pengembangan masyarakat. Selain memanfaatkan sumberdaya alam melalui teknologi, manusianya juga harus dikembangkan.
2.3. Konsep Wilayah dan Pembangunan
Menurut Rustiadi et al.2005, di Indonesia berbagai konsep nomenklatur kewilayahan seperti Wilayah, kawasan, wilayah, regional, area, ruang dan istilah-
istilah sejenis, banyak dipergunakan dan saling dapat dipertukarkan pengertiannya walaupun masing-masing memiliki bobot penekanan pemahaman
yang berbeda-beda. Ketidak konsistenan istilah tersebut kadang menyebabkan kerancuan pemahaman dan sering membingungkan.
Lebih jauh Rustiadi et al.2005 menjelaskan, secara teoritik tidak ada perbedaan nomenklatur antara istilah wilayah, kawasan. Kawasan dan wilayah.
Semuanya secara umum dapat diistilahkan dengan wilayah region. Penggunaan istilah kawasan di Indonesia digunakan karena adanya penekanan
fungsional suatu unit wilayah. Karena itu definisi konsep kawasan adalah adanya karakteristik
hubungan dari fungsi-fungsi dan komoponen-komponen dalam suatu unit wilayah, sehingga batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
fungsional. Dengan semikian, setiap kawasan atau sub kawasan memiliki fungsi-fungsi khusus yang tentunya memerlukan pendekatan program tertentu
sesuai dengan fungsi yang dikembangkan tersebut. Pengertian wilayah pada dasarnya bukan sekedar areal dengan batas-
batas tertentu, namun suatu areal yang memiliki arti meaningfull karena adanya masalah-masalah didalamnya. Isard 1975 dalam Rustiadi et al. 2005. Menurut
Glasson 1990 dalam Rustiadi et al. 2005, wilayah sebagai kesatuan area geografis yang menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan
implementasi dari pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
Selanjutnya menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional.
Sedangkan pengertian kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya. Sementara itu pengertian wilayah walaupun tidak disebutkan
secara eksplisit namun umumnya dipahami sebagai unit wilayah berdasarkan aspek administratif.
Menurut Budiharsono 2001, wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung
secara internal. Selanjutnya dijelaskan bahwa wilayah dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu: 1 wilayah homogen uniformhomogeneous region, adalah wilayah
yang dipandang dari satu aspekkriteria mempunyai sifatciri-ciri yang relatif sama misal dari aspek ekonomi struktur produksi dan konsumsi homogen. 2 wilayah
nodal nodal region, adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat inti dan wilayah belakangnya hinterland, 3
wilayah perencanaan planning region programming region, adalah wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi
dan; 4 wilayah administratif administrative region, adalah wilayah yang batas- batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau
politik, seperti: provinsi, kabupaten, kecamatan, desakelurahan dan RTRW .
Terdapat beberapa perspektif dalam memandang wilayah, pertama, perspektif spatial-fungsionalisme yang memandang wilayah secara fungsional
berdasarkan fungsi tertentu dari suatu unit wilayah. Dalam hal ini, fungsi bisa terkait dengan fungsi sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Berbeda dengan
wilayah homogen, konsep wilayah fungsional justru menekankan perbedaan dua komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. Kedua,
perspektif Kulturalisme melihat wilayah sebagai teritori yang diatasnya terbangun komunitas yang membangun konfigurasi budaya. Dalam konteks
perspektif ini tumbuhnya aktivits sosio-ekonomi atau kehidupan secara umum disebabkan oleh adanya interaksi antara manusia dan sumberdaya alam lokal
sepanjang waktu. Ketiga, Perspektif Pengaturan-Institutionalisme memandang wilayah sebagai kesatuan kelembagaan pengaturan, legislasi, eksekusi, atau
manajemen pembangunan wilayah. Berbagai konsep nomenklatur kewilayahan banyak dipergunakan dan
saling dapat dipertukarkan pengertiannya walaupun masing-masing memiliki bobot penekanan pemahaman yang berbeda-beda Matriks 2.2.
Matriks 2.2. Definisi Nomenklatur Kewilayahan
KONSEP DEFINISI
WILAYAH •
Menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, Wilayah adalah ruang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya
yang batas
dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional.
• Menurut Budiharsono 2001, wilayah didefinisikan sebagai
suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal.
• Menurut Isard 1975 dalam Rustiadi et al 2005, Pengertian
wilayah pada dasarnya bukan sekedar areal dengan batas- batas tertentu, namun suatu areal yang memiliki arti
meaningfull karena adanya masalah-masalah didalamnya. •
Menurut Glasson 1990 dalam Rustiadi et al 2005,, wilayah sebagai kesatuan area geografis yang menggambarkan
hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan implementasi dari pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat
dengan tujuan
untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut
KAWASAN Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan
budidaya Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 TERITORIAL
Tempat yang dapat berwujud sebagai suatu Negara, Negara bagian , provinsi atau distrik dan perdesaan Murty, 2000
dalam Rustiadi , et al. 2005
REGIONALDAERAH Umumnya dipahami sebagai unit wilayah berdasarkan aspek administratif.
