Tabel 3.2 Hasil Validitas Pearson Product Moment Dengan Spss 17
No.Soal Nilai
Keterangan JML
2 .320
Valid 15
3 Valid
5 Valid
7 Valid
9 .318
Valid 10
Valid 14
Valid 16
Valid 25
Valid 31
Valid 33
Valid 34
Valid 37
Valid 38
Valid 41
Valid 8
-.106 Tidak valid
10 11
-.054 Tidak valid
15 .145
Tidak valid 20
-.021 Tidak valid
21 -.267
Tidak valid 23
.217 Tidak valid
24 .024
Tidak valid 28
.252 Tidak valid
29 .198
Tidak valid 35
.125 Tidak valid
1, 4, 6, 12, 13, 17, 18, 19, 22, 26, 27,30,32, 36, 39,40,42
Tidak dapat dihitung karena variabel konstan
17 Jumlah
42
Keterangan:
14
5 = 0,04 1 = 0,393
Validitas korelasi tingkat kepercayaan confident level dan skor 2 Derajat hubungan yang terjadi dinamakan korelasi, korelasi dapat dilihat
melalui suatu hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Jika nilai suatu variabel naik sedangkan nilai suatu variabel turun, maka kedua variabel
tersebut mempunyai korelasi negatif. Korelasi positif terjadi ketika naiknya nilai
14
Siregar, op cit., h. 316.
suatu variabel dan diikuti pula dengan naiknya nilai suatu variabel lain, atau menurunnya nilai suatu variabel dan diikuti pula dengan menurunnya nilai suatu
variabel lain. Derajat atau tingkat hubungan antara dua variabel diukur dengan indeks korlasi disebut koefisien korelasi, koefisien korelasi tidak memperlihatkan
adanya hubungan sebab dan akibat antara variabel-variabel yang diukur.Jika sepasang variabel kontinue, X dan Y, mempunyai korelasi, maka derajat korelasi
dapat dicari dengan meggunakan koefisien korelasi Pearson. Rumus untuk koefisien korelasi Pearson adalah:
15
√
Keterangan: = sum of product
= sumsquare dari variabel X = sumsquare dari variabel Y
r = koefisien korelasi spearman
Rumus untuk ,
, adalah
Keterangan:
N = Jumlah pengamatan dari masing-masing variabel. X = X-
Ẋ . Y = Y-
Ȳ . Ẋ = mean dari variabel X.
Ȳ = mean dari variabel Y.
15
Nazir, op cit., h. 450-451.
Tabel 3.3 Hasil Validitas Korelasi Tingkat Kepercayaan dan Skor 2 Dengan Spss 17
Validitas korelasi tingkat kepercayaan confident level dan skor 2 dengan hasil
.537 lebih besar dari 0,39 dengan taraf signifikan 0,01 atau
1 dengan 42 soal artinya valid, dikatakan bahwa terdapat hubungan positif
antara tingkat kepercayaan confident level dan skor 2.
Gambar 3.3 scattergram korelasi tingkat kepercayaan confident level dan skor 2
2. Uji
adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Uji digunakan dengan menggunakan alat ukur Internal Consistency. Pengujian ini
digunakan untuk mengukur alat ukur cukup hanya sekali saja.
16
Jenis yang
16
Siregar, op cit., h. 173-175.
digunakan adalah Alpha Cronbach yang dihitung menggunakan SPSS, dengan rumus:
Menghitung nilai varians:
Menentukan Realibilitas soal:
Keterangan :
N = jumlah sampel X = nilai skor yang dipilih
K = jumlah butir pertanyaan
Kriteria suatu
instrumen penelitian
dikatakan reliabel
dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reabilitas
0,6. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
cronbrach’s α pada spss 17, diperoleh r hitung sebesar .707 lebih besar dari 0,6 yang berarti soal dinyatakan
reliabel dan dapat digunakan.
17
3. Uji Daya Beda
Soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Angka yang dapat mengukur
perbedaan itu adalah daya pembeda atau indeks diskriminasi. Perhitungan daya beda dilakukan pada tahap uji instrumen dan dihitung berdasarkan data yang
didapatkan dari uji reliabilitas pada 42 soal Three-Tier Test konsep Virus. Adapun perhitungan daya pembeda adalah menggunakan rumus:
18
A B
A B
B B
D J
J
17
Lampiran 9, h. 172--175
18
Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 212.
