Analisis Spasial Perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

4.5 Konsep Dasar Perencanaan

Konsep dasar dari perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di pesisir Kecamatan Punduh Pidada adalah untuk mempertahankan dan menjaga serta meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran sehingga dapat mendukung rencana pengembangan kawasan wisata tambak serta mendukung keberlanjutan wisata tambak itu sendiri, terutama keberlanjutan produksi tambak Gambar 47. Gambar 47. Diagram Konsep Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Tambak di Kawasan Pesisir Kecamatan Punduh Pidada Wilayah pesisir merupakan kawasan yang labil mudah sekali rusak dan sulit kembali pulih. Namun kegiatan wisata tambak dan pemanfaatan lainnya tidak akan banyak memberi dampak negatif terhadap lingkungan, jika dilakukan perencanaan dengan baik terutama yang memperhatikan ruang terbuka hijau untuk menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungannya. Selain itu juga diharapkan dengan adanya penyusunan rencana dan penataan ruang terbuka hijau dapat menghindari kerusakan di wilayah pesisir. Bahkan jika memungkinkan dengan adanya rencana ruang terbuka hijau, wilayah yang sebelumnya tidak sesuai untuk wisata tambak pada suatu saat kualitas lingkungannya meningkat sehingga dapat dikembangkan menjadi wisata tambak. Kualitas lingkungan yang dimaksud Potensi Visi Kec. Punduh Pidada Kab. Pesawaran Wisata Tambak Wisata Tambak Menjaga Kualitas Lingkungan dengan RTH Perencanaan lanskap kawasan wisata tambak adalah kondisi lingkungan yang mendukung tercapainya tujuan dari pemanfaatan, khususnya untuk pemanfaatan wisata tambak. Kualitas lingkungan tersebut seperti: 1. Kenyamanan dan keamanan bagi pengguna dalam beraktifitas terutama kegiatan wisata melalui ameliorasi iklim mikro, reduksi polusi, dan kebisingan, kontrol visual screening, dan pembentukan ruang melalui rencana ruang terbuka hijau; 2. Memberikan nilai estetika pada tapak dengan memanfaatkan pemandangan yang ada serta memaksimalkan topografi pada tapak; 3. Konservasi tanah dan air, serta melindungi preservasi mangrove; 4. Memberikan kondisi lingkungan yang baik untuk kegiatan tambak dalam jangka panjang. Perencanaan lanskap kawasan wisata tambak memiliki fungsi diantaranya fungsi konservasi, fungsi ekologi, fungsi wisata, dan fungsi pendidikan. Untuk mencapai keempat fungsi tersebut perlu adanya pengembangan konsep perencanaan. Konsep visual yang ingin dicapai dalam perencanaan ini adalah pemandangan alami dengan nuansa hutan mangrove serta laut lepas. Untuk menunjang kebutuhan pengunjung agar dengan mudah mencapai tempat wisata diperlukan perencanaan sirkulasi. Konsep sirkulasi pada perencanaan ini mengikuti sirkulasi eksisting pada kawasan serta penambahan sirkulasi. Selain itu untuk mendukung rencana wisata tambak pada kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran juga diperlukan fasilitas yang dibutuhkan untuk tercapainya kenyamanan dan keamanan pengunjung. Sehingga diperlukan juga rencana fasilitas dan konsep aktifitas. Selain itu diperlukan juga konsep ruang dan konsep vegetasi. Wisata tambak yang direncanakan bertujuan agar masyarakat dapat merasakan manfaat dari keberadaan tambak yang ada di Kecamatan Punduh Pidada, selain itu juga agar pemerintah dapat ikut mengelola dan mengontrol perkembangan tambak. Wisata tambak yang direncanakan adalah wisata yang menawarkan pengalaman edukatif mengenai budidaya tambak. Komoditas yang dikembangkan pada tambak ini diutamakan udang vaname. Hal tersebut karena tambak udang vaname adalah tambak yang mendominasi di Kecamatan Punduh Pidada. Berdasarkan peta komposit akhir dari peta kesesuaian wisata, tambak, dan mangrove didapatkan luasan 1.293,58 ha yang sesuai. Luasan tersebutlah yang dikembangkan menjadi kawasan wisata tambak yang berbasis konservasi mangrove. Untuk tambak yang berada diluar area yang sesuai berdasarkan hasil komposit peta kesesuaian tambak disarankan untuk dipindahkan lahannya. Sedangkan kawasan tambak yang dapat dikembangkan menjadi wisata adalah kawasan tambak yang masuk dalam area sesuai pada peta komposit wisata tambak. 