Karakteristik Lokal TINJAUAN PUSTAKA

menghasilkan barang dagangan yang dijual di kalangan yang menghasilkannya; 4. Dalam susunan ekologi perkembangan masyarakat bergerak dari sawahladang dan desa ke pemusatan-pemusatan di kota terjadi urbanisasi.

2.8. Karakteristik Lokal

Karakteristik lokal adalah karakteristik suatu masyarakat desa berupa nilai-nilai budaya dan norma yang terbentuk sejalan dengan sejarah perkembangan desa itu sendiri dalam kurun waktu yang cukup panjang. Pembentukan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh prinsip-prinsip yang mendasari terbentuknya suatu persekutuan masyarakat sehingga membentuk suatu desa karena hubungan antar manusia dalam persekutuan memerlukan tatanan nilai dan norma untuk menjaga kelestarian dan kepentingan hidup bersama mereka. Dalam perkembangannya, nilai-nilai dan norma yang paling dihargai dalam persekutuan karena dibutuhkan dan mampu menjadi pengikat dalam masyarakat As’ari 1993 Lingkungan alami sebagai lingkungan hidup manusia yang sangat bervariasi kondisi dan letak geografisnya juga memberi warna kepada watak penghuninya sehingga memberikan suatu ciri khas yang lain. Mengingat karakteristik lokal dipengaruhi oleh kondisi ekologi desa, maka karakteristik lokal suatu desa berbeda dengan desa lainnya, karakteristik masyarakat desa pegunungan akan berbeda dengan masyarakat desa pantai atau masyarakat perkotaan. Dalam lingkungan masyarakat Sunda, sejak lama dikenal nilai-nilai budaya yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakatnya yang antara lain diwujudkan dalam falsafah silih asah, silih asih dan silih asuh. Secara harfiah falsafah tersebut memiliki arti saling berbagi pengetahuan saling mengasihi, saling menjaga diantara warga masyarakat. Nilai-nilai budaya masyarakat Sunda yang melekat juga dapat terlihat dalam berbagai ungkapan peribahasa atau babasan seperti sabilulungan dasar gotong royong kerjasama yang harmonis dalam mengerjakan berbagai kegiatan pembangunankemasyarakatan secara bergotong royong, sareundek saigel sabobot sapihanean musyawarah dalam memecahkan berbagai masalah kemasyarakatan dan nulung kanu butuh nalang kanu susah membantu yang memerlukan menolong yang kesusahan. Potensi-potensi lokal yang terdapat dalam karakteristik lokal masyarakat, apabila dilakukan upaya untuk menggali, membangkitkan dan mengaktualisasikan potensi tersebut dapat menjadi gagasan-gagasan strategis yang diperlukan dalam pengembangan masyarakat. Karakteristik lokal merupakan aspek penting dalam pengembangan masyarakat, karena dengan mengakomodasi karakteristik lokal sebagai komponen dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan. Permasalahan dalam partisipasi pada saat ini bukan lagi merupakan masalah mau atau tidaknya masyarakat berpartisipasi, melainkan pada sejauh mana masyarakat dapat memperoleh manfaat bagi perbaikan kehidupan sosial ekonomi mereka melalui partisipasi. Dari uraian diatas, dapat terlihat bahwa dalam partisipasi masyarakat berlaku prinsip pertukaran dasar Basic exchange principles, bahwa semakin banyak manfaat yang diduga akan diperoleh suatu pihak dari pihak lain melalui kegiatan tertentu maka semakin kuat pula pihak itu akan terlibat dalam kegiatan tersebut. Banyak program pemberdayaan yang berhasil dengan mengakomodasi karakteristik lokal ini, misalnya program pemberdayaan yang diinisiasi oleh pemerintah yaitu Program Pengembangan Kecamatan PPK. Program PPK menerapkan pola-pola gotong royong dan swadaya masyarakat pada tingkat pelaksaan serta melibatkan partisipasi masyarakat secara penuh pada tahap perencanaannya. PPK bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat melalui bebagai tahapan kegiatan. Menurut data dari MIS-Konsultan Management Nasional PPK 2006, PPK hingga saat ini telah berhasil meningkatkan akses ke pasar, fasilitas pendidikan dan kesehatan, dan sumber air bersih di lebih dari 34.100 desa termiskin lebih dari separuh jumlah desa di Indonesia. Prasarana desa yang di bangun melalui metode PPK terbukti sangat hemat dalam pembiayaan, rata-rata 56 lebih murah dari pekerjaan sejenis yang dibangun oleh pemerintah maupun kontraktor. hal ini terjadi karena adanya partisipasi masyarakat yang besar karena mereka merasa karakterisitik lokal yang mereka miliki sudah diakomodir oleh program ini.

2.9. Partisipasi Masyarakat

Dokumen yang terkait

Kontribusi Pengembangan Objek Wisata Perdesaan terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Simalungun

5 114 97

Pembinaan Dan Pemantapan Ekonomi Masyarakat Perdesaan Di Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun Kaitannya Dengan Pengembangan Wilayah

0 14 7

Peran Usaha Industri Kecil Pangan Terhadap Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi)

1 53 137

Pandangan Masyarakat Dalam Pernikahan Usia Dini Studi Kasus Di Desa Cikurutug Kecamatan Cikreunghas Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat

1 12 70

Strategi Pengembangan Rekreasi Sungai Citarik Di Kecamatan Cikidang, kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

0 10 129

Pengembangan masyarakat dalam industri geothermal (studi kasus di Desa Laksana Kecamatan Ibun Kabepaten Bandung)

0 3 122

Pengembangan Masyarakat Sebagai Pendekatan Pengembangan Wilayah Perdesaan. (Studi Kasus pada Industri Geothermal di Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat)

0 48 410

Pengetahuan masyarakat tentang konservasi sumberdaya hutan: studi kasus pada masyarakat Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sukabumi Jawa Barat

0 8 50

Perubahan Pola Interaksi Masyarakat Dengan Hutan di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

1 11 167

Pengembangan Agroforestry Berbasis Biofarmaka dan Kemitraan Pemasaran untuk Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

0 5 6