Tujuan Manfaat Perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung
pantai memiliki kerapatan vegetasi Nipah yang tinggi, maka pantai tersebut mempunyai resistensi terhadap kekuatan gelombang tsunami yang cukup tinggi.
Adapun pertimbangan penanaman vegetasi pada zona pesisir sebagai upaya soft protection berdasarkan klasifikasi resiko bencana adalah sebagai
berikut: 1.
Zona aman Merupakan zona yang dialokasikan sebagai kawasan pemukiman
penduduk dan akomodasi wisata yang memiliki kegiatan ekonomi penduduk.
2. Zona Bahaya
Zona ini pada prinsipnya tidak memiliki bangunan penduduk pada radius 200 meter dari pantai. Pada radius 200 meter dari pantai ditetapkan
menjadi daerah penyangga yang efektif mengurangi kecepatan dan ketinggian gelombang tsunami. Daerah penyangga ini sebaiknya ditanami
pepohonan yang dapat meredam kecepatan dan ketinggian gelombang tsunami, tinggi vegetasi antara 10-15 meter. Selain dengan vegetasi,
pembuatan penyangga dapat juga dengan membuat tanggul penghambat tsunami, saluran buatan atau kolam sebagai pengendali. Zona bahaya ini
dapat diarahkan dengan membangun perlindungan soft structure yang dikombinasikan dengan kegiatan budidaya perikanan dan ekowisata.
Salah satu cara untuk mengurangi dampak tsunami adalah dengan ruang terbuka hijau dalam bentuk hutan pantai atau bentuk lainnya. Efektivitas hutan
dalam mengurangi dampak tsunami bergantung pada ketebalan, kerapatan vegetasi, diameter pohon, struktur, dan karakteristik pohon. Pohon dengan
diameter 10 cm untuk mitigasi tsunami dengan tinggi gelombang 4,65 m, diameter 34,3 cm untuk tinggi gelombang 7 m, dan diameter 100 cm untuk tinggi
gelombang 10 m. Ketebalan hutan yang efektif untuk tinggi gelombang 3 m adalah 20 m, sedangkan untuk tinggi gelombang 6 m ketebalan hutan yang efektif
adalah 100 m Lak, 2006.
Gambar 2. Zonasi Mangrove di Sumatra
Lak, 2006
Selain itu juga dapat menggunakan mangrove, menurut Sidik dkk 2002 dapat dengan membuat pola zonasi pertumbuhan hutan mangrove yang terbagi
atas: 1.
Mangrove terbuka: mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut.
2. Mangrove tengah: mangrove yang berada di belakang mangrove zone
terbuka. 3.
Mangrove payau: mangrove berada di sepanjang sungai berair payau. Menurut Karminarsih 2007 beberapa upaya mengurangi atau
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan tsunami adalah: 1.
Mencegah perkembangan pemukiman di wilayah pesisir, yang berbatasan langsung dengan laut. Berkenaan dengan hal ini maka pemerintah harus
mempersiapkan model tata ruang yang memasukkan unsur resiko tsunami. 2.
Membuat zona penyangga dengan tanaman mangrove ataupun tanaman pantai lainnya seperti cemara pantai Casuarina equisefolia, nyamplung
Calophyllum sp., dan ketapang Terminalia catappa. Hutan mangrove dalam skala ekologis merupakan ekosistem yang sangat
penting, terutama karena daya dukungnya bagi stabilitas ekosistem kawasan pesisir. Kestabilan ekosistem mangrove akan mempunyai pengaruh sangat luas
terhadap kelestarian wilayah pesisir. Mangrove sebagai ekosistem hutan, memiliki sifat dan ciri yang sangat khas, tumbuh pada pantai berlumpur dan muara sungai.
Berdasarkan statusnya, kawasan hutan mangrove Indonesia dibedakan menjadi hutan produksi, taman nasional, suaka margasatwa, cagar alam, dan hutan
lindung. Pengelolaannya menjadi tanggung jawab Departemen Kehutanan. Sedangkan yang non kawasan, dimana mangrove berada ataupun ditanam
masyarakat di lahan-lahan milik masyarakat dikenal sebagai hutan rakyat,