4.6 Pengembangan Konsep 4.6.1 Konsep Ruang Konsep ruang pada perencanaan ini adalah pengembangan dari komposit akhir yang sebelumnya telah dilakukan dan dipadukan dengan peta komposit lainnya. Ruang pada perencanaan ini dibagi menjadi ruang wisata inti, ruang wisata pendukung, dan ruang penyangga. a. Ruang Wisata Inti Pada ruang wisata inti direncanakan untuk wisata tambak yang menjadi wisata inti di wilayah pesisir Kecamatan Punduh Pidada. Kawasan yang termasuk dalam ruang wisata inti diutamakan untuk pengembangan wisata tambak. Selain itu juga mengutamakan vegetasi mangrove sebagai nilai ekologis yang dapat mendukung keberadaan tambak itu sendiri. Ruang wisata inti yang dipilih adalah kawasan yang dekat dan berbatasan langsung dengan laut. Hal tersebut bertujuan agar memaksimalkan potensi pesisir terutama tambak. Ruang wisata inti ini letaknya yang berada di tepi laut sehingga aktifitas yang direncanakan adalah aktifitas pasif seperti interpretasi, viewing, berfoto, dan aktifitas wisata yang bersifat pasif lainnya. b. Ruang Wisata Pendukung Hutan Pada ruang wisata pendukung direncanakan sebagai kawasan yang merupakan penghubung antara kegiatan wisata inti ruang wisata inti dengan pemanfaatan lainnya ruang penyangga yang tidak berhubungan langsung dengan wisata tambak. Pada ruang ini aktifitas yang direncanakan adalah aktifitas wisata yang bersifat pasif dan aktif. Wisata pada ruang wisata pendukung masih berkaitan dan mendukung wisata tambak pada ruang wisata inti. Pada ruang wisata pendukung direncanakan untuk wisata selain wisata tambak seperti wisata pantai, dan wisata bahari lainnya. c. Ruang Penyangga Merupakan ruang di dalam kawasan yang berfungsi sebagai penyangga konservasi tanah dan air serta mempertahankan sebagai daerah resapan air dan kawasan lindung. Ruang penyangga ini terdapat di dalamnya hutan lindung eksisting serta daerah-daerah dengan kemiringan curam yang berbahaya dan perlu dikonservasi. Ruang penyangga adalah kawasan Kecamatan Punduh Pidada yang tidak bersinggungan langsung dengan pesisir, sehingga bukan direncanakan untuk wisata tambak. Ruang penyangga diperuntukkan untuk aktifitas penduduk lokal. Selain itu segala aktifitas yang ada pada ruang penyangga juga sangat mempengaruhi kondisi ruang wisata inti yang merupakan kawasan di tepi laut. Hal tersebut dikarenakan sampah maupun limbah dari aktifitas penduduk lokal akan bermuara di laut. Oleh karena itu keberadaan hutan lindung serta ruang terbuka hijau lainnya di ruang penyangga sangat penting untuk menjaga kualitas lingkungan kawasan pesisir. Tabel 13. Pembagian Ruang Berdasarkan Hasil Analisis Spasial Kelas Lahan Luas RuangZona Deskripsi Sesuai 5,8 Wisata Inti Zona ini diutamakan untuk konservasi terutama untuk konservasi di wilayah pesisir. Wisata utama di zona ini adalah wisata tambak dengan kegiatan cenderung pasif. Tujuan rencana zona ini untuk konservasi, wisata, budidaya, dan pendidikan. Tidak Sesuai 94,2 Wisata Pendukung dan Penyangga Zona ini diutamakan juga untuk konservasi. Selain itu zona ini lebih banyak digunakan untuk pemanfaatan lainnya seperti perekonomian perkebunan, pertanian, dll dan pusat pemerintahan. Selain itu juga mengutamakan rehabilitasi lahan.

