Bentuk-bentuk Hasil Belajar Matematika

a Faktor Jasmaniah Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu. Selain itu ia akan cepat lelah, kurang bersemangat mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan kelainan- kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Selain kesehatan, cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuhbadan. Seperti buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan sebagainya. Siswa yang cacat belajarnya akan terganggu. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa tidak memuaskan. b Faktor Psikologis Terdapat tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. 1. Inteligensi, dalam hal ini intelegensi seseorang mempengaruhi belajar. Tetapi, tidak semua siswa intelegensi tinggi yang akan berhasil. Banyak faktor lain yang mempengaruhi belajarnya. Meskipun terdapat siswa yang intelegensinya normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik. Artinya belajar dengan menerapkan metode yang efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya berpengaruh positif. Maka siswa tersebut dapat berhasil. 2. Perhatian, untuk mendapatkan hasil belajar yang baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap pelajaran yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak mendapat perhatian siswa, timbullah kebosanan. 3. Minat, adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa. Maka siswa tidak akan belajar dengan baik. 4. Bakat, yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajar lebih baik karena ia senang belajar. 5. Motif, dalam proses belajar perlu diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Motif tersebut adalah daya penggerak atau pendorong. 6. Kematangan, kematangan merupakan fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah matang atau sudah siap. 7. Kesiapan, kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan ini timbul dari dalam diri seseorang. Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan baik. c Faktor Kelelahan Kelelahan sering terjadi pada seseorang. Kelelahan pun dibagi menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglai tubuhnya dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2 Faktor-faktor dari Luar Faktor ini terdapat dari luar diri siswa. Faktor dari luar yang berpengaruh terhadap belajar yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. a Faktor Keluarga Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Hal ini akan berpengaruh pada proses belajar siswa. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, tidak memperhatikan kebutuhan anaknya dalam belajar. Selain itu, suasana rumah juga mempengaruhi belajar anak. Suasana yang tegang, ribut, pertengkaran. Kemudian keadaan ekonomi juga mempengaruhi belajar. Anak yang serba kurang fasilitasnya. Akan mengganggu belajarnya. Dapat disimpulkan keluarga cukup besar mempengaruhi belajar anak. b Faktor Sekolah Faktor dari luar lainnya adalah sekolah. Hal-hal yang mempengaruhi mencakup semua komponen sekolah diantaranya metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas. Maka dari itu diperlukan peran guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. c Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor dari luar yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Hal-hal yang mempengaruhi adalah kegiatan siswa dalam masyarakat, media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap siswa sehingga dapat belajar dengan baik. Selain faktor-faktor tersebut dalam buku Psikologi Pendidikan karya Sumadi Suryabrata, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor-faktor Non- sosial, faktor sosial, faktor fisiologis dan psikologis. Faktor yang termasuk dalam nonsosial disebut juga faktor tak terbilang jumlahnya, seperti keadaan udara, suhu, udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar. Selain itu letak sekolah juga mempengaruhi. Letak sekolah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan dan jauh dari kebisingan. Faktor-faktor Sosial adalah faktor manusia, baik manusia itu ada maupun kehadirannya dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar dapat mengganggu belajar itu. Misalnya yaitu saat kamu sedang ujian terdengar suara anak-anak lain bercakap-cakap di luar kelas dan ketika kamu sedang belajar di dalam kamar lalu orang yang keluar masuk. 32 Faktor ketiga yaitu faktor fisiologis dan keempat yaitu faktor psikologis. Faktor ketiga dan keempat sama seperti faktor yang diungkapkan sebelumnya. Berhasil tidaknya belajar dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak dapat dihindari. Tetapi, hendaknya para pendidik dan orang tua berupaya untuk menghadapi faktor-faktor tersebut.

2. Deskripsi Teori Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

Sub bab ini akan membahas pengertian pendekatan pendidikan matematika realistik, karakteristik pendidikan matematika realistik, prinsip pendidikan matematika realistik dan desain model pembelajaran pendidikan matematika realistik.

a. Pengertian Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

Dalam proses belajar mengajar guru harus mempersiapkan strategi, metode dan pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Ini diperlukan agar kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. 33 Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai suatu konsep. Pendekatan mempunyai pengaruh terhadap tujuan belajar yang diharapkan. Oleh karena itu sebelum melaksanakan pengajaran, guru perlu menentukan pendekatan yang tepat yang akan diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan Matematika Realistik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan matematika. Pendekatan ini yang pertama kali di diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda sejak tahun 70-an oleh Institute Freudenthal. Suatu ilmu pengetahuan akan sulit untuk diterapkan jika ilmu pengetahuan tersebut tidak bermakana bagi kita. Kebermakanaan ilmu pengetahuan juga 32 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, h.233 33 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2006, h.127 menjadi aspek utama dalam proses belajar. Suatu ilmu pengetahuan akan bermakna bagi pembelajar jika proses belajar melibatkan masalah realistik atau dilaksanakan dalam suatu konteks. Ini merupakan konsep dari pendekatan pendidikan matematika realistik Realistic Mathematics Education. Pendidikan matematika realistik yang dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970 an dengan berlandaskan filosofi matematika sebagai aktivitas manusia mathematics as human activity dicetuskan oleh Hans Freundenthal. 34 Menurutnya matematika bukan sebagai suatu produk jadi yang diberikan kepada siswa, melainkan sebagai suatu proses yang dikonstruksi siswa. Pendidikan matematika realistik sudah mulai diterapkan di Indonesia dengan nama PMRI sejak tahun 2001. PMRI dikembangkan oleh Institut Pengembangan PMRI dengan melibatkan empat universitas di Indonesia, yaitu: UPI, UNY, Universitas Sanata Dharma dan Universitas Negeri Surabaya. 35 Implementasi pendekatan pendidikan matematika realistik merupakan adaptasi dari Realistic Mathematics Education RME yang disesuaikan dengan karakteristik dan budaya bangsa Indonesia atau budaya lokal. Pendidikan Matematika Realistik adalah pendidikan matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan realistik dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengalaman matematika formal. Pembelajaran ini berbeda dengan pembelajaran matematika selama ini yang cenderung berorientasi kepada pemberian informasi dan menggunakan matematika yang siap pakai untuk menyelesaikan masalah-masalah. 36 Berdasarkan uraian di atas dapat simpulkan bahwa pendekatan pendidikan matematika realistik merupakan pendekatan pembelajaran matematikan yang mengaitkan pengalaman siswa sebagai aktivitas kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, dengan pendekatan matematika realistik siswa tidak hanya dibawa ke kehidupan real yang ada dalam pikiran siswa melainkan siswa juga diajak 34 Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2012, h. 3 35 Ariyadi Wijaya, Ibid., h.3 36 Esti Yuli Widyanti, dkk, Pembelajaran Matematika MI, Surabaya : LAPIS PGMI,2009 h.3-7