Tujuan Manfaat Kerangka Pikir Perencanaan

Keberadaan ruang terbuka hijau sangatlah diperlukan dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan Hakim, 2004. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002, pengadaan RTH ditujukan antara lain untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem yang meliputi unsur lingkungan, sosial, dan budaya. Meskipun ruang terbuka hijau di Kabupaten Pesawaran terutama Kecamatan Punduh Pidada masih sangat mencukupi, namun perencanaan dengan memperhatikan keberadaan ruang terbuka hijau sangatlah penting. Hal ini agar manfaat ruang terbuka hijau dapat dirasakan oleh masyarakat serta menghindari terjadinya konversi lahan terbuka yang tidak terkontrol. Permasalahan utama di pesisir Kecamatan Punduh Pidada adalah konversi mangrove menjadi tambak, namun di sisi lain tambak memerlukan mangrove untuk keberlanjutan tambak itu sendiri dan juga tambak sangat penting untuk perekonomian masyarakat. Permasalahan kompleks yang terjadi di daerah pesisir Kabupaten Pesawaran ini dapat diatasi dengan perencanaan lanskap kawasan wisata tambak, berdasarkan analisis kualitatif maupun kuantitatif, serta analisis spasial dengan memperhatikan rencana ruang terbuka hijau. Hal ini diharapkan dapat menyeimbangkan keberadaan tambak dan mangrove serta mendukung visi pemerintah Kabupaten Pesawaran untuk mengembangkan pariwisata dan tambak serta tetap dapat menjaga kualitas lingkungan dengan menata ruang terbuka hijau daerah pesisir.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian dalam perencanaan lanskap wisata tambak ini adalah: 1. menganalisis kondisi ruang terbuka hijau kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada 2. menganalisis perencanaan kawasan wisata tambak 3. menyusun perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di kawasan pesisir Kecamatan Punduh

1.3 Manfaat

1. berkontribusi dalam mengurangi dampak negatif dari kegiatan pengembangan di kawasan pesisir 2. memberi alternatif perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada

1.4 Kerangka Pikir

Berdasarkan beberapa karakteristik penggunaan lahan di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada, dilakukan analisis dampak dan kendalanya serta jika ada potensi yang mungkin untuk dikembangkan. Salah satu sektor penting di kawasan pesisir Kecamatan Punduh Pidada adalah tambak, namun keberadaan mangrove sangatlah penting untuk keberlanjutan tambak itu sendiri. Oleh karena itu perencanaan lanskap kawasan wisata tambak merupakan salah satu solusi dari permasalahan ini. Kerangka pikir penelitian ini dijelaskan lebih lanjut pada Gambar 1. Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Kawasan Pesisir Kabupaten Pesawaran Pembangunan Fisik Kawasan Pemukiman Kawasan Pertambakan Kawasan Pariwisata Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Tambak di Pesisir Kecamatan Punduh Pidada Analisis kualitatif dan kuantitatif GIS Resiko tsunami Menurunnya kualitas lingkungan Karakteristik Pesisir Abrasi pantai Air tercemar Kebutuhan Ekonomi Potensi Wisata Kawasan Mangrove Fungsi Ekologis Perlindungan Soft Structure Vegetasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan

Menurut Lynch 1971, perencanaan lanskap adalah suatu seni menata lingkungan fisik guna mendukung kehidupan manusia. Perencanaan tapak adalah penyesuaian tapak dengan program. Persyaratan program harus dilengkapi dan dihubungkan satu dengan yang lainnya, disertai dengan imajinasi serta kepekaan terhadap replikasi analisis tapak Laurie, 1986. “Planning” atau perencanaan, merupakan suatu gambaran prakiraan dalam pendekatan suatu keadaan di masa mendatang. Dalam hal ini dimaksudkan adalah keadaan masa depan yang diharapkan di atas tanah dalam kawasan tertentu. Tanah dalam hal ini dipandang sebagai suatu sumber dalam hubungan kebutuhan dan keiginan dari masyarakat dengan nilai-nilai yang dimiliki Hakim, 2003. Proses perencanaan adalah suatu alat yang sistematis untuk menentukan keadaan awal, keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan tersebut Simonds, 1983. Perencanaan lanskap Landscape Planning mengkhususkan diri pada studi pengkajian proyek berskala besar untuk bisa mengevaluasi secara sistematik area lahan yang sangat luas untuk ketetapan penggunaan bagi berbagai kebutuhan di masa datang. Pengamatan masalah ekologi dan lingkungan alam sangat peka diperhatikan dalam kegiatan ini. Kerjasama lintas disiplin merupakan syarat mutlak untuk bisa sampai kepada produk kebijakan atau tata guna tanah. Di sinilah kita mengenal cakupan pekerjaan seperti; lanskap regional, lanskap perkotaan, lanskap pedesaan, lanskap daerah aliran sungai, taman nasional, dan sebagainya Hakim, 2004. Perencanaan lanskap merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap yang fungsional, estetik dan lestari. Perencanaan lanskap juga bertujuan untuk mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya peningkatan kenyamanan dan kesejahteraan, termasuk kesehatannya Nurisjah, 2007. Menurut Undang-Undang No.7 tahun 2004 tentang sumber daya air perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan sumber daya air. Secara umum perencanaan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dihasilkan melalui analisis dengan menyesuaikan pada kondisi tapak sehingga didapatkan program yang paling tepat untuk dikembangkan di suatu tapak atau kawasan. Perencanaan lingkungan yang mempunyai manfaat biofisik yang tinggi, terutama untuk kota-kota tropis di Indonesia yang rentan terhadap bahaya lingkungan adalah perencanaan ruang terbuka hijau RTH sebagai bagian perencanaan tata ruang wilayah perkotaan. Penataan RTH yang terkait dengan minimalisasi bahaya lingkungan di wilayah perkotaan dilakukan melalui tiga tahapan kegiatan, yaitu : 1. Menilai karakter dan kepekaan sumberdaya lahanalam Penilaian ini dilakukan terhadap a. Sumberdaya alam pembentuk wilayah perkotaan topografi, iklim, air, kualitas udara, visual b. Potensi bahaya lingkungan longsor, erosi, banjir, kekeringan, gempa, polusi, dan c. Kesesuaian terhadap bentuk pembangunan yang telah adasedang direncanakan. 2. Memformulasikan rencana pemanfaatan lahanruang Dalam merumuskan RTH sebagai pengendali bahaya lingkungan maka perlu diperhitungkan bentuk kerentanan dan peruntukan wilayah sehingga perlu diseleksi jenis, arsitektur tanaman serta pola dan teknik penanamannya. 3. Mengevaluasi dampak serta cost benefit dari perencanaan yang telah dibuat. Menurut Gold 1980, perencanaan lanskap dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, seperti : 1. Pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe secara alternatif aktivitas berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya. 2. Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan apa yang dapat disediakan pada masa yang akan datang. 3. Pendekatan ekonomi, yaitu pendekatan tipe, jumlah, dan lokasi kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi. 4. Pendekatan prilaku, yaitu penentuan aktivitas berdasarkan pertimbangan prilaku manusia

2.2 Kawasan