4.6.2 Konsep Ruang Terbuka Hijau

Konsep ruang terbuka hijau dalam perencanaan ini dengan banyak menggunakan tanaman yang dapat beradaptasi di pesisir serta mengutamakan tanaman mangrove. Selain itu, tanaman yang dipilih diutamakan tanaman lokal. Vegetasi eksisting yang menunjang fungsi utama sebaiknya dipertahankan. Vegetasi yang digunakan dibedakan menjadi dua fungsi yaitu: a. Fungsi Ekologi -Penyangga -Penyerap limbah -Pereduksi intrusi laut -Konservasi tanah dan air b. Fungsi Arsitektural -Peneduh -Pengarah -Penahan angin -Estetika -Screening Jenis ruang terbuka hijau yang direncanakan adalah ruang terbuka hijau yang dibutuhkan pada wilayah pesisir. Pada kawasan yang bersinggungan langsung dengan pesisir diperlukan ruang terbuka hijau dalam bentuk green belt sebagai penyangga pantai, begitu pula pada kawasan yang dekat dengan sungai. Tanaman yang digunakan pada green belt untuk pantai berlumpur adalah tanaman mangrove, sedangkan untuk pantai berpasir menggunakan tanaman dengan formasi baringtonia. Pada area sirkulasi direncanakan ruang terbuka hijau berupa koridor jalan. Selain penyangga pantai, ruang terbuka hijau di dalam kawasan wisata tambak juga harus direncanakan dengan baik. Pada perencanaan ini ruang terbuka hijau di kawasan wisata tambak menggunakan konsep silvofishery. Prinsip silvofishery adalah perlindungan tanaman mangrove dengan memberikan hasil lain dari segi perikanan. Oleh karena itu dengan konsep ini mengutamakan segi ekologis dan tetap dapat memberikan keuntungan secara ekonomi. Konsep ruang terbuka hijau dengan menggunakan silvofishery terdapat empat jenis pola yaitu empang parit, komplangan, tanggul dan jalur. Pola empang parit yaitu lahan yang digunakan untuk memelihara ikan atau udang, hanya merupakan saluran keliling atau caren, sedangkan bagian tengahnya ditumbuhi pohon bakau. Pada Pola Komplangan tambak pemeliharaan ikan atau udang terpisah atau berdekatan dari areal tegakan mangrove. Pola jalur adalah vegetasi mangrove ditanam pada guludan-guludan atau pematang tambak. Pola tambak silvofishery yang dipilih dalam perencanaan lanskap wisata tambak ini adalah pola tanggul karena lebih efisien dan dapat menampung banyak komoditas udang dalam kolam tambak, serta pola empang parit karena pola inilah yang paling banyak digunakan dan lebih banyak bersifat konservatif terhadap mangrove. Tanaman mangrove yang digunakan pada kawasan tambak yang menggunakan konsep silvofishery adalah jenis Rhizophora. Pola empang parit dapat dilihat pada Gambar 48. Gambar 48. Pola Tambak Empang Parit Sumber: Anantyonamigalang.wordpress.com

