Penilaian Sumberdaya Alam .1 Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Sumberdaya Alam
Untuk itu lebih lanjut Fauzi 2004, menjelaskan beberapa kriteria pada Tabel 1, yaitu pengelolaan sumberdaya air, khususnya yang menyangkut alokasi,
memang menjadi sangat kompleks. Namun secara umum ada beberapa mekanisme alokasi yang umum digunakan, yakni Queuing system, water pricing,
alokasi public, dan user based allocation. Namun alokasi air yang cocok diterapkan terhadap kota-kota besar adalah water pricing dan Alokasi berbasis
pasar water market, berikut masing-masing mekanisme alokasi : 1.
Queuing system : sistem antrian ini mengacu pada dua sistem alokasi yang cukup dominan, yakni Riparian Water Rights dan Prior Appropriation Water
Rights. Istilah Riparian sebenarnya mengacu pada daerah yang berada atau berdekatan dengan sungai maupun danau. Tapi sistem riparian ini banyak
memiliki kelemahan karena alokasi air tidak berdasarkan kriteria ekonomi, sehingga sering menimbulkan ekksternalitas pada sumberdaya yang bersifat
common property. Kedua adalah Prior Appropriation Water Rights di dasarkan pada prinsip bahwa hak atas kepemilikan air diperoleh melalui penemuan
maupun kepemilikan bersifat mutlak, artinya pemilik hak atas air diperbolehkan untuk tidak membagi pemanfaatan atas air kepada pihak lain.
2. Water Pricing : sebagaimana dikemukakan diatas, sistem alokasi yang
berdasarkan pada antrian banyak menimbulkan inefisiensi dalam pemanfaatan air karena ketiadaan kriteria ekonomi. Maka melalui sistem penentuan harga
yang tepat melalui water pricing yang mencerminkan biaya yang sebenarnya akan memberikan sinyal kepada pengguna mengenai nilai dari air dan dapat
menjadi insentif untuk pemanfaatan air yang lebih bijaksana.
2.4 Penilaian Sumberdaya Alam 2.4.1 Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Sumberdaya Alam
Persepsi adalah proses dimana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungnnya melalui indera-indera yang dimilikinya, atau pengetahuan
tentang lingkungannya yang diperoleh melalui interpretasi data indera Saparinah, 1976. Persepsi adalah proses pemberian arti kognisi terhadap lingkungan oleh
seseorang, dan karena aetiap orang memberi arti kepada stimulus, maka indifidu yang berbeda akan melihat hal yang sama dengan cara yang berbeda, demikianlah
terjadilah persepsi itu Saparinah, 1976.
Berdasarkan batasa-batasan tersebut, dapat dipahami bahwa pengertian persepsi merupakan penilaian, penglihatan atau pandangan seseorang melalui
proses psikologis yang selektif terhadap suatu obyek atau segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Saparinah 1976
mengemukakan ada 4 karakteristik dari faktor-faktor pribadi atau sosial yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu :
1. Faktor ciri khas dari obyek ransangan, faktor ini terdiri dari :
a. Nilai, yaitu ciri-ciri dari stimulus ransangan seperti nilai bagi obyek yang
mempengaruhi cara stimulus tersebut dipersepsi. b.
Arti emosional, yaitu : sampai seberapa jauh stimulus tertentu merupakan sesuatu yang mempengaruhi persepsi indifidu yang bersangkutan.
c. Familiaritas, yaitu pengenalan yang berkali-kali dari suatu stimulus yang
mengakibatkan stimulus tersebut dipersepsi lebih akurat. d.
Intensitas, yaitu ciri-ciri yang berhubungan dengan derajat kesadaran seseorang mengenai stimulus tersebut.
2. Faktor pribadi, termasuk dalam ciri khas indifidu seperti tingkat kecerdasan,
minat, emosional dan lain-lain. 3.
Faktor pengaruh kelompok, dalam suatu kelompok manusia, respon orang lain akan memberi arah terhadap tingkah laku seseorang.
4. Faktor latar belakang kultural, orang dapat memberikan suatu persepsi yang
berbeda terhadap obyek yang sama karena latar belakang kultural yang saling berbeda.