Analisis Deskriptif .1 Letak dan Aksesibilitas

relokasi demi keamanan masyarakat dan wisatawan. Perencanaan wisata tambak dapat menjadi pilihan solusi agar dapat memanfaatkan tenaga lokal. Persentase penggunaan lahan di Kecamatan Punduh Pidada diantaranya pemukiman sebesar 7,5 , tambak 5,0 , dan ruang terbuka hijau sebesar 87,5 . Luasan ruang terbuka hijau masing-masing adalah untuk daerah rawa 3,5, kebun pertanian 3,1 , sawah 6,7, tegalan 4,1 , belukar 27,8 , hutan 42,3.

4.2.6 Hidro-oceanografi

Kualitas air di wilayah Kecamatan Punduh Pidada masih tergolong baik meskipun di beberapa daerah ada yang sudah tidak layak dikarenakan limbah tambak. Dengan memanfaatkan daerah yang memiliki kualitas air baik akan dapat dikembangkan untuk wisata, sedangkan daerah yang kualitas airnya tidak cukup layak dapat diperbaiki dengan ruang terbuka hijau terutama mangrove, karena dengan adanya mangrove dampak dari limbah tambak akan dapat diminimalisir. Selain itu penyusunan rencana atau penataan ruang terbuka hijau juga bertujuan untuk menjaga kualitas lingkungan. Salinitas di sebelah selatan dan barat Teluk Lampung pesisir Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran lebih tinggi dibandingkan di sebelah utara dan timur Teluk Lampung, hal ini dikarenakan di sebelah utara dan timur Teluk Lampung terdapat beberapa sungai yang bermuara ke laut. Pasang surut di Kecamatan Punduh Pidada cukup tinggi mencapai 176 cm. Begitu pula dengan gelombang lautnya cukup tinggi mencapai 2 meter. BOD Biological oxygen demand dan COD Chemical oxygen demand dapat digunakan untuk pengukuran pencemaran air. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan mengoksidasikan hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air. Sedangkan COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis secara kimiawi. Nilai COD tidak spesifik karena mengukur apa pun yang dapat dioksidasi secara kimiawi sedangkan BOD hanya memperhitungkan aktifitas biologis organik. Nilai BOD di kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran masih dalam batas kewajaran baku mutu. Sedangkan nilai COD nya sudah melebihi batas baku mutu yang ditentukan. Namun faktor lain seperti logam berat, TSS, minyak, dan caliform masih dalam batas baku mutu. Oleh karena itu kondisi perairan di pesisir Kabupaten Pesawaran masih cukup baik untuk tambak.

4.2.7 Vegetasi dan Satwa

Kondisi hutan mangrove di beberapa daerah di Kecamatan Punduh Pidada banyak yang sudah rusak, beberapa diantaranya juga sudah beralih fungsi menjadi tambak. Hal ini seharusnya tidak terjadi, pembukaan lahan tambak dapat diimbangi dengan penanaman mangrove. Karena hutan mangrove merupakan faktor penting dalam mendukung keberlanjutan tambak itu sendiri, sehingga perencanaan ini akan lebih ditekankan untuk merencanakan wisata tambak dengan memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau. Tidak adanya hutan mangrove selain dapat meningkatkan angka abrasi pantai, selain itu juga hilangnya atau berkurangnya hutan mangrove dapat mengakibatkan wabah nyamuk malaria yang dapat membahayakan masyarakat, hal ini telah terjadi di beberapa daerah di Kecamatan Punduh Pidada. Jenis vegetasi mangrove yang dimiliki di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada cukup beragam sehingga perlu untuk dilindungi. Keberagaman mangrove ini menunjukan keragaman satwa yang cukup tinggi pula. Keragaman vegetasi dan satwa yang tinggi tersebut harus dijaga dan dilindungi dengan baik. Daerah selebar 200 meter di sepanjang pantai dan 50 meter di sebelah kiri dan kanan sepanjang sungai menjadi daerah konservasi mangrove atau tidak boleh berubah fungsinya. Hutan mangrove merupakan habitat berbagai satwa sehingga menjadi komponen penting dalam rencana tata hijau.

5.1.8 Sosial dan Budaya

Jumlah penduduk di Kecematan Punduh Pidada yang cenderung menurun disebabkan banyaknya warga yang bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan. Pengembangan kawasan wisata tambak akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Sehingga warga tidak perlu harus meninggalkan tanah kelahirannya untuk mencari pekerjaan. Selain itu juga pengembangan wisata tambak dengan lapangan pekerjaan baru ini akan dapat berkontribusi dalam penurunan angka kemiskinan di pesisir Kabupaten Pesawaran. Pengembangan wisata tambak ini akan dapat berkelanjutan tentunya dengan adanya penataan ruang terbuka hijau yang baik.

