hutan relatif kecil bahkan tidak dimungkinkan pada kawasan hutan lindung ,hutan konservasi dan taman nasional gunung Halimun-Salak.
Mata pencaharian masyarakat di sektor pertanian yang merupakan mata pencaharian terbesar menunjukan masih kuatnya hubungan masyarakat dengan
sumberdaya lokal berupa lahan pertanian. Sedangkan dalam dalam sistem penguasaan sumberdaya agrarian, lahan pertanian yang telah dikuasai secara
turun temurun biasanya diberikan kepada keturunannya melalui proses bagi waris, sehingga penguasaan lahan oleh orang luar relatif kecil jumlahnya.
Tekanan penduduk terhadap sumberdaya untuk pemukiman relatif kecil mengingat tingkat kepadatan agraris masih kecil, tetapi untuk pengelolaan
sumberdaya sebagai sumber mata pencaharian karena komposisi lahan terbesar berupa kawasan hutan dan terdapat sebagian lahan pertanian yang kurang
produktif, untuk
mengatasi tekanan
penduduk terhadap
pengelolaan sumberdaya, masyarakat berusaha mengurangi ketergantungan terhadap
sumberdaya dengan beralih kepada sektor industri dan jasa dengan bekerja pada perusahaan yang terdapat di wilayah kecamatan Kabandungan.
Cadangan sumberdaya alam meskipun cukup berlimpah, namun dengan terdesaknya lahan mereka karena di konversi menjadi lahan pemukiman dan
keperluan lain, menyebabkan terjadinya pergeseran dalam pola lapangan kerja. Banyak penduduk yang akhirnya menjadi buruh perkebunan, galian batu galian
C dan CHV bahkan pergi ke kota untuk menjadi buruh pabrik atau mencari mata pencaharian lainnya.
4.7. Struktur Komunitas
Pelapisan sosial yang terdapat dalam masyarakat Kabandungan didasarkan faktor ketokohan kharismatik seseorang, posisi yang sedang dijabat
baik formal maupun informal, tingkat pendidikan dan kekayaan. Penghargaan yang tinggi terhadp faktor-faktor tersebut, menempatkan orang yang memilikinya
berada pada status sosial yang tinggi dimata masyarakat. Kultur masyarakat Sunda sangat terlihat dalam komunitas. Hal ini
menjadikan masyarakat di desa-desa kecamatan Kabandungan memilki ciri etnis yang spesifik. Proses sosialisasi dalam komunitas cenderung tidak ada
hambatan dan dapat berlangsung dengan lancar mengingat sebagian besar warga komunitas adalah penduduk asli suku Sunda yang masih memiliki garis
kekerabatan, memiliki kesamaan budaya dan telah lama bersosialisasi dan berinteraksi satu sama lain.
Belum terdapat jejaring sosial komunitas yang telah melembaga dan berjalan efektif. Organisasi-organisasi yang terbentuk cenderung organisasi
yang bersifat spontanitas dan kebutuhan sesaat. Komunikasi antar warga biasanya dibangun dalam forum-forum terbatas yang diadakan di kantor desa
atau acara-acara keagamaan di Masjid. Pola-pola hubungan antar warga ini berkembang secara alamiah.
Kehidupan beragama cukup baik, meskipun tidak mencerminkan komunitas pesantren yang kental. Sebagian besar penduduk beragama Islam
dengan ciri muslim abangan. Jumlah Pemeluk agama Islam merupakan pemeluk agama terbesar di Kecamatan Kabandungan dengan prosentase 99,96 .
Sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.15 berikut: Tabel 4.15. Jumlah Pemeluk Agama di kecamatan Kabandungan
Islam Kristen
Hindu Budha
Lainnya 36.527
16 -
8 -
Sumber : Kandepag Kabupaten Sukabumi 20052006 Diolah
4.8. Masalah Sosial
Masalah sosial yang terdapat di kecamatan Kabandungan adalah:
4.8.1. Kemiskinan
Penduduk miskin di Kecamatan Kabandungan masih cukup besar yaitu mencapai 5.170 keluarga dari 8.467 Rumah tangga yang ada di
Kecamatan Kabandungan atau sekitar 61,06 , dan merupakan jumlah prensentase keluarga miskin terbesar se-Kabupaten Sukabumi, seperti
tecantum dalam Tabel 4.16 berikut: Tabel 4.16. Rumah Tangga Miskin Penerima BLT di Kecamatan
Kabandungan Tahun 20052006 Rumah Tangga
Rumah Tangga Miskin
Persentase Rumah Tangga Miskin
8.467 5.170
61.06
Sumber Data: BPS Kab. Sukabumi 2006 Diolah
Jumlah Rumah Tangga miskin penerima BLT Bantuan Tunai Langsung Kompensasi BBM di Kabupaten Sukabumi tercatat sejumlah 228.370 atau
38.70 dari jumlah total rumah tangga di kabupaten Sukabumi. Persentase rumah tangga miskin terbesar berada di Kecamatan
Kabandungan yaitu sebesar 61.06 dari jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan tersebut.
