pengertian atau teori yang dimiliki oleh para ilmuan. Siswa yang mengalami miskonsepsi akan terus menanamkan konsep yang salah mengenai suatu
pengetahuan dalam pengetahuan kognitifnya sehingga diperlukan penelusuran lebih jauh mengenai sumber dan penyebab miskonsepsi.
2. Sumber dan Penyebab Miskonsepsi
Alasan utama siswa memiliki miskonsepsi adalah banyaknya konsep ilmiah yang memerlukan abstraksi atau pengamatan.
23
Miskonsepsi terjadi pada semua bidang sains, seperti fisika, kimia, biologi dan antariksa. Miskonsepsi yang terjadi
pada siswa dapat terjadi selama proses pembelajan. Menurut Paul Suparno adanya konsep awal prakonsepsi, kemampuan, tahap
perkembangan, minat, cara berpikir, dan teman lain yang dibawa siswa ke kelas formal. Faktor yang disebabkan oleh guru dapat berupa ketidakmampuan guru,
kurangnya penugasan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru dalam berelasi dengan siswa kurang baik. Konteks, seperti budaya, agama, bahasa
sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa.
24
Menurut Ansori yang menyebabkan miskonsepsi adalah bentuk-bentuk pengalaman sehari-hari yang
dibawa murid ke sekolah. Tidak melibatkan secara langsung dalam situasi percobaan.
25
Secara skematis, penyebab miskonsepsi dapat dilihat pada tabel berikut:
26
Tabel 2.2 Kriteria Pengelompokan Tingkat Pemahaman Siswa
Sebab Utama Sebab Khusus
Siswa 1.
Prakonsepsi 2.
Pemikiran asosiatif 3.
Pemikiran humanistik 4.
Reasoning yang tidak lengkap 5.
Intuisi yang salah 6.
Tahap perkembangan kognitif siswa 7.
Kemampuan siswa 8.
Minat belajar siswa
23
Byrnes, op. cit., p.313
24
Suparno, op.cit., h. 29.
25
Ansori, op. cit., h. 7-8.
26
Suparno, op.cit., h 53.
Sebab Utama Sebab Khusus
Guru 1.
Tidak menguasai bahan, tidak kompeten 2.
Bukan lulusan dari bidangnya 3.
Tidak memberikan kesempatan siswa untuk memberikan gagasan
4. Hubungan guru dan siswa yang tidak baik
Buku Teks 1.
Penjelasan yang tidak tepat 2.
Salah menuliskan rumus 3.
Tingkat kesulitan buku cukup tinggi bagi siswa 4.
Demi menarik pembaca, terkadang buku sains fiksi menyimpang dari konsepnya
5. Kartun sering memuat miskonsepsi
Konteks 1.
Pengalaman siswa 2.
Bahasa sehari-hari berbeda 3.
Teman diskusi yang salah 4.
Keyakinan dan agama 5.
Penjelasan orang lain yang keliru 6.
Konteks hidup siswa 7.
Kondisi perasaan siswa Cara Mengajar
1. Hanya ceramah dan menulis
2. Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa
3. Tidak mengoreksi PR yang salah
4. Model analogi
5. Model praktikum
6. Model diskusi
7. Model demonstrasi yang sempit
8. Non-multiple intellegences
Terdapat banyak sumber dan penyebab miskonsepsi, miskonsepsi dapat terjadi karena diri siswa, guru, maupun lingkungan sekitar. Miskonsepsi perlu di
diketahui, diperbaiki maupun dihilangkan, maka dibutuhkan alat diagnostik dalam mengidentifikasi miskonsepsi.
3. Cara Mengidentifikasi Miskonsepsi
Sebelum membantu untuk mengentaskan permasalahan miskonsepsi yang terjadi pada siswa, perlu diketahui terlebih dahulu darimana asal miskonsepsi
tersebut, barulah kita dapat melakukan identifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Banyak siswa membangun pemahaman dan konsep dari sebuah kejadian
atau fenomena ilmiah dengan apa yang mereka lihat melalui indra penglihatan, pemahaman yang diperoleh dari proses melihat tidak sesuai dengan pemahaman
yang dimiliki ilmu science secara umum. Hasilnya ketidakpahaman atau konsep lain yang terbentuk, jika tidak diperbaiki akan tertanam dalam struktur kognitif
siswa dan mengganggu pembelajaran berikutnya. Akibatnya, siswa akan mengalami kesulitan dalam menerima informasi baru dalam struktur kognitif,
sehingga terbentuklah pemahaman yang tidak tepat dari konsep baru yang akan mereka terima.
27
Perbaikan yang dilakukan pada pendidikan science pada umumnya lebih menekankan pada isi kurikulum dibandingkan prosedur penilaian yang baru
berupa tes diagnostik. Tes diagnostik digunakan di awal atau di akhir pada suatu topik pembelajaran sehingga dapat membantu guru untuk memahami seberapa
jauh pemahaman siswa dan mengetahui letak miskonsepsi siswa pada suatu topik pembelajaran.
28
Tes diagnostik adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya miskonsepsi pada siswa berikut ini adalah beberapa alat
deteksi yang sering digunakan oleh para peneliti antara lain:
29
Pertama peta konsep, yaitu menghubungkan antara konsep dengan konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok yang disusun secara hierarki dan jelas
dalam mengungkap miskonsepsi siswa karena miskonsepsi siswa dapat dilihat dengan hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya benar atau salah.
Kedua, tes multiple choice dengan reasoning terbuka, yaitu penggunaan tes pilihan berganda dengan pertanyaan terbuka dan siswa harus menjawab atau
menulis alasan mereka. Dengan memilih satu jawaban antara pilihan salah yang diberikan dapat mengartikan miskonsepsi yang terjadi
Ketiga, tes esai tertulis, dari tes ini akan diketahui miskonsepsi yang dibawa siswa setelah itu dapat dilakukan wawancara untuk mengetahui tentang
miskonsepsi tersebut. Keempat wawancara wiagnosis, yaitu mengetahui miskonsepsi siswa
sekaligus penyebabnya. Melalui wawancara dapat dipahami pola pikir siswa.
27
David F. Treagust, “Diagnostic assassment in science as a means to improving teaching, learning and retention”, UniServe Science Assessment Symposium Proceedings, 2006, p.1.
28
Ibid., p.6.
29
Suparno, op.cit., h 121-129.