Cara Mengatasi Miskonsepsi Miskonsepsi

Two-Tier Test yang dikembangkan terdiri dari dua tahapan, tahap pertama berupa pilihan ganda dan tahap kedua berupa pertanyaan alasan dari tahapan pertama. Griffard dan Wandersee dalam Yasin Kutluay menyebutkan bahwa Two- Tier Test tidak dikembangkan dengan mempertimbangkan ingatan ataupun pemikiran siswa, oleh karena itu mereka menyatakan seharusnya soal yang dibuat didasarkan pada proposisi ilmiah yang benar dari peta konsep yang telah digunakan dalam desain tes, soal benar-benar dapat mendiagnosis kesalahan dalam kerangka konseptual dibandingkan hafalan teori. Mereka juga menegaskan bahwa hasil tes menunjukan presentasi miskonsepsi yang terlalu tinggi karena ketidaktahuan tidak dapat dibedakan dari miskonsepsi. 34 Setelah Two-Tier Test dikembangkanlah Three-Tier Test sebagai instrumen diagnostik oleh Eryilmaz dan Surmeli di samping dua tingkatan pertama mereka membuat keyakinan siswa tentang jawaban mereka pada tier ketiga. Presentasi miskonsepsi tinggi yang dimaksud oleh Griffard dan Wandersee dijelaskan oleh Eryilmaz dan Sumerli dalam jurnal Yasin Kutluay hasil penelitian menunjukan bahwa 46 siswa mengalami miskonsepsi pada tingkat pertama, 27 miskonsepsi pada tingkat pertama dan kedua, dan 18 miskonsepsi pada tingkat pertama, kedua dan ketiga. Tingginya persentase yang diperoleh menunjukan tingginya miskonsepsi pada Two-Tier Test tanpa dapat dibedakan antara miskonsepsi dan tidak tahu lack of knowledge. 35 Setelah itu tes dengan tiga tingkatan Three-Tier Test digunakan oleh banyak peneliti lain. Berdasarkan penelitian Derya Kaltakci Ali Eryilmaz Three-Tier Test diberikan kepada calon guru fisika yang akan mengajar di SMA, tahapan pengembangan Three-Tier Test yang dikembangkan adalah sebagai berikut: 36 a. Melakukan wawancara, wawancara dilakukan dan disesuaikan dengan peserta yang akan diteliti. Pada tahap ini miskonsepsi secara umum pada suatu topik dapat ditemukan karena dengan wawancara peserta diberikan waktu untuk berpikir, untuk menguraikan jawaban dan alasan mereka, dan juga 34 Kutluay, op, cit., p.2. 35 Ibid., p.19. 36 Derya Kaltakci Ali Eryilmaz, op. cit., p. 2. memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendapatkan informasi secara mendalam. b. Tes open-ended atau tes terbuka, digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta secara umum dan untuk membuat pengecoh pada tahap kedua pada soal Three-Tier Test. c. Instrumen Three-Tier Test lalu diukur validitas dan reabilitasnya oleh peneliti, dan tes diberikan kira-kira selama 30-35 pada hari yang berbeda. Berdasarkan penelitian Hasan Sahin dan Bilal pengembangan istrumen Three-Tier Test diterapkan pada konsep gerak melingkar beraturan. Tahapan pengembangan instrumennya adalah sebagai berikut: 37 a. Tahap pertama adalah membuat pertanyaan pertama atau tingkat pertama berupa tes pilihan ganda yang berisi pertanyaan konseptual. Pada fase ini item tes memiliki lima pilihan jawaban. b. Tahap kedua adalah melakukan wawancara kepada 10 siswa, hasil dari wawancara digunakan untuk membuat pertanyaan kedua atau tingkat kedua. Tahap kedua terdiri dari pilihan ganda dan memiliki jawaban yang bersifat terbuka untuk menjawab alasan jawaban atas pertanyaan pertama, siswa menulis apapun yang mereka suka. Pada fase ini ada delapan pilihan Termasuk pertanyaan yang bersifat terbuka. c. Tahap ketiga adalah berupa pertanyaan keyakinan jawaban siswa yang terdiri dari dua pernyataan yaitu yakin atau tidak. Sri Budiningsih menggunakan instrumen Three-Tier Test untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa kelas X SMA pada konsep listrik dinamis. Pengembangan instrumen Three-Tier Test yang digunakan oleh Sri Budiningsih merupakan penyederhanaan penelitian dan pengembangan yang yang dikemukakan oleh Borg dan Gall dalam Sukmadinata, tahapannya adalah sebagai berikut: 38 a. Studi pendahuluan, pada tahap studi pendahuluan terdiri dari studi kepustakaan dan survei lapangan. 37 Sahin, op. cit., h. 278. 38 Sri Budiningsih, “Pengembangan Instrumen Diagnostik Three-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi L istrik Dinamis Siswa Kelas X SMA”, Jurnal Edukasi, tt, h. 2. b. Pengembangan produk, pada tahap pengembangan produk terdiri dari lima kegiatan yaitu identifikasi tujuan tes dan ruang lingkup materi, penyusunan kisi-kisi tes, penulisan butir soal, validasi oleh ahli dan revisi I. c. Uji coba produk, pada tahap uji coba produk terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu uji coba butir soal, analisis butir soal dan revisi II. Butir soal yang memenuhi kriteria valid dan reliabel diterapkan kepada siswa untuk mengetahui miskonsepsi. Berdasarkan jurnal yang berjudul Development of a Three-tier test to Assess High School Students Understanding of Acid and Bases yang dikembangkan oleh Ayla C. Dindar dan Omer Geban menjelaskan pengembangan instrumennya dengan menggunakan tiga tahapan yaitu: 39 a. Melakukan wawancara terhadap 12 murid SMA yang terdiri dari enam wanita dan enam laki-laki dengan tingkat pengetahuan tinggi, sedang dan rendah. Wawancara dalam penelitan deskriptif kualitatif adalah hal yang penting karena keharusan keterlibatan peneliti dan penghayatan terhadap permasalahan dan subjek penelitian sehingga, dapat dikatakan bahwa peneliti adalah subjek penelitian. b. Menggunakan open-ended question berupa 10 pertanyaan bedasarkan hasil wawancara tentang konsep yang mewakili konsep asam dan basa, dengan menggunakan 111 siswa SMA yang terdiri dari 65 wanita dan 46 laki-laki. c. Langkah terakhir adalah menggunakan hasil pertanyaan open-ended question untuk membuat instrumen berupa tes diagnostik Three-Tier Test, yang terdiri dari tiga tahapan tahap pertama berupa tes pilihan ganda, tahap kedua adalah alasan jawaban atas langkah pertama dan ketiga adalah confidence tier atau keyakinan atas jawaban langkah pertama dan kedua untuk mengetes validitas soal diteliti oleh empat ahli pendidikan kimia dan dua guru kimia. Pada penelitian ini digunakan instrumen Three-Tier Test yang dikembangkan oleh Haki Pesman dan Ali Eryilmaz yang berjudul , Development of a Three-tier 39 Ayla C. Dindar Omar geban, op. cit., p. 601.