2.7. Hubungan Industri dan Pengembangan Masyarakat
Menurut Parker 1992 dalam Supardian 2005 dalam arti luas industri yang berkaitan dengan teknologi, ekonomi, perusahaan dan orang-orang yang
terlibat didalamnya sangat mempengaruhi masyarakat dimana industri itu berada. Pengaruh tersebut dapat berupa nilai-nilai, pengaruh fisik dan usaha
industrial interest group untuk mempengaruhi masyarakat. Begitu juga dengan industri panas bumi, kehadiran industri panas bumi dapat menimbulkan
perubahan dalam masyarakat, seperti terjadinya diversifikasi nafkah, perubahan lingkungan dan peningkatan kualitas sumberdaya masyarakat sekitar.
Sebagai nilai baru, perubahan yang muncul akan beradaptasi dengan karakteristik lokal yang sejak lama mendasari pola interaksi kehidupan
masyarakat perdesaan yang masih kental. Agar tercipta perubahan yang konstruktif dan tidak menimbulkan resistensi masyarakat, maka diperlukan
partisipasi dan inisiatif lokal untuk menciptakan kesesuaian dengan karakteristik lokal hal ini dapat dilakukan melalui progrsm pengembangan masyarakat.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan haknya terhadap sumberdaya alam di era otonomi daerah yang selama ini dikelola oleh
perusahaan, membuat masyarakat menjadi sangat kritis dan reaktif ada hal-hal kecil pasti dapat menjadi pemicu kereaktifan mereka, karena mereka
mengharapkan sesuatu dari Perusahaan. Sehingga dalam rangka mengamankan operasi perusahaan dan membina hubungan dengan masyarakat lokal maka
perusahaan mulai menyadari betapa pentingnya memberdayakan masyarakat sekitar. Banyak perusahaan yang sudah mulai menyadari bahwa tanggung
jawab sosial perusahaan Corporate Social Responsibility CSR merupakan insentif bukan beban.
Dalam Undang-undang nomor 27 tahun 2003 tentang panas bumi, pasal 29 huruf f dinyatakan bahwa pemegang izin usaha pertambangan IUP panas
bumi memiliki kewajiban melaksanakan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat. UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN.
UU yang mengatur lebih rinci tentang pelaksanaan CSR yang kemudian dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007
tentang petunjuk pelaksanaan program kemitraan dan bina lingkungan PKBL, yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan CSR.
Seperti kita ketahui, CSR milik BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL
Dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas PT disebutkan bahwa PT yang menjalankan usaha di bidang danatau bersangkutan
dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan Pasal 74 ayat 1. sebagai implementasi dari ketentuan-ketentuan
tersebut diatas, maka industri pertambangan harus melaksanakan program pengembangan masyarakat.
Selama ini CSR mendapatkan tiga pemaknaan atau labelling yang berbeda-beda: 1 sebagai corporate image building, yaitu sekedar memperbaiki
citra perusahaan agar seolah-oleh pro-rakyat miskin pro-poor, 2 sebagai aksesories perusahaan agar mendapatkan legitimasi sosial lebih kuat di mata
masyarakat luas, 3 benar-benar ingin mewujudkan komitmen sosial dan pemberdayaan masyarakat lokal, menempatkan CSR sebagai nilai inti dan
menganggap sebagai suatu keharusan bahkan kebutuhan dan menjadikannnya sebagai modal sosial.
Diperlukan perubahan
pendekatan pengelolaan
pengembangan masyarakat yang lebih tanggap terhadap perubahan yang terjadi. Perubahan
pendekatan tersebut didasari oleh tuntutan internal perusahaan internally driven yang pada akhirnya menyadari bahwa tanpa perubahaninovasi sistem, maka
perusahaan akan terjebak dalam jejaring tuntutan jangka pendek yang sangat tidak strategis.
Perusahaan memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sosial sekitar yang dalam pelaksanaannya tidak hanya dimaksudkan untuk membangun
Image positif image building perusahaan tetapi juga untuk memberikan manfaat terbesar baik bagi pengembangan masyarakat lokal maupun peningkatan
kualitas lingkungan sekitarnya. Mantan Perdana Mentri Thailand, Anand Panyarachun dalam Asian
Forum on Corporate Sosial Responsibility tanggal 18 September 2003 di Bangkok, mengemukakan bahwa CSR dipandang sebagai suatu keharusan
untuk membangun citra yang baik dan terpercaya bagi perusahaan. Melaksanakan praktik-praktik yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan
sosial akan meningkatkan nilai pemegang saham dan berdampak pada peningkatan prestasi keuangan serta menjamin sukses berkelanjutan bagi
perusahaan.
Dalam pelaksanaannya CSR menekankan pada tiga aspek utama, yaitu: pertama, aspek sosial yang menekankan bagaimana kebutuhan masyarakat dan
perusahaan perlu diakomodasikan dan dikomunikasikan, serta peran apa yang dapat dilakukan perusahaan untuk membantu kehidupan masyarakat sekitar,
kedua, aspek ekonomi yang menekankan bagaimana perusahaan dapat membantu kehidupan perekonomian masyarakat sehingga dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat; ketiga, aspek kelestarian lingkungan yang menekankan bagaimana perusahaan dan masyarakat memandang masalah lingkungan
sebagai masalah bersama serta merumuskan langkah preventif dan kuratif yang perlu dilaksanakan bersama-sama.
CSR seharusnya dijadikan nilai inti core value dalam menjalankan usaha sebagai bentuk investasi jangka panjang, tidak hanya semata-mata
diartikan sebagai beban biaya perusahaan serta merupakan modal sosial yang diperlukan oleh perusahaan untuk memperoleh citra positif dan kepercayaan
masyarakat sehingga perusahaan secara politis acceptable karena memperoleh legitimasi dan izin operasional dari masyarakat. Kelancaran usaha tersebut akan
berimplikasi kepada peningkatan prestasi usaha dari perusahaan yang bersangkutan.
Kehadiran industri pada suatu wilayah memberikan pengaruh terhadap masyarakat sekitarnya. Dalam arti luas, industri yang berkaitan dengan teknologi,
ekonomi, perusahaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya telah sangat mempengaruhi masyarakat. Pegaruh tersebut bisa berupa nilai-nilai, pengaruh
fisik terhadap masyarakat atau usaha industrial interest group untuk mempengaruhi masyarakat.
Pengaruh industri terhadap masyarakat sekitar menurut Smelser dalam Schneider 1984, seperti yang dikutip oleh Wahyudin 2005 terdapat dalam
empat proses yang berbeda tapi saling berhubungan, yaitu: 1. Dalam bidang teknologi, masyarakat mengalami perubahan dari penggunaan
teknik-teknik yang sederhana dan tradisional kearah penggunaan teknologi dan pengetahuan ilmiah;
2. Dalam bidang pertanian, masyarakat sedang beralih dari pertanian untuk penggunaan subsisten kearah produksi hasil pertanian untuk pasaran;
3. Dalam bidang industri, masyarakat sedang mengalami suatu peralihan dari penggunaan tenaga manusia dan binatang ke industrialisasi yang
sebenarnya. Orang-orang bekerja untuk upah pada mesin-mesin yang yang
menghasilkan barang
dagangan yang
dijual di
kalangan yang
menghasilkannya; 4. Dalam susunan ekologi perkembangan masyarakat bergerak dari
sawahladang dan desa ke pemusatan-pemusatan di kota terjadi urbanisasi.
2.8. Karakteristik Lokal