suatu variabel dan diikuti pula dengan naiknya nilai suatu variabel lain, atau menurunnya nilai suatu variabel dan diikuti pula dengan menurunnya nilai suatu
variabel lain. Derajat atau tingkat hubungan antara dua variabel diukur dengan indeks korlasi disebut koefisien korelasi, koefisien korelasi tidak memperlihatkan
adanya hubungan sebab dan akibat antara variabel-variabel yang diukur.Jika sepasang variabel kontinue, X dan Y, mempunyai korelasi, maka derajat korelasi
dapat dicari dengan meggunakan koefisien korelasi Pearson. Rumus untuk koefisien korelasi Pearson adalah:
15
√
Keterangan: = sum of product
= sumsquare dari variabel X = sumsquare dari variabel Y
r = koefisien korelasi spearman
Rumus untuk ,
, adalah
Keterangan:
N = Jumlah pengamatan dari masing-masing variabel. X = X-
Ẋ . Y = Y-
Ȳ . Ẋ = mean dari variabel X.
Ȳ = mean dari variabel Y.
15
Nazir, op cit., h. 450-451.
Tabel 3.3 Hasil Validitas Korelasi Tingkat Kepercayaan dan Skor 2 Dengan Spss 17
Validitas korelasi tingkat kepercayaan confident level dan skor 2 dengan hasil
.537 lebih besar dari 0,39 dengan taraf signifikan 0,01 atau
1 dengan 42 soal artinya valid, dikatakan bahwa terdapat hubungan positif
antara tingkat kepercayaan confident level dan skor 2.
Gambar 3.3 scattergram korelasi tingkat kepercayaan confident level dan skor 2
2. Uji
adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Uji digunakan dengan menggunakan alat ukur Internal Consistency. Pengujian ini
digunakan untuk mengukur alat ukur cukup hanya sekali saja.
16
Jenis yang
16
Siregar, op cit., h. 173-175.
digunakan adalah Alpha Cronbach yang dihitung menggunakan SPSS, dengan rumus:
Menghitung nilai varians:
Menentukan Realibilitas soal:
Keterangan :
N = jumlah sampel X = nilai skor yang dipilih
K = jumlah butir pertanyaan
Kriteria suatu
instrumen penelitian
dikatakan reliabel
dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reabilitas
0,6. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
cronbrach’s α pada spss 17, diperoleh r hitung sebesar .707 lebih besar dari 0,6 yang berarti soal dinyatakan
reliabel dan dapat digunakan.
17
3. Uji Daya Beda
Soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Angka yang dapat mengukur
perbedaan itu adalah daya pembeda atau indeks diskriminasi. Perhitungan daya beda dilakukan pada tahap uji instrumen dan dihitung berdasarkan data yang
didapatkan dari uji reliabilitas pada 42 soal Three-Tier Test konsep Virus. Adapun perhitungan daya pembeda adalah menggunakan rumus:
18
A B
A B
B B
D J
J
17
Lampiran 9, h. 172--175
18
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 212.
Keterangan:
J = jumlah peserta tes J
A
= banyaknya peserta kelompok atas J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah
Adapun klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda
Koefisien DayaPembeda
Kriteria
0,00 - 0,20 Buruk
0,21 – 0,40
Cukup 0,41
– 0,70 Baik
0,71 – 1,00
Baik Sekali Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Daya Beda Dengan Excel
19
No. soal Keterangan
JML Valid
1, 2, 4, 6, 8, 9, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 30, 32,35,
36,39, 40, 42 Buruk
26 2, 9
3, 10, 28, 31 Cukup
7 3, 10, 31
5, 11, 16,20, 25, 38, 41 Baik
4 5, 16, 25,38,41
7, 14, 33, 34, 37, BaikSekali
5 7, 14, 33, 34, 37
JUMLAH 42
15
4. Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah penentuan kriteria soal termasuk mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan
siswa dalam menjawab suatu soal, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.
20
Keterangan :
I = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir
N = Banyaknya siswa memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan
19
Lampiran 10, h. 176-177.
20
Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 135
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Dengan Anates
21
No. soal Keterangan
JML Valid
1, 4, 6, 8, 12, 13, 17, 18, 19, 22, 23, 24, 26, 27, 30, 32, 36, 39, 40, 42
Sangat Sukar 20
9,15,29,35 Sukar
4 9
3,5,7,10,14,16,20,21,25,28,31,33, 34,37,38
Sedang 15
3, 5, 7, 10, 14, 16, 25, 31, 33,
34, 37, 38
2,41 Mudah
2 2, 41
11 Sangat Mudah
1
Jumlah 42
15
5. Hasil Interview Klinikal
Tahap pertama dalam pembuatan soal three-tier test yang dikembangkan oleh Haki Pesman dan Ali Eryilmaz adalah interview klinikal. Wawancara ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai sejauh mana siswa mengusai konsep Virus yang telah dipelajari, siswa dipilih berdasarkan nilai ulangan
sebelumnya dan dikelompokkan menjadi tiga tingkatan rendah, sedang dan tinggi. Digunakan 18 pertanyaan kepada 15 siswa kelas X MIA 2 dan sesuai dengan
indikator yang digunakan disekolah.
22
Hasil jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi dijadikan acuan pembuatan tier pertama, digunakan tiga jawaban
salah a,b,c dan satu jawaban benar d. Tabel 4.1 menunjukan jawaban yang mengalami miskonsepsi dalam wawancara klinikal.
Tabel 3.7 Hasil Wawanacara Klinikal
Soal Miskonsepsi
JML
1 Siswa menganggap bahwa dengan bersentuhan dapat menularkan bercak
kuning 1
Siswa beranggapan bahwa Meinjery adalah orang yang pertama kali menemukan virus yang ukurannya lebih kecil dari bakteri
1 Siswa meganggap virus TMV ditemukan oleh Adolf Mayer.
1 2
Siswa menganggap bahwa bakteri lebih kecil dari virus 1
Siswa menganggap bahwa lumut adalah mikroorganisme 1
3 Siswa menganggap virus adalah sebuah sel uniseluller.
3 4
Siswa menganggap dengan melihat hanya melihat perbedaan morfologi pada bakteri dan virus
6 Siswa menganggap dengan menggunakan mikroskop cahaya karena mikroskop
dapat digunakan untuk melihat virus 1
21
Lampiran 11, h. 178-179.
22
Lampiran 5, h. 101-122.