Keterangan:
J = jumlah peserta tes J
A
= banyaknya peserta kelompok atas J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah
Adapun klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda
Koefisien DayaPembeda
Kriteria
0,00 - 0,20 Buruk
0,21 – 0,40
Cukup 0,41
– 0,70 Baik
0,71 – 1,00
Baik Sekali Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Daya Beda Dengan Excel
19
No. soal Keterangan
JML Valid
1, 2, 4, 6, 8, 9, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 30, 32,35,
36,39, 40, 42 Buruk
26 2, 9
3, 10, 28, 31 Cukup
7 3, 10, 31
5, 11, 16,20, 25, 38, 41 Baik
4 5, 16, 25,38,41
7, 14, 33, 34, 37, BaikSekali
5 7, 14, 33, 34, 37
JUMLAH 42
15
4. Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah penentuan kriteria soal termasuk mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan
siswa dalam menjawab suatu soal, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal.
20
Keterangan :
I = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir
N = Banyaknya siswa memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan
19
Lampiran 10, h. 176-177.
20
Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 135
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Dengan Anates
21
No. soal Keterangan
JML Valid
1, 4, 6, 8, 12, 13, 17, 18, 19, 22, 23, 24, 26, 27, 30, 32, 36, 39, 40, 42
Sangat Sukar 20
9,15,29,35 Sukar
4 9
3,5,7,10,14,16,20,21,25,28,31,33, 34,37,38
Sedang 15
3, 5, 7, 10, 14, 16, 25, 31, 33,
34, 37, 38
2,41 Mudah
2 2, 41
11 Sangat Mudah
1
Jumlah 42
15
5. Hasil Interview Klinikal
Tahap pertama dalam pembuatan soal three-tier test yang dikembangkan oleh Haki Pesman dan Ali Eryilmaz adalah interview klinikal. Wawancara ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai sejauh mana siswa mengusai konsep Virus yang telah dipelajari, siswa dipilih berdasarkan nilai ulangan
sebelumnya dan dikelompokkan menjadi tiga tingkatan rendah, sedang dan tinggi. Digunakan 18 pertanyaan kepada 15 siswa kelas X MIA 2 dan sesuai dengan
indikator yang digunakan disekolah.
22
Hasil jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi dijadikan acuan pembuatan tier pertama, digunakan tiga jawaban
salah a,b,c dan satu jawaban benar d. Tabel 4.1 menunjukan jawaban yang mengalami miskonsepsi dalam wawancara klinikal.
Tabel 3.7 Hasil Wawanacara Klinikal
Soal Miskonsepsi
JML
1 Siswa menganggap bahwa dengan bersentuhan dapat menularkan bercak
kuning 1
Siswa beranggapan bahwa Meinjery adalah orang yang pertama kali menemukan virus yang ukurannya lebih kecil dari bakteri
1 Siswa meganggap virus TMV ditemukan oleh Adolf Mayer.
1 2
Siswa menganggap bahwa bakteri lebih kecil dari virus 1
Siswa menganggap bahwa lumut adalah mikroorganisme 1
3 Siswa menganggap virus adalah sebuah sel uniseluller.
3 4
Siswa menganggap dengan melihat hanya melihat perbedaan morfologi pada bakteri dan virus
6 Siswa menganggap dengan menggunakan mikroskop cahaya karena mikroskop
dapat digunakan untuk melihat virus 1
21
Lampiran 11, h. 178-179.
22
Lampiran 5, h. 101-122.
Siswa menganggap dengan cara membekukan virus dan bakteri karena yang dapat dibekukan hanya virus.
3 5
Siswa menganggap virus dapat dilihat menggunakan mikroskop cahaya 8
6 Siswa beranggapan bahwa kapsid virus T tersusun atas lemak
Siswa beranggapan bahwa tubuh virus T terdiri dari RNA dan DNA 1
Siswa menganggap selubung ekor atau leher sebagai badan virus T. Siswa menganggap bahwa serabut ekor sebagai kaki virus T.