RUANGSPASIAL Secara geofisik: Sebagai tempat kehidupan Biosphere:
Tempat Kehidupan Alamiah geosphere permukaan kulit bumi hingga kedalaman ± 3 m dalam tanah dan ± 200 m dpl
atmosphere hingga kira-kira 30 m diatas permukaan tanah. Tempat kehidupan yang dibatasi teknologi manusia batas ruang
dimana teknologi manusia mampu menjangkau mengakses mengeksplorasi batas terbawah geosphere dan batas
atmosphere luar angkasa Rustiadi, et al, 2005
sumber: Rustiadi, et al, 2005, Undang-undang Nomor 26 tahun 2007
Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan atau mengadakan perubahan-perubahan kearah
keadaan yang lebih baik. Selanjutnya di jelaskan bahwa teori pembangunan pada awalnya adalah teori pembangunan ekonomi yang merupakan suatu
rangkaian usaha dan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa. Sejalan dengan perkembangan situasi dan kondisi dunia, teori pembangunan
ekonomi tersebut berkembang kearah pendekatan politik, sosial budaya dan pendekatan menyeluruh pada setiap aspek kehidupan holistik. Pembangunan
harus dipandang sebagai suatu proses multi dimensional yang mencakup berbagai macam perubahan mendasar atas struktur sosial,sikap-sikap
masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan
ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan
serta pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya pembangunan ini harus
mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan
keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya untuk bergerak maju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara
material dan spiritual Todaro, 2000. Selanjutnya dijelaskannya pula bahwa pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan perdapatan
perkapita yang cepat, penyediaan dan perluasan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar wilayahregional serta
mendorong transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanaian dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia dengan tetap
memperhatikan aspek kelestarianya sustainable. Pemerataan pembangunan dalam suatau wilayah menjadi sangat penting
untuk menghindari
hal-hal yang
dapat menghambat
pembangunan. Pemerataaan pembangunan equity bukan berarti identik dengan persamaan
pembangunan equality, tetapi lebih kearah adanya keseimbangan yang proporsional antara kemajuan suatu wilayah dengan wilayah lainnya, sesuai
dengan potensi dan kondisi wilayah masing-masing. Potensi suatu wilayah dalam konteks regional menyangkut tingkat kandungan sumberdaya alam,
kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia sampai kepada letak geografis suatu wilayah. Sedang kondisi suatu wilayah menyangkut keadaan infrastuktur sampai
kepada jumlah penduduk yang merupakan asset sekaligus tujuan pembangunan agar tercapai kehidupan yang sejahtera Hadi,2001.
Penerapan otonomi daerah sudah saatnya untuk mengembangkan konsep pembangunan yang mampu mengurangi disparitas antara wilayah secara
lebih menyeluruh melalui pembangunan inter-regional yang berimbang hal ini diperlukan karena perkembangan suatu wilayah sangat terkait dengan wilayah
lainnya. Pembangunan inter-regoional yang berimbang adalah suatu bentuk sinergi pembangunan antar wilayah dimana interaksi antara wilayah tersebut
adalah dalam hubungan saling memperkuat dan nilai tambah yang terbentuk dapat terbagi secara adil Rustiadi et al., 2005
Menurut Ditjen Bangdes 1999 dalam Supardian 2005, tujuan pembangunan desa pada umumnnya adalah: 1 meningkatkan taraf hidup
masyarakat dengan segala aspek, baik bersifat fisik maupun mental spiritual, 2 meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah desakelurahan dalam
memanfaatkan potensi sumberdaya yang tersedia, 3 menumbuhkan swadaya gotong royong, kemandirian dan keswasembadaan masyarakat dalam proses
pembangunan di desa sehingga tidak terlalu tergantung kepada pemerintah. Pembangunan ekonomi perdesaan sebagai bagian dari pembangunan
ekonomi wilayah, tidak dapat dipungkiri telah menghasilkan sesuatu, dalam bentuk peningkatan taraf hidup sebahagian masyarakat desa, terealisasinya
berbagai prasarana dan sarana yang memperluas pelayanan dasar kepada masyarakat desa. Meningkatnya taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat
ditandai dengan meningkatnya konsumsi sebagai akibat peningkatan pendapatan dan meningkatnya pendapatan ini sebagi akibat dari meningkatnya
produksi. Proses kesejahteraan tersebut hanya dapat terwujud apabila memenuhi asumsi-asumsi pembangunan yaitu kesempatan kerja sudah
dimanfaatkan secara penuh full employment, semua orang mempunyai kemampuan yang sama equal productivity dan setiap pelaku ekonomi bertindak
rasional rational-efficient
2.4. Pengembangan Wilayah Berbasis Sumberdaya Alam