Beberapa masalah sosial yang terdapat di kecamatan Kabandungan sebagiamana terlihat dari Tabel 4.17 berikut:
Tabel 4.17. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS Menurut Jenisnya di kecamatan Kabandungan
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 32 150
2 -
4 37 325
- 262
- 68
29 -
- Lanjutan Tabel 14
A15 A16 A17 A18
A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 5
7 -
1.646 239 3 2
39 2
- 1
-
Sumber: Kantor Penanggulangan Masalah Sosial Kabupaten Sukabumi Diolah Keterangan Tabel :
A1 : anak balita terlantar
A2 : Anak terlantar
A3 : Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah
A4 : Anak Nakal
A5 : Anak Jalanan
A6 : Anak Cacat
A7 : Wanita Rawan Sosial Ekonomi WRSE
A8 : Wanita yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah
A9 : Lanjut Usia terlantar
A10 : Lanjut Usia yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan
salah A11
: Penyandang Cacat A12
: Penyandang cacat bekas penderita penyakit kronis A13
: Tuna Susila A14
: Pengemis A15
: Gelandangan A16
: Eks Narapidana A17
: Korban Penyalahgunaan NAPZA A18
: Keluarga Fakir Miskin A19
: Keluarga Berumah tidak layak huni A20
: Keluarga bermasalah Sosial psikologis A21
: Komunitas adat terpencil A22
: Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana A23
: Korban bencana Alam A24
: Korban bencana sosial A25
: Pekerja Migran A26
: HIVAIDS
Dari tabel diatas terlihat bahwa penyandang masalah kesejahteraan sosial yang terbanyak adalah keuarga fakir miskin diikuti oleh wanita rawan sosial
ekonomi.
4.8.2. Pendidikan
Dominasi tingkat pendidikan masyarakat kecamatan Kabandungan adalah SDSederajat. Dalam rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun, beberapa
upaya telah dilakukan oleh Pemerintah dengan menekan angka siswa putus sekolah drop outDO. Pada tahun ajaran 20052006 jumlah siswa drop out
umur 7 -12 tahun di kecamatan Kabandungan adalah 86 Orang dan umur 13-15 tahun 0 orang.
Tabel 4.18. Jumlah Murid Drop Out DO Menurut Umur Sekolah
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Sukabumi 20052006 Diolah
Tingginya angka putus sekolah untuk usia 7-12 tahun ini disebabkan lemahnya kondisi ekonomi keluarga serta masih rendahnya tingkat
kesadaran masyarakan tentang pentingnya pendidikan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh LSM KPP komunitas Peduli Pendidikan tahun 2004
rata-rata tingkat melanjutkan murid SD ke SLTP di kecamatan Kabandungan adalah 36.91 suatu jumlah yang relatif kecil.hal ini berarti hanya 36,91
atau kurang dari setengah siswa lulusan SD yang melanjutkan ke tingkat SLTP. Siswa lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah biasanya pergi ke
kota untuk mencari pekerjaan informal atau tetap tinggal untuk membantu keluarga.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh KPP tahun 2004 juga ditemukan bahwa jumlah tenaga kependidikan sekolah dasar di kecamatan
Kabandungan sangat kurang dimana jumlah yang di butuhkan adalah sebanyak 220 orang tetapi yang tersedia hanya 89 orang, seperti terlihat
dalam Tabel 4.19. Tabel 4.19. Keadaan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar di kecamatan
Kabandungan Jabatan
Jumlah diperlukan Jumlah yang ada
Kepala Sekolah 22
22 Guru Umum
132 46
Guru Agama 22
7 Guru Olahraga
22 4
Penjaga Sekolah 22
10 Jumlah
220 89
Sumber:Profil Pendidikan kecamatan Kabandungan – KPP 2004
Jumlah Mudir Drop Out DO KECAMATAN
Umur 7 - 12 Umur 13 - 15
Kabandungan 86
4.8.3. Kesehatan
Terbatasnya Jumlah fasilitas dan tenaga bidang kesehatan di kecamatan Kabandungan, mengakibatkan pelayanan bidang kesehatan menjadi kurang
maksimal. Jumlah fasilitass kesehatan dikecamatan kabandungan terdiri atas 1 puskesmas, 2 puskesmas pembantu pustu dan 38 pos yandu
sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.11 . Jumlah fasilitas kesehatan tersebut di layani oleh SDM bidang kesehatan yang terbatas pula seperti terdapat
dalam Tabel 4.20 berikut: Tabel 4.20. Jumlah SDM Bidang Kesehatan di kecamatan Kabandungan
Jenis Tanaga Medis Jumlah
Dokter Ahli Dokter Umum
1 Dokter Gigi
Akademi Kesehatan 2
Bidan 3
Perawat 2
Perawat Gigi SPPH
1 SPAG
Jumlah 9
Sumber Data: Dinas Kesehata Kabupaten Sukabumi 20052006 Diolah
4.8.4. Masalah Lingkungan a. Krisis Air
Mengingat topografi wilayah Kecamatan Kabandungan yang terdiri dari perbukitandataran tinggi sehingga kemungkinkan menggunakan air
tanah dalam menjadi sangat mahal, maka penyediaan air bersih selama ini sangat bergantung kepada pada mata air dan aliran air dari
gununghutan. Pada musim kemarau debit air relatif kecil sehingga tidak seimbang dengan tuntutan kebutuhan air masyarakat, sedangakan ketika
musim hujan air menjadi banjir, hal ini terjadi karena adanya illegal logging dan penambangan galian C di beberapa sungai.sungai Ciawitali,
Cibeureum, Cipanas, Ciherang, Citarik.
b. Bencana Longsor