jantan berumur satu tahun‟, ÍğÈ ôÅßĚ„anak unta betina berumur satu tahun‟, ĜĥÉĖ ÍğÈ„anak unta betina berumur
dua tahun‟, dan seterusnya.
44
9 budaya material. Budaya material itu meliputi makanan seperti ،
ğÉĖÅÈ ÔÅجà áĪåÓ
, pakaian seperti ĔÅďĂ ،ËīفĥĒ ،فخ ،ÆÅÉėج ،ËīÈاج ،ÊءاĚ ،āĎåÈ, senjata
seperti čīğ×ğĚ.
10 isyarat dan kebiasaan. Dalam bahasa Arab, hal ini bisa kita temukan pada ayat yang artinya: janganlah kamu jadikan tanganmu
terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu mengulurkannya karena kamu menjadi tercela dan menyesal Q.S Al-
Isra [17]: 29. “tangan terbelenggu pada leher” adalah simbol kikir yang bersumber pada isyarat tangan yang
dikenal di kalangan bangsa Arab. Simbol ini ternyaa tidak dikenali dalam budaya bahasa Indonesia.
45
43
M. Zaka Al Farisi, h. 146
44
M. Zaka Al Farisi, h. 140
45
Moch Syarif Hidayatullah, h. 45-47
42