4.2.9 Potensi Wisata Tambak

Berdasarkan letak administrasinya Kecamatan Punduh Pidada berada di Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu daerah yang dikembangkan menjadi daerah pariwisata, hal ini sesuai dengan visi Kabupaten Pesawaran di bidang pariwisata dan budidaya. Oleh karena itu di pesisir Kabupaten Pesawaran banyak berkembang wisata bahari dan wisata pantai. Wisata pantai banyak ditemui di wilayah Kecamatan Padang Cermin yang terletak di sebelah utara Kecamatan Punduh Pidada. Sedangkan di Kecamatan Punduh Pidada sendiri masih sedikit wisata pantainya, namun di daerah ini banyak dijumpai tambak. Tambak yang ada di Kecamatan Punduh Pidada memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi wisata edukasi. Sehingga tambak yang ada tidak hanya menguntungkan bagi golongan tertentu namun juga bermanfaat bagi masyarakat luas. Selain itu juga dapat menjadi wisata yang unik serta memberi karakter di Kecamatan Punduh Pidada. Perencanaan kawasan Kecamatan Punduh Pidada sebagai Kawasan Wisata Tambak akan mendukung rencana pemerintah yang ingin mengembangkan Kecamatan Punduh Pidada sebagai daerah minapolitan. Kegiatan wisata yang diutamakan untuk kegiatan pasif, namun beberapa kegiatan aktif juga dapat dilakukan. Kegiatan yang dapat dilakukan di wisata tambak diantaranya memancing, menjaring udang dalam tambak, dan intepretasi alam. Tambak di Kecamatan Punduh Pidada memiliki karakter unik yaitu lahan tambak membentuk suatu kawasan dalam satu area, dan juga memiliki komoditas yang seragam. Hal ini merupakan daya tarik bagi pengembangan wisata tambak di Kecamatan Punduh Pidada. Selain itu atraksi wisata yang ada di Kecamatan Punduh Pidada adalah wisata pantai, snorkling, dan wisata bahari lainnya.

4.2.10 Partisipasi Pemerintah

Pengembangan daerah pesisir Kecamatan Punduh Pidada sebagai kawasan wisata tambak bertujuan agar pemerintah dapat berpartisipasi dalam pengelolaan tambak itu sendiri. Partisipasi pemerintah dalam pengembangan wisata tambak diharapkan dapat mengontrol perkembangan tambak yang tidak terkendali. Karena pada saat ini pengelolaan tambak sulit dijangkau oleh pemerintah, baik tambak milik pribadi ataupun perusahaan. Hal tersebut mengakibatkan tidak terkontrolnya aktifitas di dalam tambak yang dapat merusak lingkungan bahkan menggangu kesehatan masyarakat. Seperti terbengkalainya lahan bekas tambak, penebangan mangrove atau penggunaan bahan berbahaya. Dalam perannya ini pemerintah saling bekerja sama, diantaranya Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Pariwisata, serta Departemen Kehutanan. Departemen Kehutanan bertanggung jawab mengenai kebijakan yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau kawasan pesisir terutama hutan mangrove. Adanya rencana ruang terbuka hijau sangatlah penting untuk keberlanjutan wisata tambak. Pada saat ini kerja sama pemerintah cukup banyak di beberapa kegiatan, namun tidak terjadi koordinasi dan pembagian tugas yang jelas. Hal inilah yang menjadi tugas pemerintah untuk diperbaiki. Selain itu juga perlu adanya kebijakan yang tegas dalam mengelola kawasan pesisir.

4.2.11 Kebijakan dan Peraturan Pemerintah

Kebijakan dan paraturan pemerintah mengenai ruang terbuka hijau di kawasan pesisir diantaranya pada tahun 1990 Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen Kehutanan mengeluarkan Surat Edaran No. 507IV- BPHH1990 mengenai penentuan lebar jalur hijau mangrove selebar 200 m di sepanjang garis pantai dan 50 m di sepanjang pinggir sungai. Selain itu, PP No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung lebar jalur hijau mangrove adalah 130 x perbedaan rata-rata tahunan antara pasang tertinggi dengan surut terendah. Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 diatur juga mengenai jarak lahan terbangun yaitu minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi.

