Cara Mengidentifikasi Miskonsepsi Miskonsepsi

Sebab utama Sebab khusus Kiat mengatasi Siswa Minat belajar siswa motivasi kegunaan fisika vanasi pembelajaraan Guru pengajar Tidak menguasai bahan Belajar lagi lulusan bidang fisika Tidak memberi waktu siswa untuk mengungkapkan gagasan Memberi waktu siswa untuk mengungkapkan gagasan secara lisan atau tertulis Relasi guru siswa jelek Relasi yang enak akrab humor Buku teks Penjelasan keliru Dikoreksi dan dibenarkan Salah tulis Dikoreksi secara teliti Level kesulitan tulisan Disesuaikan dengan level siswa Siswa tidak tau tahu menggunakan buku teks Dilatih oleh guru cara menggunakan teks Buku fisika sains keliru konsep Dibenarkan Kartun salah konsep Dikoreksi Konteks Pengalaman siswa keliru Dihadapkan pada pengalaman baru sesuai konsep fisika. Bahasa sehari-hari berbeda Dijelaskan perbedaannya dengan contoh Teman diskusi keliru Mengungkapkan hasil dan dikritisi guru Kenyakinan agama Dijelaskan perbedaannya Cara mengajar Hanya ceramah dan menulis Dirangsang dengan pertanyaan. Langsung ke bentuk matematika Memulai dengan gejala nyata baru rumus. Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa Guru memberi kesempatan siswa mengungkapkan gagasan PR tidak dikoreksi Dikoreksi cepat dan ditunjukkan salahnya. Model analogi Ditunjukkan kemungkinan salah konsep. Model praktikum Diungkapkan hasilnya dan deberi komentar. Model diskusi Diungkapkan hasilnya dan diberi komentar. Non multiple intellgen Multiple intelligen Penelitian yang dilakukan hanya didasarkan pada miskonsepsi yang terjadi karena siswa dan buku teks yang digunakan, setelah melakukan penelusuran buku teks biologi yang digunakan dalam pembelajaran Biologi SMAMA kelas X kurikulum 2013 dengan membandingkan dua buku teks lainnya Campbell dan Biologi kelas X kurikulum KTSP disimpulkan tidak terdapat faktor yang desebabkan karena buku teks yang digunakan. Dari itu miskonsepsi yang terjadi banyak terdapat pada diri siswa, meskipun demikian miskonsepsi pada konsep Virus dapat diperbaiki mengingat pentingnya konsep Virus dalam aplikasi kehidupan sehari-hari.

5. Identifikasi Miskonsepsi dengan tes diagnostik Three-Tier Test

Banyak instrumen diagnostik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa. Salah satunya adalah melakukan wawancara, dengan melakukan wawancara guru dapat mengetahui informasi kemampuan kognitif dan alasan bebas yang diberikan siswa. Menurut Derya Kaltakci dan Ali Eryilmaz terdapat beberapa teknik wawancara yang telah dilakukan adalah Piagetian Clinical Interview PCI, Interview-About-Instances IAI, Interview-About-Event IAE, Prediction-Observation-Explanation POE, Individual Demostration Interview IDI dan Teaching Experiment TE. 31 Menurut Ayla Cetin Dindar dan Omer Geban wawancara dapat memberikan informasi lebih detail mengenai gambaran atau pemikiran lain yang dimiliki oleh siswa mengenai suatu konsep, tetapi banyak waktu dibutuhkan untuk mengetahui miskonsepsi dari banyak siswa 32 Tes diagnostik pilihan ganda memang dapat diberikan oleh sejumlah besar individu, tetapi tidak dapat menyelidiki respon siswa. Jika hanya tes pilihan ganda yang bersifat one-tier dapat diartikan secara berlebihan, karena siswa dianggap tidak memiliki kemampuan dengan melihat jawaban salah yang dikerjakan siswa. Jawaban salah siswa dari soal pilihan ganda belum tentu menunjukan bahwa siswa mengalami tidak tahu konsep lack knowledge. 33 Kekurangan yang dimiliki tes diagnostik pilihan ganda one-tier test dilengkapi oleh tes diagnostik two-tier test yang dikembangkan oleh Treagust dan Chen. 31 Derya Kaltakci Ali Eryilmaz, Identifying Pre-Service Physics Teacher Misconseption with Three-Tier Tests, Journal of Secondary ScienceMath, tt, p. 2. 32 Ayla C. Dindar Omar Geban, Development of a Three-tier test to Assess High School Students Understanding of Acid and Bases, Journal of Procedia Social and Science, 2011, p. 600. 33 Derya Kaltakci Ali Eryilmaz, op. cit., p. 2. Two-Tier Test yang dikembangkan terdiri dari dua tahapan, tahap pertama berupa pilihan ganda dan tahap kedua berupa pertanyaan alasan dari tahapan pertama. Griffard dan Wandersee dalam Yasin Kutluay menyebutkan bahwa Two- Tier Test tidak dikembangkan dengan mempertimbangkan ingatan ataupun pemikiran siswa, oleh karena itu mereka menyatakan seharusnya soal yang dibuat didasarkan pada proposisi ilmiah yang benar dari peta konsep yang telah digunakan dalam desain tes, soal benar-benar dapat mendiagnosis kesalahan dalam kerangka konseptual dibandingkan hafalan teori. Mereka juga menegaskan bahwa hasil tes menunjukan presentasi miskonsepsi yang terlalu tinggi karena ketidaktahuan tidak dapat dibedakan dari miskonsepsi. 34 Setelah Two-Tier Test dikembangkanlah Three-Tier Test sebagai instrumen diagnostik oleh Eryilmaz dan Surmeli di samping dua tingkatan pertama mereka membuat keyakinan siswa tentang jawaban mereka pada tier ketiga. Presentasi miskonsepsi tinggi yang dimaksud oleh Griffard dan Wandersee dijelaskan oleh Eryilmaz dan Sumerli dalam jurnal Yasin Kutluay hasil penelitian menunjukan bahwa 46 siswa mengalami miskonsepsi pada tingkat pertama, 27 miskonsepsi pada tingkat pertama dan kedua, dan 18 miskonsepsi pada tingkat pertama, kedua dan ketiga. Tingginya persentase yang diperoleh menunjukan tingginya miskonsepsi pada Two-Tier Test tanpa dapat dibedakan antara miskonsepsi dan tidak tahu lack of knowledge. 35 Setelah itu tes dengan tiga tingkatan Three-Tier Test digunakan oleh banyak peneliti lain. Berdasarkan penelitian Derya Kaltakci Ali Eryilmaz Three-Tier Test diberikan kepada calon guru fisika yang akan mengajar di SMA, tahapan pengembangan Three-Tier Test yang dikembangkan adalah sebagai berikut: 36 a. Melakukan wawancara, wawancara dilakukan dan disesuaikan dengan peserta yang akan diteliti. Pada tahap ini miskonsepsi secara umum pada suatu topik dapat ditemukan karena dengan wawancara peserta diberikan waktu untuk berpikir, untuk menguraikan jawaban dan alasan mereka, dan juga 34 Kutluay, op, cit., p.2. 35 Ibid., p.19. 36 Derya Kaltakci Ali Eryilmaz, op. cit., p. 2.