2
Siswa menganggap materi genetik DNA sebagai sel inang virus T. 2
Siswa beranggapan bahwa kapsid sebagai DNA 2
Siswa beranggapan bahwa kapsid atau kepala sebagai kapsul plasma 1
7 Siswa lainnya menganggap bahwa semua virus memiliki bentuk yang sama
3 9
Siswa menganggap bahwa cara reproduksi virus sama dengan makhluk lainnya yaitu dengan parasit dengan induknya dan bergantung pada makhluk lain.
4 Siswa menganggap virus dapat berkembang biak dan berpindah tempat
1 10
Siswa menganggap siklus lisogenik sama dengan siklus litik 1
Siswa menganggap bahwa reproduksi virus sama dengan makhluk hidup 1
Siswa menganggap hasil anak dari siklus lisogenik sama dengan induknya 6
Siswa menganggap hasil anak yang dihasilkan pada siklus litik berbeda dengan induk
2 11
Siswa menganggap bahwa virus menginfeksi bakteri terjadi pada penyakit influenza, ebola, HIV.
3 Siswa menganggap virus lebih kuat dari bakteri karena virus menyebabkan
penyakit 1
Siswa menganggap virus dapat memakan bakteri 1
Soal Miskonsepsi
JML
12 Siswa menganggap penyakit TBC disebabkan oleh virus dan
5 Siswa menganggap semua penyakit disebabkan oleh virus.
1 13
Hampir seluruh siswa menjawab benar mengenai penyakit karena virus tetapi alasan yang diberikan tidak sesuai konsep ilmiah, alasan yang banyak
dikemukakan adalah karena virus dapat menyerang tubuh manusia 15
Siswa menganggap vaksin adalah antibodi 2
Siswa menganggap vaksin digunakan untuk rekayasa genetika 1
Siswa menganggap vaksin adalah vitamin 1
16 Siswa mengalami miskonsepsi dengan menganggap dengan bersentuhan
dengan makhluk hidup yang terserang penyakit karena virus dapat menginfeksi makhluk lain yang sehat
1 18
Siswa menganggap bahwa virus adalah sel, dan 2
Siswa menganggap ilmuan mengembangbiakkan sel untuk mendapatkan virus baru
7 Siswa menganggap ilmuan mengembangbiakkan virus dalam larutan.
2 19
Siswa menganggap viroid dan prion adalah sel virus yang masih berada dalam sel inang
1 Siswa menganggap viroid adalah molekul penginfeksi DNA
1 Siswa menganggap prion dan viroid adlah penyebab virus.
1
6. Pertanyaan Terbuka Open-ended
Pertanyaan terbuka diberikan kepada 36 siswasiswi kelas X MIA 1 di SMAN 66 jakarta. Tabel 4.2 menunjukan jumlah jawaban yang diberikan siswa.
Jawaban dengan tanda merupakan jawaban benar dalam pembuatan Three-Tier Test.
Tabel 3.8 Hasil Pertanyaan Terbuka
Soal Miskonsepsi
1 Siswa menganggap bahwa Adolf Mayer orang yang menemukan penyakit TMV
3 Siswa menganggap bahwa:
a. Pengukuran tubuh virus dilakukan dengan alat ukur
b. Mikroskop cahaya dapat melihat organisme kecil
4 Siswa menganggap bahwa:
a. Kapsid merupakan selubung protein dalam bakteriofag
b. Kapsomer terdapat di bawah didekat serabut ekor
5 Siswa menggap bahwa: Di dalam kepala virus terdapat sel inang
6 Siswa menganggap bahwa:
a. Serabut ekor sebagai alat penyimpan dan ekor sebagai alat gerak
b. Serabut ekor sebagai pembawa materi genetik da ekor sebagai alat injeksi
7 Siswa menganggap bahwa:
a. Virus memiliki selubung lemak
b. Virus TMV memiliki DNA
Soal Miskonsepsi
8 Siswa menganggap bahwa:
a. Virus dapat dilihat dengan alat indra
b. Pemisahan bakteri dan virus dengan cara dibekukan
c. Virus mati dengan antibiotik
9 Siswa menganggap bahwa:
a. virus adalah makhluk hidup yang tubuhnya dilindungi oleh kulit
b. virus terdiri atas RNA DNA
c. virus butuh berdiam diri atau istirahat
10 Siswa menganggap bahwa:
a. virus adalah penyebab penyakit berbahaya
b. virus tidak dapat dikristalkan
11 Siswa menganggap bahwa:
a. ciri morfologi virus merupakan perbedaan ciri dari adaptsi virus
b. virus dapat bertahan jika terdapat DNA RNA
12 Siswa menganggap bahwa:
a. Virus tidak memiliki metabolisme tubuh
b. DNA RNA virus dibedakan dari kromosom
13 Siswa menganggap bahwa:
a. Sel inang terdapat di dalam tubuh virus.
b. Sel inang sementara tidak dapat menginjeksi sejumlah spesies
c. Satu virus dapat menginjeksi sel inang.
