Membandingkan struktur tubuh virus satu dengan virus yang lain Mengidentifikasi ciri-ciri, ukuran, dan bentuk virus.

5. Menjelaskan cara hidup virus

Digunakan satu indikator soal pada soal nomor tujuh. Indikator soal yang terdapat pada nomor tujuh adalah siswa dapat menyimpulkan tempat hidup virus. Hasil persentase yang diperoleh pada Tabel 4.1 terdapat persamaan persentase antar tingkat pertama dan kedua yaitu sebesar 55 dengan tingkat keyakinan 78. Dari Tabel 4.1 dan Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa siswa paham dalam menjelaskan cara hidup virus. Tabel 4.8 Persentase Soal Nomor 7 No. Kriteria Persentase 1. False positive 2,08 2. False negative 33,33 3. Tidak paham 21,88 4. Paham 42,71

6. Menjelaskan reproduksi virus

Indikator ini digunakan dua indikator soal pada nomor delapan dan sembilan. Berdasarkan pengamatan Tabel 4.2 diperoleh soal nomor delapan dan sembilan memiliki persentase lebih tinggi pada tingkat pertama dibandingkan dengan tingkat kedua dengan tingkat keyakinan yang tinggi yaitu, melebihi 80. Sehingga dapat dikatakan pada indikator ini siswa mengalami miskonsepsi false positive dibuktikan pada Tabel 4.9 dan 4.10. Pada indikator soal nomor 8 siswa mengalami miskonsepsi, sebelumnya miskonsepsi siswa pada indikator ini sudah ditemukan pada saat penyusunan soal Three-Tier Test tahap pertama Lampiran 5 dan Tabel 3.7 yaitu wawancara, siswa menganggap hasil reproduksi virus secara litik menghasilkan anakan yang berbeda dengan induk dan reproduksi yang dilakukan virus sama dengan makhluk hidup lain. Pada tahap kedua Lampiran 7 dan Tabel 3.8 penyusunan soal Three- Tier Test yaitu pertanyaan terbuka siswa kembali mengalami miskonsepsi dengan meganggap bahwa “fase perakitan pada bakteriofag yang menyerang virus di siklus litik menyebabkan tubuh menyebabkan tubuh menjadi sakit dan pecahnya sel inang pada siklus litik diakibatkan adanya fase absorbsi pada siklus hidup virus ”. Tabel 4.9 Persentase Soal Nomor 8 No. Kriteria Persentase 1. False positive 53,13 2. False negative 14,58 3. Tidak paham 6,25 4. Paham 26,04 Siswa yang mengalami miskonsepsi false positive pada indikator soal nomor delapan menjawab A-B-A sebanyak 74,51. Siswa mengalami miskonsepsi intuisi yang salah yaitu miskonsepsi yang berasal dari perasaan diri seseorang, yang terjadi secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasan. 4 Siswa meyakini bahwa terbentuknya virus baru karena pecah dan matinya sel inang yang disebut sebagai siklus litik pilihan jawaban A-benar disebabkan oleh sel inang tidak memiliki pertahanan yang baik pilihan jawaban B-salah. Pada indikator soal nomor sembilan mengenai klasifikasi virus, hampir seluruh siswa menjawab benar pada tahap wawancara dan pertanyaan terbuka. Miskonsepsi yang terjadi mungkin disebabkan siswa kurang teliti dalam membaca soal. Tabel 4.10 Persentase Soal Nomor 9 No. Kriteria Persentase 1. False positive 42,71 2. False negative 23,96 3. Tidak paham 12,5 4. Paham 19,79 Indikator nomor sembilan kembali mengalami miskonsepsi false positive, siswa menjawab A-A-A sebanyak 46,34. Miskonsepsi yang terjadi disebabkan intuisi siswa yang salah, yang meyakini bahwa virus tidak diklasifikasikan berdasarkan cara geraknya di alam bebas pilihan jawaban A-benar, dengan alasan virus tidak menyebar di alam bebas pilihan jawaban salah A-salah . Siswa 4 Ibid., h. 38-39. mengkaitkan jawaban pada tingkatan pertama dengan tingkat kedua sehingga disebut miskonsepsi intuisi.

7. Menjelaskan kasus-kasus dalam kehidupan sebagai dampak negatif dan

positif dari virus. Indikator ini digunakan tiga indikator soal pada nomor 10, 11 dan 12 Indikator soal nomor 10, siswa dapat menyelidiki ciri penyakit Ebola. Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh persentase tingkat pertama dan kedua sebesar 95 dan 35 dengan tingkat keyakinan 66. Tingginya pesentase tingkat pertama menjelaskan bahwa siswa mengami miskonsepsi false positive. Indikator soal nomor 10 membahas mengenai isu penyakit yang sedang marak terjadi yaitu penyakit Ebola. Miskonsepsi pada indikator soal ini sudah terjadi pada saat penyusunan soal Three-Tier Test tahap pertama dan kesatu yaitu wawancara dan pertanyaan terbuka siswa menganggap Ebola disebabkan karena virus yang menginfeksi bakteri. Gambar 4.8 Jawaban soal three-tier test Nomor 10 Tabel 4.11 Persentase Soal Nomor 10 No. Kriteria Persentase 1. False positive 44,79 2. False negative 3,13 3. Tidak paham 34,38 4. Paham 17,71 Kebanyakan siswa mengalami miskonsepsi false positive, dengan pilihan terbanyak D-D-A sebanyak 46,51. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa di indikator soal nomor 10 merupakan miskonsepsi prakonsep, miskonsepsi awal saat membaca dan memahami soal. Siswa diberikan soal mengenai ciri penyakit ebola pilihan jawaban D, siswa menjawab alasan berdasarkan pernyataan yang diberikan pada soal. Indikator soal nomor 11, siswa menafsirkan kasus berdasarkan fakta yang terjadi. Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh persentase tingkat pertama dan kedua sebesar 32 dan 53 dengan tingkat keyakinan 53. Tingginya persentase tingkat kedua dan tingkat keyakinan 53 diartikan bahwa siswa mengalami miskonsepsi false negative. Miskonsepsi yang terjadi pada indikator soal nomor 11 disebabkan karena siswa salah menjawab konsep pada tingkat pertama mengenai penyebaran flu burung hingga menjadi suatu epidemi pada manusia. Tabel 4.12 Persentase Soal Nomor 11 No. Kriteria Persentase 1. False positive 3,13 2. False negative 57,29 3. Tidak paham 23,96 4. Paham 15,63 Siswa mengalami miskonsepsi false negative, pilihan jawaban terbanyak terjadi pada pilihan A-B-A sebesar 38,18. Miskonsepsi terjadi karena perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan apa yang sudah dipelajari, biasanya terjadi pada bahan yang abstrak sehingga siswa sulit menangkap dan sering salah mengerti tentang konsep. 5 Siswa meyakini agar virus H5N1 dapat menyebabkan suatu epidemi pada manusia, virus harus mampu berevolusi dengan cepat pilihan jawaban A-salah dengan alasan karena virus dapat mengalami mutasi dan penyebaran yang cepat pilihan jawaban B-benar. Indikator soal nomor 12 siswa dapat memprediksi penyakit dan virus yang menyebabkannya. Tabel 4.1 diperoleh persentase tingkat pertama dan kedua 5 Ibid., h. 39.