Perencanaan Kawasan Perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

Gambar 58. Potongan Lanskap Kawasan Tambak Gambar 59. Potongan Lanskap Kawasan Tambak dengan Hatchery Gambar 60. Potongan Lanskap Kawasan Pemukiman Gambar 61. Potongan Lanskap Kawasan Pemukiman di Persawahan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Wilayah Kecamatan Punduh Pidada termasuk ke dalam kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran. Kawasan pesisir Kabupaten Pesawaran banyak dikembangkan sebagai kawasan wisata, dan penggunaan lahan yang dominan di Kecamatan Punduh Pidada adalah penggunaan lahan sebagai tambak. Kawasan pesisir di Kecamatan Punduh Pidada berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata tambak. Rencana ruang terbuka hijau menjadi sangat penting untuk mendukung keberlanjutan tambak itu sendiri dan menjaga kualitas lingkungan disamping banyaknya pembangunan. Hasil analisis spasial pada berbagai kegunaan diantaranya kesesuaian lahan untuk wisata, tambak, dan mangrove. Masing-masing peta kesesuaian lahan didapat dari hasil overlay beberapa peta tematik. Dari ketiga peta komposit tersebut dioverlay kembali sehingga menghasilkan peta komposit akhir yang menjadi dasar dalam perencanaan lanskap kawasan wisata tambak. Berdasarkan peta komposit akhir didapat kawasan yang sesuai untuk perencanaan ini adalah 1.293,58 ha 5,8 . Kawasan yang sesuai tersebut dikembangkan menjadi kawasan wisata tambak dengan yang mengutamakan penataan ruang terbuka hijau terutama mangrove. Kawasan dengan kelas tidak sesuai luas 94,2 yaitu 21.125,42 ha dibagi menjadi dua ruang yaitu ruang wisata pendukung dan ruang penyangga. Luas untuk ruang wisata pendukung adalah 6.337,63 ha, sedangkan luasan ruang penyangga adalah 14.787,79 ha. Konsep perencanaan ini adalah menata ruang terbuka hijau dengan menggunakan vegetasi yang cocok di wilayah pesisir untuk mendukung aktivitas wisata tambak, dan produktifitas tambak itu sendiri. Konsep dasar yang digunakan adalah konsep tambak silvofishery. Perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada ini terdiri dari rencana ruang, rencana ruang terbuka hijau, rencana sirkulasi, rencana fasilitas dan aktifitas serta rencana daya dukung.