14 Siswa menganggap bahwa:
a. Virus selalu berhubungan dengan penyakit
b. Cawan petri memiliki sel inang
c. Nutrisi pada agar-agar merupakan makhluk hidup
15 Siswa menganggap bahwa:
Virus membawa penyakit yang berbeda 16
Siswa menganggap bahwa: Pecahnya sel inang pada siklus litik disebabkan oleh fase absorbsi
17 Siswa menganggap bahwa:
Siswa menganggap bakteriofag dapat digunakan untuk menyerang virus 18
Siswa menganggap bahwa: Pada siklus litik yang menyebabkan tubuh menjadi sakit adalah pada fase perakitan
19 Siswa menganggap bahwa:
Pada saat fase perakitan kapsid kosong 20
Siswa menganggap bahwa: Pada siklus lisogenik dihasilkan populasi bakteri dalam jumlah besar
22 Siswa menganggap bahwa:
a. Siklus litik mengalami fase penggabungan dan lisogenik membentuk virion baru.
b. Siklus litik dan lisogenik dibedakan berdasarkan terikat tidaknya kromosom
24 Siswa menganggap bahwa:
Papovirus dapat mencetak DNA sehingga dikatakan bahwa papovirus adalah virus yang memiliki asam nukleat RNA
26 Siswa menganggap bahwa:
Rahabdovirus adalah virus T 27
Siswa menganggap bahwa: RNA pada tubuh virus sebagai penyerang protein sel inang.
28 Siswa menganggap bahwa:
Bakteri E.coli termasuk bakteriofag Bakteriofag adalah jenis bakteri yang hanya bisa hidup di sel inang
29 Siswa menganggap bahwa:
DBD disebabkan oleh flavivirus
Soal Miskonsepsi
32 Siswa menganggap bahwa:
a. Gondongan disebabkan rhabdovirus
b. Paramyxovirus penyebab penyakit campak
33 Siswa menganggap bahwa:
Penyakit ebola disebabkan oleh babi dan lingkungan yang tidak baik. 36
Siswa menganggap bahwa: Ciri penyakit chikungunya ditandai dengan bercak merah pada tubuh disertai
penurunan dan kenaikan suhu. 37
Siswa menganggap bahwa: a.
Kemoterapi dapat memperbaiki kelainan genetik b.
Vaksin dapat memperbaiki kelainan genetik 41
Siswa menganggap bahwa: Vaksin berasal dari protein yang dihasilkan hewan sebagai respon terhadap infeksi
42 Siswa menganggap bahwa:
a. Virus cacar dapat dibiakkan melalui larutan yang dikristalkan
b. Pewarnaan dapat membiakkan virus cacar
43 Siswa menganggap bahwa:
Profag gabungan akan menghasilkan sifat gabungan kedua induk. 44
Siswa menganggap bahwa: Virus merupakan gabungan dari viroid dan prion.
Sesuai jurnal yang dikembangkan oleh Haki Pesman dan Ali Eryilmaz jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi pada open ended pertanyaan
terbuka digunakan sebagai pembuatan pengecoh alasan dari jawaban tier pertama. Digunakan tiga pengecoh a,b dan c, satu jawaban benar d dan satu e pilihan
jawaban kosong sehingga siswa dapat memberikan jawaban sesuai dengan pemahamannya.
G. Teknik Analisa Data
Data analisis secara kualitatif dalam arti diuraikan, dibandingkan, dikategorikan, disintesiskan, lalu disusun atau diurutkan secara sistematis.
23
Data dari hasil Three-Tier Test dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui
miskonsepsi pada konsep Virus yang terjadi pada siswa X SMA 74 Jakarta, berdasarkan penelitian yang dikembangkan oleh Haki Pesman dan Ali Eryilmaz.
