langkah-langkah yang diambil akan memberi hasil positif dalam arti pengentasan kemiskinan dan perbaikan pengelolaan ekosistem. Proses untuk menyiapkan
skema kompensasi yang berdasarkan perspektif ini memang cenderung lebih kompleks dan sejauh ini belum merupakan perspektif yang dominan.
2.16 Fokus pada Masyarakat Miskin Perdesaan
Argumen pertama menjadi landasan perlunya memberikan kompensasi bagi masyarakat petani atau masyarakat hulu dan penduduk lokal atas peran mereka
dalam menjaga ketersediaan sumberdaya alam sebagai jasa lingkungan semata merupakan alasan pragmatis. Banyak kawasan yang harus dilindungi dan
memiliki potensi penyediaan jasa lingkungan yang didiami, dikelola, dan dimanfaatkan oleh penduduk lokal. Dalam kasus seperti ini, mengabaikan
penduduk lokal bukan sesuatu yang dapat dilakukan. Perjuangan untuk memperoleh perluasan hak akses dan kontrol terhadap sumberdaya alam oleh
berbagai kelompok masyarakat diberbagai belahan bumi sudah banyak dilakukan. Untuk itu, perlu dikembangkan skema kompensasi yang melibatkan masyarakat
secara penuh. Bila sistem pengetahuan tradisonal dan praktek pengelolaan sumberdaya alam yang dimiliki penduduk lokal yang menghasilkan jasa tersebut
tidak dijaga dan dilestarikan, maka beberapa jasa ekosistem tertentu seperti keragaman genetik spesies yang diperlukan, diantaranya sebagai sumber bahan
makanan dan obat-obatan dapat hilang begitu saja. Argumen kedua didasarkan pada pertimbangan kesetaraan. Skema
konservasi yang mengintegrasikan dengan tujuan sosial memberikan keuntungan bagi masyarakat pedesaan dengan tujuan lingkungan menjamin ketersediaan
sumberdaya alam sebagai jasa lingkungan hanya akan menjamin instrumen yang timpang . jika tujuan perlindungan dan pelestarian sumberdaya alam dipisahkan
dari penguatan strategi kehidupan masyarakat pedesaan, maka tujuan lingkungan mungkin akan terwujud tetapi dengan ongkos sosial yang tinggi. Strategi
kompensasi yang direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan perspektif masyarakat pedesaan, penduduk lokal, dan petani akan dapat memperkuat
kehidupan mereka sekaligus memperbaiki pengelolaan lahan dikawasan pedesaan. Hubungan antara masyarakat dengan ekosistem yang dikelolanya dapat
dikelompokkan dalam ke dalam tiga tingkatan. Pertama, hubungan yang lansung
yaitu pengelolaan ekosistem untuk pemenuhan kebutuhan subsisten dasar seperti bahan makanan, kayu, api, air dan kehidupan spritual. Kedua, hubungan
yang terkait dengan masyarakat pengguna sumberdaya alam untuk melakukan kegiatan produksi sehingga menghasilkan kelebihan produksi. Kelebihan ini lalu
dijual di pasar dalam upaya memperoleh pendapatan. Yang terakhir berkaitan dengan usaha penyediaan jasa lingkungan bagi kepentingan regional dan global
misalnya kualitas air, keanekaragaman hayati, dan penambatan karbon yang saat ini merupakan fokus sejumlah inisiatif baru. Strategi masyarakat, dengan
makin tersedianya jasa ekosistem, harus terintegrasi ke dalam tiga tingkatan tersebut dan mampu mengurai setiap hambatan dalam setiap tingkatan.
2.17 Jasa Lingkungan Ekowisata