baik oleh masyarakat setempat yang miskin maupun oleh pemerintah yang memberikan izin pengelolaan hutan kepihak pengusaha tetapi tanpa kendali.
Berbagai perubahan lingkungan dalam pembangunan memberikan isyarat untuk pengelolaan sumberdaya alam. Oleh karena perilaku manusia dalam
pembangunan berdampak terhadap sumberdaya alam dan ekosistem global, oleh karenanya diperlukan strategi dalam pengelolaan sumberdaya alam khususnya
kedepan, sehingga dapat menciptakan keselarasan dalam pembangunan ekonomi.
1.2 Perumusan Masalah
Air adalah sumberdaya yang dinamik sebagai sumber kehidupan segala mahluk di dunia, sehingga memberikan implikasi yang relatif pelik dan khas
dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatannya. Pada setiap titik pada daerah alirannya, potensi daya yang dimiliki baik dalam kuantitas ataupun kualitasnya
berfluktuasi menurut waktu. Daerah Aliran Sungai DAS memiliki arti penting dalam upaya konservasi tanah dan air. Badan Pengelolaan Sumberdaya Air
mendefinisikan DAS sebagai suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh pembatas alam topografi dimana semua air yang jatuh di daerah tersebut diterima,
ditampung dan dialirkan melalui satu outlet tertentu. Disis lain DAS dapat dipandang sebagai suatu sistem dimana semua komponen penyusunnya saling
berinteraksi satu sama lain khususnya hubungan antara hulu dan hilir. Keberlansungan pengelolaan DAS dan konservasi tanah dalam jangka panjang
sangat ditentukan oleh keseimbangan tercapainya manfaat sosial ekonomi dan terpeliharanya fungsi lingkungan.
Kondisi sosial ekonomi di daerah Gunung Wayang sangat memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pendapatan dan pendidikan yang rendah di
daerah tersebut. Oleh karena itu, salah satu indikator kerusakan lingkungan, lahan dan air adalah kemiskinan, hal ini terlihat dari indek kemiskinan manusia di Jawa
Barat tahun 1995 adalah 26,3 kemudian meningkat menjadi 26,9 Bapenas, 2001. Petani yang miskin akan menggunakan lahan hanya untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa memperhitungkan daya dukung sumberdaya lahan tersebut. Penurunan kualitas sumberdaya lahan dan tingkat hidup petani
disebabkan kemiskinan yang merupakan sumber kerusakan lingkungan. Sehingga untuk memperbaiki kondisi lingkungan di daerah tersebut, terlebih dahulu harus
meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat. Oleh karena itu, memang ada keterkaitan antara berkurangnya jumlah lahan hutan dengan
meningkatnya indeks kemiskinan manusia di Jawa Barat sebagaimana diungkapkan oleh Kramadibrata dan Kastaman 2003. Berkaitan dengan itu maka
salah satu kebijakan pemulihan kerusakan di wilayah hulu DAS Citarum adalah dari aspek sosial dan ekonomi, dimana masyarakat harus diberikan insentif
sebagai jasa lingkungan. Oleh karena berdasarkan data dan fakta yang ada, telah mengambarkan bahwa ada keterkaitan antara penyusutan penawaran air di hilir
dengan berkurangnya luas hutan sebagai area tangkapan air di wilayah DAS yang disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin di wilayah hulu,
dimana terjadi penebangan hutan lindung dan hutan konservasi. Akibat kegiatan konservasi lahan menurut Sumaryanto 1994 bahwa
hilangnya kesempatan kerja petani dan pendapatan kerja yang dihasilkan, irigasi yang dibangun dengan biaya besar tidak difungsikan dengan semestinya, dan
hancurnya beberapa kelembagaan lokal yang selama ini menunjang pembangunan pertanian. Dengan adanya akibat kegiatan konservasi tersebut maka petani
alternatif lain untuk mencukupi kebutuhan mereka dengan cara menebang hutan, baik hutan konservasi maupun hutan produksi.
Oleh karena peran kawasan daerah hulu DAS sangat besar dalam menkonservasi air, upaya perbaikan lingkungan khususnya mempertahankan dan
meningkatkan luas kawasan dengan penutupan tajuk, harus mendapat perhatian yang serius dari semua pihak. Pada daerah DAS Citarum Hulu khususnya di
Gunung Wayang, menurut studi yang telah dilakukan oleh Bina Mitra 2003 bantuan yang telah diberikan hanya berupa bantuan fisik seperti pelebaran aliran
sungai yang tidak dirasakan manfaatnya oleh penduduk setempat. Perencanaan yang terpadu dari hulu sampai hilir diharapkan dapat menghasilkan suatu
pengelolaan DAS yang lebih baik dan terpadu. Salah satu bentuk kajian yang diperlukan untuk mendukung penyusunan sistem pengelolaan DAS yang baik
ialah mempelajari kemauan masyarakat pengguna jasa lingkungan dalam membayar kompensasi terhadap penyedia jasa lingkungan di hulu DAS Citarum
yang bersedia melakukan perbaikan lingkungan.
Bertolak dari kondis aktual yang telah diuraikan di atas, maka dapat dihimpun beberapa masalah yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini,
yaitu : 1.
Menganalisis persepsi masyarakat tentang jasa perbaikan lingkungan. 2.
Menganalisis kemauan membayar masyarakat WTP tentang jasa perbaikan lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Menganalisis persepsi masyarakat tentang kondisi sumber air yang tersedia.
1.3 Tujuan Penelitian