Penilaian dari tingkat pertama, kedua dan ketiga selanjutnya dianalisis dalam tiga tahapan. Istilah penilaian yang diberikan adalah skor, yang digunakan untuk
23
Nana S Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan , Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, cet.8, h. 148.
menghitung kalibrasi instrumen. Setiap jawaban benar pada tingkat satu dan dua diberi nilai 1, sedangkan salah diberikan nilai 0. Pada tingkat ketiga jika siswa
yakin diberi nilai 1 dan tidak yakin 0. Adapun kriteria penskoran sebagai berikut: Tahap pertama, skor 1 hanya menghitung tingkat pertama pada soal pilihan
ganda. Setiap jawaban yang benar pada tingkat pertama diberi nilai 1, sedangkan dengan kriteria skor:
Tabel 3.9 Kriteria Pengelompokan Skor 1
Kriteria Skor 1
Benar 1
Salah Tahap kedua, skor 2 dibuat dengan melihat tingkat pertama pilihan ganda
dan tingkat kedua alasan memilih jawaban pertama. Alasan yang tidak tepat pada tingkat kedua atau alasan yang tepat dengan kesalahan pada tingkat pertama
memberikan penilaian terbaru di skor 2 yaitu pada Tabel 3.10: Tabel 3.10 Kriteria Pengelompokan Skor 2
Tingkat pertama Tingkat kedua
Skor 2
Benar 1 Benar 1
1 Benar 1
Salah 0 Salah 0
Benar 1 Salah 0
Salah 0 Tahap ketiga, skor 3 dibuat dengan melihat semua jawaban yang diberikan
pada setiap tingkatan tingkat satu, dua dan tiga, penilain skor 3 yaitu pada Tabel 3.11:
Tabel 3.11 Kriteria Pengelompokan Skor 3
Tingkat pertama
Tingkat kedua
Skor 2 Tingkat ketiga
Skor 3
Benar 1 Benar 1
1 Yakin 1
1 Benar 1
Benar 1 1
Tidak yakin 0 Benar 1
Salah 0 Tidak yakin 0
Benar 1 Salah 0
Yakin 1 Salah 0
Salah 0 Tidak yakin 0
Salah 0 Benar 1
Tidak yakin 0 Salah 0
Benar 1 Yakin 1
Salah 0 Salah 0
Yakin 1
Analisis yang dilakukan sesuai dengan Tabel 3.6 untuk menentukan siswa miskonsepsi false positive false negative dan siswa tidak tahu konsep lack of
knowledge menggunakan teknik presentase berikut:
Keterangan: P = persentase jumlah siswa pada paham konsep, tidak tahu konsep dan miskonsepsi false
positive false negative. S = banyaknya siswa pada paham konsep, tidak tahu konsep dan miskonsepsi false positive
false negative. Js = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Perthitungan menggunakan kriteria skor 3, dengan Miskonsepsi false positive false negative dan tidak tahu konsep lack of knowledge. Seperti yang
sudah dijelaskan bahwa keunggulan Three-Tier Test adalah dapat membedakan miskonsepsi siswa berdasarkan miskonsepsi false positive dan false negative dan
tidak tahu konsep lack of knowledge, kriteria false positive, false negative dan tidak tahu konsep berdasarkan kriteria berikut:
24
Tabel 3.12 Kriteria Pengelompokan miskonsepsi dan tidak tahu konsep lack of knowledge
No. Tier 1 Tier 2
Tier 3 Kategori
1. Benar
Benar Yakin
Paham mengerti konsep 2.
Benar Benar Tidak yakin Tidak paham konsep lack of
knowledge 3.
Benar Salah Yakin
False positive 4.
Benar Salah Tidak yakin Tidak paham konsep lack of
knowledge 5.
Salah Benar
Yakin False negative
6. Salah
Benar Tidak yakin Tidak paham konsep lack of
knowledge 7.
Salah Salah
Yakin False negative
8. Salah
Salah Tidak yakin Tidak paham konsep lack of
knowledge
24
Haki pesman Ali Eryilmaz, op cit., h.214-215
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil data tes objektif soal Three-Tier Test pada Tabel 4.1 menunjukkan masih banyak siswa menjawab salah dan yakin terhadap jawaban
yang diberikannya. Hal tersebut dapat diartikan masih banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi pada konsep Virus.
