Menjelaskan kasus-kasus dalam kehidupan sebagai dampak negatif dan

tinggi dapat disimpulkan bahwa siswa paham cara pertahanan tubuh dalam melawan kuman penyakit. Tabel 4.15 Persentase Soal Nomor 14 No. Kriteria Persentase 1. False positive 1,04 2. False negative 25 3. Tidak paham 13,54 4. Paham 60,42

9. Menjelaskan cara pembiakan virus

Indikator soal pada nomor 15, siswa dapat menyimpulkan hasil pembiakkan virus. Pada Tabel 4.1 diperoleh persentase tingkat pertama dan kedua sebesar 52 dan 8,3 dengan tingkat keyakinan 36. Perbedaan persentase yang signifikan pada tingkat pertama dan kedua dengan tingkat keyakinan dibawah 50 menyebabkan siswa banyak yang mengalami tidak paham mengenai cara pembiakkan virus. Ketidakpahaman yang terjadi pada indikator soal ini diperkuat dengan adanya miskonsepsi siswa dalam menjelaskan cara reproduksi dan pembuatan vaksin. Tabel 4.16 Persentase Soal Nomor 15 No. Kriteria Persentase 1. False positive 10,42 2. False negative 22,92 3. Tidak paham 63,54 4. Paham 3,13 Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari perhitungan persentase keseluruhan Gambar 4.4 dan analisis indikator soal diatas, siswa paham mengenai konsep virus pada indikator soal nomor 3, 4, 7, 12 dan 14. Paham konsep terjadi apabila persentase antara tingkat pertama dan kedua dibawah 40 dengan tingkat keyakinan yang tinggi yaitu diatas 70. Tidak paham konsep virus terjadi pada indikator soal 13 mengenai cara penggunaan vaksin polio dan 15 mengenai cara pembiakan virus. Tidak paham konsep terjadi apabila tingkat pertama memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan tingkat kedua dengan persentase tingkat keyakinan dibawah 69. Berdasarkan Gambar 4.1 menunjunkkan siswa lebih banyak mengalami miskonsepsi sebesar 52,78. Berdasarkan analisis indikator soal miskonsepsi pada konsep virus dibagi menjadi dua yaitu miskonsepsi false positive dan miskonsepsi false negative. Miskonsepsi false positive terjadi pada indikator soal nomor satu mengenai sejarah penemuan virus; nomor lima dan enam mengenai identifikasi ciri ukuran dan bentuk virus; nomor delapan dan sembilan mengenai reproduksi virus dan 10 mengenai penyakit ebola. Miskonsepsi false positive terjadi apabila persentase tingkat pertama lebih besar dibandingkan tingkat kedua dengan tingkat keyakinan diatas 69. Miskonsepsi false negative terjadi pada indikator soal nomor dua mengenai cara mengetahui ukuran tubuh virus dan 11 mengenai kasus berdasarkan fakta. Miskonsepsi false negative terjadi apabila persentase tingkat pertama lebih rendah dibandingkan tingkat kedua dengan persentase tingkat keyakinan diatas 69. Pembelajaran bermaknalah yang menyebabkan pemahaman pada diri siswa sehingga dapat membuat siswa mengerti mengenai suatu konsep. Pembelajaran bermakna terjadi apabila pengolahan informasi baru dalam pikiran siswa terkait dengan pengetahuan yang dipelajari sebelumnya. 6 Miskonsepsi bisa terjadi karena pemahaman awal siswa pra konsepsi yang salah dan seberapa baik kemampuan atau konsep itu dipelajari. Bahan yang dihafal tidak mungkin dialihkan ke situasi baru tidak peduli seberapa mendalam konsep itu dikuasi. 7 Berdasarkan data hasil penelitian menunjukan bahwa Three-Tier Test efektif dalam identifikasi miskonsepsi dengan soal yang valid dan reliabel. Identifikasi miskonsepsi siswa dikelompokkan menjadi false positive dan false negative disertai dengan identifikasi siswa yang tidak paham dan paham konsep Gambar 4.3. Jawaban benar dikelompokkan menjadi skor 1, skor 2 dan skor 3 Gambar 4.2. 6 Robert E.Slavin. 2008. Psikologi Pendidikan teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks. h.249. 7 Ibid., h. 301. Menurut Hestenes dan Halloun dalam jurnal Haki Pesman menyebutkan bahwa salah satu keuntungan menggunakan Three-Tier Test adalah dapat memperkirakan persentase false positive dan false negative. 8 Pada Gambar 4.1 selisih persentase tidak paham konsep sebesar 5 dibandingkan false positive dan false negative. Berdasarkan Gambar 4.3, persentase false positive lebih besar dibandingkan persentase false negative, hal ini dikarenakan false positive sangat sulit atau bahkan false positive tidak bisa dihilangkan sama sekali. Soal pilihan ganda memiliki 20 kemungkinan terjadinya false positive, hal ini disebabkan karena siswa memiliki kesempatan untuk memberikan jawaban secara acak pada tes pilihan ganda. Selain itu, pengecoh yang kuat dapat memunculkan false positive pada siswa. 9 Persentase false negative yang lebih rendah dari false positive menunjukkan false negative digunakan sebagai alat untuk siswa yang tidak teliti atau ceroboh. 10 Tingkat pertama merupakan alasan tingginya false negative. Jawaban salah pada tingkat pertama bukan saja mengalami miskonsepsi false negative tetapi juga dapat dikatakan tidak paham konsep. Setiap jawaban salah dari siswa dalam tes bukan berarti siswa mengalami miskonsepsi, miskonsepsi terjadi jika siswa memberikan deskripsi yang salah untuk jawaban yang salah maka dapat disebut dengan miskonsepsi. 11 Terjadinya tidak paham konsep mungkin disebabkan karena pengetahuan yang diperoleh siswa kurang membantu dalam memahami konsep Virus. 12 Menurut Eryilmaz dan Sumeli dalam Kutluay untuk menerima adanya miskonsepsi pada siswa harus dapat menunjukan tingkat keyakinan siswa, karena jawaban tingkat pertama dan tingkat kedua ditentukan oleh ketidakpahaman. Untuk itu tingkat pertama dan kedua tidak dapat menentukan miskonsepsi tanpa 8 Haki Pesman Alieryilmaz, Development of a Three-Tier Test to Asses Misconception About Simple Electric Circuit, The Journal of Education Research, 2010, p. 214. 9 Hestenes Halloun, op, cit., p. 3. 10 Ibid. 11 Tuncay, H. Kübra, İlbilge., A Study on Misconceptions of Senior Class Students in Some Physics Topics and the Effect of the Technique Used in Misconception Studies, Journal of Turkish Science Education, 2012, p. 155. 12 Ibid.