ILMU ANALISIS KUALITAS PERIBAHASA ARAB POPULER DALAM BUKU
57
Akan lebih baik j ika terjemahannya diganti dengan “yang akan aku terangkan
dengan jelas” Lalu kata
Ĕĥø
disini diartikan sebagai “panjang”. Menurut peneliti, kata “panjang” kurang pantas jika disandingkan dengan kata “waktu”. Sehingga yang lebih tepat
adalah menggunakan k ata “lama”.
Dari keterangan di atas, peneliti mengartikan peribahasa tersebut dengan “saudaraku, kamu tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara yang
akan aku terangkan dengan jelas: kecerdasan, ketamakan terhadap ilmu, kesungguhan, harta b
enda bekal, bergaul dengan guru, serta waktu yang lama.”
2. Peribahasa tentang Mencari Ilmu ke Cina
ĝīóĖÅÈ ĥĖĤ ęėăĖا Çėøا Tuntutlah ilmu walaupun sampai di negeri Cina.
74
Kalimat tersebut bisa berarti „walaupun sudah sampai di negeri Cina tetap harus menuntut ilmu‟ atau „tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.”
Untuk tidak membuat pembaca menjadi tidak paham, maka kata sambung “di” sebaiknya dengan kata “ke”. Sehingga terjemahannya menjadi “tuntutlah ilmu
walaupun sampai ke negeri Cina.”
3. Peribahasa tentang Bukti Kecerdasan dan Keilmuan Manusia
ġĖĥĎ ġěėĂ ĕīĖàĤ ġėăف ءåěĖا ĕďĂ ĕīĖà Bukti kecerdasan seseorang dapat dilihat dari perbuatannya, dan bukti keilmuan
seseorang dapat dilihat dari pembicaraannya.
75
74
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.44
75
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.91
58
Peneliti menemukan dua kesalahan. Yaitu kata ءåěĖا yang diartikan sebagai
“seseorang”. Dalam kamus munawwir, kata ءåěĖا diartikan dengan “orang”. Dalam kamus mutarjim, kata „seseorang‟ dalam bahasa Arab adalah ¼åĚا. Kata “seseorang”
dengan “orang” itu berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “orang” berarti manusia, dirinya sendiri, kata penggolong untuk manusia, anak buah, rakyat,
suku bangsa, manusia lain . Sedangkan kata “seseorang” berarti seorang yang tidak
dikenal.
76
Tetapi kata “orang” akan lebih baik jika diganti dengan “seorang”. Kemudian kalimat “dapat dilihat dari” sebanyak dua kali ini merupakan
pemborosan kata. Sebaiknya hanya diartikan dengan kat a “adalah”. Sehingga arti
peribahasa tersebut yang peneliti sarankan sebaiknya adalah “bukti kecerdasan manusia adalah perbuatannya, dan bukti keilmuan manusia adalah perkataannya”.
4. Peribahasa tentang Menuntut Ilmu dari Buaian sampai Liang Lahat
áÛَėĖا ħĖ¾ áģěĖا ĝĚ ęėăĖا Çėøا Tuntutlah ilmu sejak dari buaian ibu hingga ke liang lahat.
77
Terjemahan tersebut sudah benar dan mudah dipahami. Bentuk peribahasa ini adalah jumlah fi‟liyah. Çėøا adalah fi‟il, ÍĞا dikira-kirakan, maf‟ulnya adalah ęėăĖا, dan áģěĖا ĝĚ
áÛَėĖا ħĖ¾ adalah maf‟ul fih. Sedangkan dalam susunan bahasa Indonesia, ÍĞا adalah subjek,
Çėøا adalah predikat, ęėăĖا adalah objek, dan áÛَėĖا ħĖ¾ áģěĖا ĝĚ adalah keterangan waktu. Jadi, susunan SPOK nya juga sudah baik dan benar.
76
Harimurti Kridalaksana, dkk, h.986-987
77
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.44
59
5. Peribahasa tentang Sekolah yang Paling Utama
أا ËêäáĚ ħĖĤ
Ęأا Ibu merupakan sekolah yang paling utama.
78
Peribahasa ini merupakan jumlah ismiyah. Ęأا adalah mubtada, ËêäáĚ adalah khobar,
ħĖĤأا adalah keterangan. Pesan dalam terjemahan sudah tersampaikan dan tidak ada kata-kata yang kaku.
6. Peribahasa tentang Perintah Menuntut Ilmu dan Berinteraksi dengan Ulama
ęَėăÎ ءÅěėăĖا éĖÅج ÇīÉĖ ùĎ ÆÅخ ÅĚ ġëĖÅ×Ě ĩف éėجاĤ ęėăĖا
Tuntutlah ilmu dan duduklah di majelis-majelisnya. Karena tidak ada kegagalan bagi orang berakal yang berinteraksi dengan ulama.
79
Dalam kamus mutarjim, kata éĖÅج berarti „yang duduk‟, namun penerjemah
mengartikannya dengan „berinteraksi‟ karena disesuaikan dengan konteks. Menurut peneliti, penerjemah berhasil menerjemahkan peribahasa ini secara komunikatif.
7. Peribahasa tentang Belajar di Waktu Kecil
å×ÛĖا ħėĂ شďَğĖاÅĒ åغóĖا ĩف ę ėăَÏĖا Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu.
80
Tidak ditemukan kesalahan dalam terjemahan peribahasa ini. Maksud dari peribahasa ini adalah anak kecil gampang menghafal sesuatu sehingga membekas di ingatannya.
8. Peribahasa tentang Pentingnya Mencatat
ËďثاĥĖا ĔÅÉÛĖÅÈ Đàĥīص áīĎ ĠáīĎ ËÈÅÏēĖا Ĥ áīص ęėăĖا
78
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.50
79
Luqman Hakim Arifin, dkk, h. 72
80
Luqman Hakim Arifin, dkk, h. 73
60
Ilmu itu ibarat buruan, dan tulisan itu ibarat talinya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.
81
Terdapat pem borosan kata dalam penerjemahan di atas. Tanpa adanya kata „itu‟
terjemahan juga tetap dapat dipahami. Maka, akan lebih baik jika kata „itu‟ dihilangkan. Sehingga terjemahannya menjadi ilmu ibarat buruan, dan tulisan ibarat
talinya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.
9. Peribahasa tentang Ilmu ada di Hati
ęėăĖا ëĖا ĩف ا äĤáóĖا ĩف
ĥÏ ä
Ilmu itu berada di hati, tidak di atas tulisan
82
Kata ĩف diterjemahkan menjadi „di atas‟, akan lebih baik jika diterjemahkan menjadi
„dalam‟. Sehingga alternatif yang peneliti berikan adalah ilmu berada dalam hati, bukan dalam tulisan.
10. Peribahasa tentang Manusia Tanpa Ilmu
ęئÅģÉĖÅĒ èÅَğĖا ĜÅēĖ ęėăĖا ا ĥĖ Kalau bukan karena ilmu, manusia itu seperti binatang.
83
Tidak ada kesalahan dalam terjemahan ini. tidak ada pemborosan kata, pemilihan diksinya pun tepat, dan tidak diterjemahkan secara harfiah sehingga pesan yang
disampaikan sesuai dengan pesan yang ditulis dalam peribahasa Arabnya.
81
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.120
82
Luqman Hakim Arifin, dkk, h.120
83
Luqman Hakim Arifin, dkk, h. 154
61