Tabel 4.1 Persentase Jawaban Benar Siswa Pada Tingkat 1, 2 dan 3
Nomor Soal
A B
C D
E Nomor
Soal A
B C
D E
1 1.1
1 99
9 9.1
68 13
10 9.4
1.2 45
40 3.1 9.4
3.1 9.2
22 3.1
27 29
19
1.3 93
7.3 9.3
89 11
2 2.1
8.3 31
17 44
10 10.1
5.2 95
2.2 2.1
25 32
32 8.3
10.2 35
6.3 18
25 16
2.3 90
10 10.3
66 34
3 3.1
94 5.2
1
11 11.1
39 27
32 2.1
3.2 59
7.3 2.1
29 2.1
11.2 9.4
53 22
10 5.2
3.3 95
5.2 11.3
76 24
4 4.1
18 66
6.3 10
12 12.1
53 29
3.1 15
4.2 11
51 14
20 4.2
12.2 14
19 59
6.3 2.1
4.3 84
16 12.3
83 17
5 5.1
73 27
13 13.1
15 49
2.1 34
5.2 31
1 24
1 43
13.2 11
35 21
29 3.1
5.3 94
6.3 13.3
63 38
6 6.1
9.4 68
6.3 17
14 14.1
9.4 9.4
67 15
6.2 23
1 17
22 38
14.2 14
8.3 66
11 1
6.3 69
31 14.3
88 13
7 7.1
20 23
55 2.1
15 15.1
1 52
2.1 45
7.2 55
1 20
19 5.2
15.2 33
52 3.1 8.3
3.1
7.3 78
22 15.3
36 64
8 8.1
83 1
3.1 13
8.2 2.1
49 11
32 4.2
8.3
94 6.3
Soal terdiri dari tiga jenis yaitu pilihan ganda pada tingkat pertama, pilihan ganda dengan jawaban terbuka pada tingkat kedua dan tingkat kepercayaan
confident level. Tingkat pertama terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu A, B, C dan D. Tingkat kedua terdiri dari lima pilihan jawaban dengan empat pilihan
tertutup yang sudah diberikan dan satu jawaban bebas yang dapat ditulis sendiri oleh siswa. Sedangkan Tingkat ketiga yaitu tingkat kepercayaan diberikan dua
pilihan keyakinan yaitu yakin A atau tidak yakin B atas jawaban yang diberikan pada tingkat pertama dan kedua.
Persentase jawaban benar dengan alasan yang salah disertai kepercayaan yang tinggi terdapat pada soal nomor satu, lima, enam, dan delapan, sembilan dan 10.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa yakin dengan alasan yang tidak sesuai dengan konsep Virus mengenai sejarah penemuan, ciri tubuh, perbedaan virus dengan
organisme lain, reproduksi virus dan penyakit yang ditimbulkan oleh virus. Persentase kriteria siswa memberikan jawaban yang rendah pada tingkat pertama
dan alasan pernyataan tinggi pada tingkat kedua serta keyakinan yang tinggi terjadi pada soal nomor dua,11 dan 12. Persentase dengan kriteria dimana siswa
memberikan jawaban yang tinggi pada tingkat pertama dan pernyataan rendah pada tingkat kedua serta keyakinan yang rendah terjadi pada soal nomor 15.
1. Identifikasi Siswa Berdasarkan Kelas
Persentase pilihan siswa dari tiga kategori yaitu miskonsepsi, paham dan tidak paham konsep. Adapun pengelompokkan pemahaman yang teridentifikasi di
SMAN 74 Jakarta pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik Persentase Miskonsepsi, Tidak Paham dan Paham Konsep Kelas X SMAN 74 Jakarta Konsep Virus
20 40
60
Miskonsepsi Tidak Paham
Paham
P er
sent a
se
Miskonsepsi memiliki tingkat persentase lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan paham dan ketidakpahaman terhadap konsep Virus Gambar 4.1.
Tingginya persentase miskonsepsi yang terjadi pada tiga kelas X MIA di SMAN 74 Jakarta menunjukkan siswa kurang paham atau sedikitnya informasi mengenai
konsep Virus.