4.6.3 Konsep Aktifitas dan Fasilitas

Fasilitas yang direncanakan dibagi menjadi dua jenis yaitu fasilitas wisata, dan fasilitas non-wisata. Fasilitas wisata adalalah fasilitas yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Fasilitas non-wisata adalah fasilitas umum yang direncanakan untuk kebutuhan masyarakat lokal. Perbedaan aktifitas akan berdampak pada variasi kebutuhan terhadap fasilitas yang beragam. Fasilitas yang penting untuk direncanakan sebagai pendukung kawasan wisata tambak adalah sirkulasi. Selain mempertahankan sirkulasi yang ada dan memperbaikinya, diperlukan penambahan sirkulasi yang masih sangat kurang di Kecamatan Punduh Pidada. Konsep aktifitas wisata di ruang wisata inti cenderung pasif seperti interpretasi, pengamatan, fotografi, dan treking. Selain itu, aktifitas wisata yang bersifat aktif di prioritaskan untuk area wisata yang ada di ruang wisata pendukung. Aktifitas aktif yang ada di ruang wisata pendukung tersebut diantaranya seperi kuliner, menginap, berbelanja, memancing, dan kegiatan wisata lainnya. Konsep fasilitas untuk ruang wisata inti dan ruang wisata pendukung memiliki karakteristik yang sama, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Selain itu juga fasilitas yang ada di ruang wisata inti dan ruang wisata pendukung juga harus dapat memenuhi kebutuhan pengelola dan masyarakat lokal, tentunya fasilitas yang berkaitan dengan wisata seperti kios cinderamata. Konsep aktifitas di ruang penyangga lebih bervariasi, aktifitasnya dapat bersifat pasif, semi aktif, dan aktif. Aktifitas yang ada di ruang penyangga ini merupakan aktifitas sehari-hari masyarakat lokal. Oleh karena itu konsep fasilitas yang ada pun harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lokal.

4.7 Perencanaan Kawasan

Rencana lanskap kawasan wisata tambak di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada adalah hasil akhir penggabungan antara rencana ruang terbuka hijau, rencana ruang, rencana aktifitas dan fasilitas, serta rencana sirkulasi. Rencana ini memprioritaskan pada rencana lanskap wisata tambak yang memperhatikan rencana ruang terbuka hijau dengan vegetasi yang cocok pada karakteristik pesisir. Selain itu rencana ini juga menyajikan area-area yang memiliki potensi wisata tambak. Strategi perencanaan ini adalah mengoptimalkan penggunaan vegetasi yang cocok untuk wilayah pesisir terutama mangrove, serta meningkatkan kegiatan rehabilitasi dan konservasi.

4.7.1 Rencana Ruang

Berdasarkan analisis spasial dengan mengoverlay beberepa peta komposit didapatkan kawasan dengan kelas sesuai dan tidak sesuai untuk rencana konservasi mangrove di kawasan wisata tambak. Kawasan dengan kelas sesuai akan direncanakan sebagai ruang wisata inti, yaitu area yang direncanakan untuk kawasan wisata tambak. Luas ruang wisata inti ini adalah 5,8 1.293,58 ha. Pada ruang wisata inti ini aktifitas yang direncanakan adalah aktifitas wisata edukatif dengan didominasi oleh aktifitas yang bersifat pasif. Vegetasi yang direncanakan diprioritaskan menggunakan tanaman mangrove. Kawasan dengan kelas tidak sesuai luas 94,2 yaitu 21.125,42 ha dibagi menjadi dua ruang yaitu ruang wisata pendukung dan ruang penyangga. Luas untuk ruang wisata pendukung adalah 6.337,63 ha, sedangkan luasan ruang penyangga adalah 14.787,79 ha. Ruang wisata pendukung adalah ruang yang menghubungkan ruang wisata inti dan penyangga dimana memiliki aktifitas yang tidak terkait langsung. Selain itu ruang wisata pendukung adalah ruang dimana terdapat berbagai wisata selain wisata tambak sebagai pendukung kegiatan wisata di ruang wisata inti. Pembagian ruang wisata pendukung dan ruang penyangga dibatasi oleh sirkulasi utama yang ada di dekat pantai. Aktifitas yang direncanakan di ruang wisata pendukung masih terkait langsung dengan aktifitas wisata di ruang wisata inti, selain itu juga pada ruang wisata pendukung ini banyak aktifitas yang melibatkan masyarakat lokal. Pada ruang penyangga, aktifitas yang direncanakan aktifitas non-wisata.