4.3 Analisis Spasial

Analisis spasial dalam penelitian ini menggunakan analisis kesesuaian lahan yang dikombinasikan untuk tiga peruntukan yaitu analisis kesesuaian lahan untuk tambak, wisata, dan mangrove. Ketiga peruntukan lahan tersebut dibuat agar didapatkan perencanaan yang terpadu sehingga dapat mengatasi beberapa masalah di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada. Untuk setiap peruntukan digunakan beberapa peta yang dioverlay hingga didapatkan peta kesesuaian lahan. Dari ketiga kesesuaian lahan tersebut kemudian dioverlay kembali dan hasil akhirnya tersebut merupakan acuan dalam penyusunan rencana lanskap kawasan wisata tambak di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada. Analisis kesesuaian lahan ini dikelompokan menjadi empat kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.

4.3.1 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Wisata

Kesesuaian untuk wisata ditentukan berdasarkan beberapa parameter seperti penggunaan lahan, aksesibilitas, buffer pantai, dan satuan geologi. Kesesuaian untuk wisata ini difokuskan untuk wisata pantai dan bukan dalam cakupan wisata secara umum. Kemudian dari data setiap parameter tersebut dibuat menjadi data spasial berupa peta yang dapat diolah dengan GIS. Area yang memiliki total nilai skor x bobot 1,00-1,75 masuk ke dalam kelas sangat tidak sesuai, nilai 1,76-2,50 masuk ke dalam kelas tidak sesuai, nilai 2,51-3,25 masuk ke dalam kelas sesuai, dan nilai 3,26-40,0 masuk ke dalam kelas sangat sesuai. Luasan Area tiap kelas kesesuaian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Luasan Kesesuaian untuk Wisata Berdasarkan tabel di atas luasan area yang memiliki kesesuaian untuk wisata hampir 0 atau tidak ada, hal ini dikarenakan geologi dan jenis tanah di Kecamatan Punduh Pidada hanya ada satuan GL1 dan GL3 yang memiliki skor rendah. Kelas Kesesuaian Presentase Luasan ha Sangat Tidak Sesuai 57,4 12.868,51 Tidak Sesuai 29,2 6.546,35 Sesuai 13,4 2.999,66 Sangat Sesuai 0,0 0,00 Total 100,0 22.414,52

4.3.2 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Tambak

Penilaian kesesuaian lahan untuk tambak didasarkan pada peta kemiringan wilayah, jarak wilayah terhadap pantai, jarak wilayah ke sungai, jenis tanah, ketinggian wilayah, salinitas, dan geologi suatu wilayah. Kemudian dari beberapa peta tersebut dioverlay, hasil overlay tersebut merupakan peta komposit untuk tambak. Dari peta komposit tersebut diperoleh luasan area tiap kelas kesesuaian yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Luasan Kesesuaian untuk Tambak Area kelas kesesuaian yang paling luas adalah kelas sangat tidak sesuai, dan area dengan kelas sangat sesuai memiliki luasan yang paling kecil. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Kecamatan Punduh Pidada tidak berada di wilayah pesisir. Selain itu juga dikarenakan kelerengan di Kecamatan Punduh Pidada yang cukup curam, serta jenis penggunaan lahan yang tidak sesuai untuk pengembangan tambak seperi hutan dan rawa. Berdasarkan Tabel 9. luasan area yang memiliki kesesuaian sangat sesuai adalah 470,80 ha, sedangkan luasan tambak yang ada saat ini adalah 332,45 ha. Dari data tersebut maka luasan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi tambak masih ada 138,35 ha. Kelas Kesesuaian Presentase Luasan ha Sangat Tidak Sesuai 62,8 14.083,62 Tidak Sesuai 20,5 4.591,41 Sesuai 14,6 3.273,17 Sangat Sesuai 2,1 470,80 Total 100,0 22.419,00