5.2 Saran

Hasil penelitian ini yang berupa perencananaan ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pengembangan kawasan pesisir Kecamatam Punduh Pidada terutama untuk wisata tambak. Selain itu saran untuk pihak terkait dalam melakukan pengembangan di kawasan pesisir antara lain: 1. Untuk mengembangkan kawasan pesisir perlu memperhatikan aspek lingkungannya, seperti ruang terbuka hijau terutama mangrove. Diperlukan perencanaan kawasan dengan menganalisis kesesuaiannya terhadap tapak. 2. Meningkatkan kegiatan konservasi terhadap mangrove, agar kelak tidak kesulitan dalam melakukan revitalisasi. 3. Pemerintah Kabupaten Pesawaran perlu menyusun sistem regulasi yang tegas mengenai ruang terbuka hijau, serta peraturan pembangunan di kawasan pesisir agar tidak sembarang menebang pohon dan mengalih fungsikan ruang terbuka hijau. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk merencanakan kawasan wisata tambak dengan luasan yang lebih kecil agar terfokus dan lebih detail. DAFTAR PUSTAKA Afrizal, EI. 2010. Studi Potensi Produksi Oksigen Hutan Kota di Kampus Universitas Indonesia, Depok. Jurnal Lanskap Indonesia, Vol. 2 No. 1 Hal.23-29 Aksornkose S. 1993. Ecology and Management of Mangrove. Thailand : UCN. Aminudin. 2003. Analisis Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Teluk Lampung [Thesis]. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Andriyana, Y. 2010. Menanam Pohon Sebagai Solusi. http:yusefandriyana.blogspot.com201006menanam-pohon-sebagai- solusi.html [Diakses pada 19 Januari 2012] BAPPEDA Pemerintah Kota Padang. 2008. Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Padang Tahun 2008-2028. Padang. Bengen, DG. 2004. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: PSPL IPB. Dahlan, EN. 1992. Hutan Kota untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan. Jakarta : APHI Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta : Pradnya Paramita. Dai J, Hidayat H, Darul SWP, Yayat AH, H.Y. Sumulyadi, Hendra S, P. Buurman, T. Balsem. 1989. Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Pematangsiantar, Sumatra. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Dalam Negeri. 2007. Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Jakarta. Gold. SM. 1980. Recreation Planning and Design. Mc Graw Hill Book. New York Gunn, CA. 1993. Tourism Planning. Third Edition, London: Taylor and Francis Ltd. Fandeli C, Kaharudin, Mukhlison. 2004. Perhutanan Kota. Yogyakarta: Fak. Kehutanan, UGM. Gratimah, RG. 2009. Analisis Kebutuhan Hutan Kota sebagai Penyerap Gas CO 2 Antropogenik di Pusat Kota Medan. Thesis. Medan : UNSUT Handoko. 2011. Diktat Pengelolaan Lingkungan Pesisir. Bogor : IPB Hidayat, F. 2011. Kawasan Pesisir Paling Rentan Bencana di Indonesia. E- Jurnal. The Globe Journal Holden, A. 2000. Environment and Tourism. New York: Routledge. Karminarsih, E. 2007. Pemanfaatan Ekosistem Mangrove bagi Minimasi Dampak Bencana di Wilayah Pesisir. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, Vol XIII , No.3, Hal.182-187. Kay R, Alder J. 1999. Coastal Planning and Management, E FN Spon, an imprint of Routledge, London Kodoatie RJ, Sjarief P. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. Kustanti A. 2011. Manajemen Hutan Mangrove. Bogor : IPB Press Kusmana C. 2005. Arahan Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Hutan Pantai di Wilayah Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Nangroe Aceh Darussallam dan Sumatra Utara Indonesia. Jurnal Manajemen Hutan Terpadu, Vol.XI, No.2, Hal.70-84 Lak, K. 2006. Coastal Protection in the Aftermath of the Indian Ocean Tsunami: What Role For Forest and Trees?. Thailand : FAO Laurie M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan. Bandung. Terjemahan. Leimona, B. 1997. Rencana Lanskap Kotamadya Padang, Provinsi Sumatera Barat. [skripsi]. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Molnar, DJ. 1986. Anatomy of A Park. New York: McGraw-Hill inc. Muis, BA. 2005. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kebutuhan Oksigen dan Air di Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Thesis. Bogor: IPB Nugroho, DA. 2009. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Industri Kota Bukit Indah Kabupaten Purwakarta. [Skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Purnamawati, E. Dewantoro. 2007. Pemilihan dan Pembangunan Tambak Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Putri, GP. 2010. Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Pusat Kota Ponorogo. [Thesis]. Surabaya :ITS Rais, J. 1996. Teknik Pemetaan dan Pengindraan Jauh dalam Pengumpulan Data di Wilayah Pesisir. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Rositasari R, Wahyu B, Indarto HS, Hasanuddin, Bayu P. 2011. Kajian dan Prediksi Kerentanan Pesisir Terhadap Perubahan Iklim: Studi Kasus di Pesisir Cirebon. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.3, No.2, Hal. 52-64. Sidik F, Hamzah L. 2002. Penanganan Abrasi, Erosi, dan Tsunami dengan Optimasi Vegetasi. Jakarta: DKP Simonds, JO. 1983. Landscape Architechture. New York: McGraw Hill Book Company. Sudarmo, BM. dan Ranoemihardjo B.S.1992. Rekayasa Tambak. Jakarta: Penebar Swadaya. Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Surabaya : Brilian Internasional. Wibowo, A. dan Supriatna. 2011. Kerentanan Lingkungan Pantai Kota Pesisir di Indonesia. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.3, No.2, Hal.1-19. Widiatmaka, SH. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta : UGM. Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan. Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06PRTM2009 tentang Pedoman Perencanaan Umum Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Rawan Tsunami. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 Undang-undang RI No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Undang-undang RI No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Tematik untuk Analisis Spasial 1. Peta Analisis Kesesuaian untuk Wisata a. Peta Analisis Aksesibilitas b. Peta Analisis Buffer Pantai c. Peta Analisis Penutupan Lahan =Skor 4 =Skor 3 =Skor 2 =Skor 1 =Skor 4 =Skor 3 =Skor 2 =Skor 4 =Skor 3 =Skor 2 =Skor 1 Skala : 0 1000 2000 4000 Meter Skala : 0 1000 2000 4000 Meter Skala : 0 1000 2000 4000 Meter d. Peta Analisis Keberadaan Tambak e. Peta Analisis Geologi Skala : 0 1000 2000 4000 Meter =Skor 4 =Skor 3 =Skor 2 GL3 =Skor 1 GL1 =Skor 1 GL0 Skala : 0 1000 2000 4000 Meter 2. Peta Analisis Kesesuaian untuk Tambak a. Peta Analisis Buffer Sungai b. Peta Analisis Jenis Tanah c. Peta Analisis Kemiringan =Skor 4 =Skor 1 Skala : 0 1000 2000 4000 Meter =Skor 4 =Skor 3 =Skor 2 =Skor 4 =Skor 3 =Skor 2 =Skor 1 Skala : 0 1000 2000 4000 Meter Skala : 0 1000 2000 4000 Meter d. Peta Analisis Ketinggian Lahan e. Peta Analisis Buffer Pantai =Skor 4 =Skor 3 =Skor 2 =Skor 1 =Skor 3 =Skor 2 =Skor 1 Skala : 0 1000 2000 4000 Meter Skala : 0 1000 2000 4000 Meter f. Peta Analisis Salinitas g. Peta Analisis Geologi =Skor 4 =Skor 3 =Skor 2 Skala : 0 1000 2000 4000 Meter Skala : 0 1000 2000 4000 Meter =Skor 4 =Skor 3 =Skor 2 3. Analisis Kesesuaian untuk Mangrove a. Peta Analisis Buffer Pantai b. Analisis Buffer Sungai c. Peta Analisis Jenis Tanah =Skor 4 =Skor 3 =Skor 2 =Skor 4 =Skor 3 =Skor 2 =Skor 1 =Skor 4 =Skor 3 =Skor 2 =Skor 1 Skala : 0 1000 2000 4000 Meter Skala : 0 1000 2000 4000 Meter Skala : 0 1000 2000 4000 Meter d. Peta Analisis Kemiringan Lahan e. Peta Analisis Ketinggian Lahan =Skor 4 =Skor 2 Skala : 0 1000 2000 4000 Meter =Skor 3 =Skor 2 =Skor 1 Skala : 0 1000 2000 4000 Meter