2. Identifikasi Berdasarkan Skor
Perbandingan skor 1 diperoleh dari tingkat pertama pilihan ganda, skor 2 diperoleh dari tingkat pertama dan kedua serta skor 3 diperoleh dari tingkat
pertama, kedua dan tingkat keyakinan. Hasil rekapitulasi skor 1, skor 2 dan skor 3 dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik Persentase Perbandingan Skor Jawaban Benar Berdasarkan Gambar 4.2 pada skor 1 siswa rata-rata menjawab benar paling
tinggi artinya, pada tingkat pertama pilihan ganda memiliki tingkat kesulitan rendah. Semakin naik tingkatannya maka jawaban siswa semakin rendah karena
tingkat kesulitan semakin tinggi walaupun, tingkat pertama dan kedua memiliki persentase yang tidak jauh berbeda jika dibandingkan skor 1. Bentuk soal Three-
Tier Test berbeda dengan tes pada umunya karena memiliki tiga tingkatan proses, akibatnya dibutuhkan pemikiran dan pemahaman sehingga waktu pengerjaan
lebih lama.
3. Identifikasi Butir Kepahaman per Butir Soal
Empat kategori kepahaman bila dianalisis dari 15 butir soal menunjukkan adanya dominasi. Miskonsepsi yang terbagi dua kategori yaitu false positive dan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 Mean
Skor 1 95.96 30.3 90.91 63.64 70.71 65.66 53.54 80.81 65.66 91.92 31.31 51
47.47 64.65 50.51 63.6 Skor 2 9.091 27.27 54.55 38.38 20.2 14.14 51.52 28.28 20.2 34.34 27.27
50 21.21 63.64 4.04 30.94
Skor 3 9.091 26.26 50.51 32.32 17.17 8.081 41.41 25.25 19.19 17.17 15.15 47.47 13.13 58.59 3.03 25.59 20
40 60
80 100
120
P e
r sent
a se
false negative saling menonjol di setiap butir soal bila dibandingkan dengan dua kategori lainnya paham dan tidak paham. Adapun sebaran persentase kategori
perbutir soal terdapat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik Persentase false positive, false negative, Tidak Paham dan Paham Konsep Virus per Butir Soal
Pada Gambar 4.3 false positive terjadi apabila tingkat pertama benar dan tingkat kedua salah dengan tingkat keyakinan yakin terhadap kedua jawaban,
persentase tertinggi terjadi pada soal nomor 1 dan nomor 8 dengan nilai 81 dan 53. Soal dengan tingkat tidak paham konsep tertinggi terjadi pada soal nomor
15 dengan persentase 64. False negative tertinggi terjadi pada soal dengan nomor 2 dan 11 dengan nilai melebihi 50 jumlah siswa, false negative terjadi
apabila tingkat pertama salah dan tingkat kedua benar atau tingkat pertama dan tingkat kedua salah dengan tingkat keyakinan yakin terhadap kedua jawaban.
B. Pembahasan
Identifikasi miskonsepsi siswa dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa setelah diperoleh informasi dalam pembelajaran. Identifikasi
ini memberikan tiga kategori pemahaman yaitu paham konsep, tidak paham konsep dan miskonsepsi. Kategori miskonsepsi terbagi kembali menjadi dua
kategori false positive dan false negative memberikan informasi kesalahan hasil asimilasi dan akomodasi siswa setelah proses pembelajaran. Hal ini dinyatakan
Hestenes dan Halloun bahwa siswai kurang paham deficiency understanding bila false positive, sedangkan kurang pahamnya siswa yang disebabkan sedikitnya
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 Mean False negatif 1.042 58.33 5.208
25 26.04 22.92 33.33 14.58 23.96 3.125 57.29 32.29 29.17
25 22.92
25 False positif
81.25 4.167 38.54 25
50 36.46 2.083 53.13 42.71 45.83 3.125 2.083 19.79 1.042 10.42 27.78
Tidak paham 8.333 21.88 5.208 15.63 6.25 30.21 21.88 6.25 13.54 33.33 23.96 16.67 37.5 13.54 63.54 21.25 Paham
9.375 15.63 51.04 34.38 17.71 10.42 42.71 26.04 19.79 17.71 15.63 48.96 13.54 60.42 3.125 25.97 10
20 30
40 50
60 70
80 90
Pe r
sent a
se