4.3.3 Analisis Kesesuaian Lahan untuk Konservasi Mangrove

Kesesuaian lahan untuk konservasi mangrove dinilai dari beberapa peta yang dibuat berdasarkan parameter seperti kemiringan, buffer pantai, buffer sungai, jenis tanah, dan ketinggian. Beberapa peta tersebut kemudian dioverlay hingga didapatkan peta komposit kesesuaian lahan untuk konservasi mangrove. Hasil dari komposit tersebut diklasifikasikan menjadi emapat kelas kesesuaian, dan dihitung luasan area pada tiap kelas. Luasan area tiap kelas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Luasan Kesesuaian untuk Konservasi Mangrove Berdasarkan Tabel 10. kelas sangat tidak sesuai memiliki area terluas, sedangkan kelas sangat sesuai memiliki luasan yang terkecil. Hal ini dikarenakan untuk konservasi mangrove harus berada di dekat pantai ataupun sungai. Namun sebagian besar wilayah Kecamatan Punduh Pidada tidak berada di wilayah yang bersinggungan langsung dengan pantai, dan juga sungai yang ada di wilayah Kecamatan Punduh Pidada tidak banyak. Selain itu juga dikarenakan kelerengan wilayah yang cukup curam. Luasan area kelas sangat sesuai dan sesuai untuk konservasi mangrove lebih sedikit dibandingkan kesesusaian untuk wisata dan tambak. Hal ini dikarenakan wilayah Kecamatan Punduh Pidada yang termasuk dalam wilayah teluk lampung memiliki potensi yang unik untuk kawasan wisata serta memiliki potensi untuk pengembangan tambak. Dari hasil overlay untuk tiga kesesuaian diperoleh area yang sesuai dan sangat sesuai berada di wilayah pesisir yang bersinggungan langsung dengan pantai. Hal ini dikarenakan ketiga kesesuaian tersebut memang diarahkan untuk perencanaan di wilayah pesisir. Kelas Kesesuaian Presentase Luasan ha Sangat Tidak Sesuai 50,7 11.366,43 Tidak Sesuai 37,3 8.355,56 Sesuai 9,8 2.203,79 Sangat Sesuai 2,2 493,22 Total 100,0 22.419,00

4.4 Sintesis

Hasil sintesis dari perencanaan ini adalah mengoverlay kembali peta komposit untuk tiga kesesuaian yang telah dianalisis sebelumnya. Peta komposit untuk wisata dan peta komposit untuk tambak dioverlay kembali sehingga dihasilkan peta kesesuaian untuk wisata tambak. Peta komposit tersebut diberi skor kembali, skor untuk kelas sangat sesuai adalah 4, kelas sesuai dengan skor 3, kelas tidak sesuai dengan skor 2, dan kelas sangat tidak sesuai dengan skor 1. Dari hasil overlay tersebut kelas kesesuaian diperkecil menjadi dua yaitu sesuai dan tidak sesuai. Kelas yang mulanya adalah kelas sangat sesuai dan sesuai masuk dalam kelompok kelas sesuai, sisanya masuk dalam kelompok tidak sesuai. Rentang skor untuk kelas tidak sesuai adalah 2-5 dan untuk kelas sesuai adalah 6- 8. Luasan kesesuaian untuk wisata tambak dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Luasan Kesesuaian untuk Wisata Tambak Peta kesesuaian untuk wisata tambak tersebut kemudian dioverlay dengan peta kesesuaian untuk mangrove sehingga didapatkan peta kesesuaian untuk konservasi mangrove di kawasan wisata tambak. Luasan area tiap kelas untuk kesesuaian untuk konservasi mangrove di kawasan wisata tambak dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Luasan Kesesuaian untuk Konservasi Mangrove di Kawasan Wisata Tambak Kelas Kesesuaian Presentase Luasan ha Tidak Sesuai 92,4 20.721,88 Sesuai 7,6 1.697,12 Total 100,0 22.419,00 Kelas Kesesuaian Presentase Luasan ha Tidak Sesuai 94,2 21.125,42 Sesuai 5,8 1.293,58 Total 100,0 22.419,00

4.5 Konsep Dasar Perencanaan

Konsep dasar dari perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di pesisir Kecamatan Punduh Pidada adalah untuk mempertahankan dan menjaga serta meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran sehingga dapat mendukung rencana pengembangan kawasan wisata tambak serta mendukung keberlanjutan wisata tambak itu sendiri, terutama keberlanjutan produksi tambak Gambar 47. Gambar 47. Diagram Konsep Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Tambak di Kawasan Pesisir Kecamatan Punduh Pidada Wilayah pesisir merupakan kawasan yang labil mudah sekali rusak dan sulit kembali pulih. Namun kegiatan wisata tambak dan pemanfaatan lainnya tidak akan banyak memberi dampak negatif terhadap lingkungan, jika dilakukan perencanaan dengan baik terutama yang memperhatikan ruang terbuka hijau untuk menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungannya. Selain itu juga diharapkan dengan adanya penyusunan rencana dan penataan ruang terbuka hijau dapat menghindari kerusakan di wilayah pesisir. Bahkan jika memungkinkan dengan adanya rencana ruang terbuka hijau, wilayah yang sebelumnya tidak sesuai untuk wisata tambak pada suatu saat kualitas lingkungannya meningkat sehingga dapat dikembangkan menjadi wisata tambak. Kualitas lingkungan yang dimaksud Potensi Visi Kec. Punduh Pidada Kab. Pesawaran Wisata Tambak Wisata Tambak Menjaga Kualitas Lingkungan dengan RTH Perencanaan lanskap kawasan wisata tambak