makna dan lain-lain. Guru berperan sebagai mediator untuk mengoptimalisasi belajar siswa. Teori konstruktivisme sesuai dengan karakteristik pendekatan
pendidikan matematika realistik. Sehingga teori ini melandasi pendekatan pendidikan matematika realistik.
3 Teori Bruner Dasar teori ini adalah anak harus berperan aktif saat belajar di kelas.
Konsepnya adalah belajar dengan menemukan, siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan satu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat
kemampuan berpikir anak. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses penemuan personal oleh setiap individu.
14
Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan discovery learning, ialah lingkungan dimana
siswa melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Dalam lingkungan banyak
hal yang dapat dipelajari siswa.
15
Guru memberikan keleluasan kepada siswa untuk menjadi pemecah masalah, yang menjelajah dan berbasis penemuan. Siswa didorong dan disemangati untuk
belajar melalui kegiatan dan pengalaman. Peran guru untuk menjamin agar kegiatan belajar menimbulkan rasa ingin tahu, meminimalkan resiko kegagalan
belajar dan agar relevan dengan kebutuhan siswa. Dapat disimpulkan, teori bruner adalah belajar dengan cara siswa menemukan
sendiri serta siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya berlandaskan kegiatan dan pengalamannya. Pembelajar memilih dan mengolah
informasinya. Diperlukan bantuan guru memandu para siswanya untuk membangun pengetahuannya sendiri.
c. Hakekat Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan oleh guru dan siswa. Guru yang mengajar dan siswa yang belajar. Terdapat definisi mengenai pembelajaran
diantaranya pembelajaran adalah kegiatan guru yang terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa-siswi belajar secara aktif, yang menekankan
14
Suyono dan Hariyanto, Op Cit., h.88
15
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010, h.11
pada sumber belajar.
16
Jadi, pembelajaran adalah proses mengajar yang dirancang guru untuk membuat siswa belajar dan menghasilkan respons terhadap situasi
tertentu. Terdapat dua karakteristik dalam pembelajaran. Pertama, dalam proses
pembelajaran melibatkan proses mental siswa-siswi secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa-siswi sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi
menghendaki aktivitas siswa-siswi dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus
yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa siswi, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa-siswi
untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
17
Salah satu mata pelajaran yang diperoleh seseorang ketika menjalani pendidikan di Sekolah Dasar adalah pelajaran matematika. Kemajuan zaman dan
perkembangan peradaban manusia tidak pernah lepas dari unsur matematika. Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
knowledge, science. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar berpikir.
Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir bernalar. Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia rasio penalaran, bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran
manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.
18
Ada beberapa definisi dari para tokoh tentang pengertian matematika. Menurut Russefendi
adalah matematika merupakan terorganisasikan dari unsur- unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di
mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena
16
Esti Yuli Widyanti, dkk, Pembelajaran Matematika MI, Surabaya:LAPIS PGMI,2009, h.1-6
17
Esti Yuli Widyanti, dkk, Ibid., h.1-6
18
Erna Suwangsih, Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: UPI Press,2006, h.3
itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
19
Menurut Cocroaft matematika perlu diajarkan kepada siswa karena selalu digunakan dalam segi kehidupan,
semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang kuat dan singkat, dapat digunakan untuk
menyajikan berbagai informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran ruangan, memberikan kepuasan terhadap
usaha memecahkan masalah yang menantang.
20
Karakteristik matematika berbeda dengan bidang studi lain. Karakteristik matematika tersebut, yaitu matematika memiliki obyek kajian yang abstrak,
bertumpu pada kesepakatan yang mengikat kepada semua anggota masyarakat, berpola pikir deduktif, memiliki banyak simbol, memperhatikan semesta
pembicaraan dan konsisten sistemnya.
21
Dari uraian tersebut, matematika memerlukan pemahaman daripada hapalan. Sehingga untuk dapat memahami
suatu pokok bahasan dalam matematika, siswa harus mampu menguasai konsep- konsep matematika dan keterkaitannya, serta mampu menerapkan konsep-konsep
tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Terdapat 3 elemen dalam kurikulum matematika yaitu konsep, keterampilan dan pemecahan masalah.
Matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif, sedangkan siswa SD berada pada usia 7 hingga 12 tahun masih berada pada tahap operasional konkrit
yang belum dapat berpikir formal. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan guru untuk mengajarkan matematika sesuai perkembangan usia SD. Terdapat ciri-ciri
pembelajaran matematika di SD, yaitu:
22
1 Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral. Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan
dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengkaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya. Topik
sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat memahami dan
19
Ibid, h. 4
20
Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, h.202
21
Saepul, dkk, Matematika, Surabaya: Lapis PGMI, 2008, h.2-6
22
Erna Suwangsih, Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Bandung:UPI Press,2006, h.25