Konsep Dasar Perencanaan Perencanaan lanskap kawasan wisata tambak di Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

pantai berpasir menggutamakan vegetasi formasi barringtonia. Selain penyangga pantai juga diperlukan tanaman penyangga sungai, untuk daerah muara sungai menggunakan tanaman mangrove. Untuk menjaga kualitas lingkungan kawasan pesisir direncanakan juga hutan mangrove untuk mengkonservasi keberadaan mangrove. Pada ruang penyangga direncanakan ruang terbuka hijau berupa hutan lindung untuk menjaga kualitas lingkungan daratan yang jauh dari laut yang akan berdampak pula pada kualitas lingkungan pesisir. Berdasarkan hasil analisis spasial kawasan konservasi mangrove yang dikembangkan seluas 493,22 ha. Jenis ruang terbuka hijau yang direncanakan adalah penyangga pantai dengan lebar 250 meter, penyangga sungai selebar 50 meter, hutan pantai, koridor hijau jalan, hutan lindung, dan ruang terbuka hijau lainnya yang memiliki vegetasi dengan fungsi arsitektural dan fungsi ekologi. Penentuan lebar penyangga pantai dan sungai berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan Departemen kehutanan No. 507IV-BPHH1990 serta pertimbangan untuk coastal protection. Koridor hijau jalan direncanakan bertujuan agar dapat mengarahkan angin sehingga dapat memberikan kenyamanan pengguna. Penyangga pantai yang direncanakan dibagi menjadi dua jenis berdasarkan tipe pantai, untuk pantai berlumpur penyangga pantai terdiri dari tanaman mangrove yang dikombinasikan dengan tanaman formasi barringtonia sedangkan untuk penyangga pantai berpasir hanya digunakan tanaman dengan formasi barringtonia. Gambar 50. Penyangga Pantai Berlumpur Gambar 51 Penyangga Pantai Berpasir

4.7.3 Rencana Aktifitas dan Fasilitas

Aktifitas utama yang direncanakan adalah aktifitas wisata yang bersifat interpretatif dan edukatif. Aktifitas utama ini diprioritaskan di ruang wisata inti kawasan wisata tambak dengan didominasi oleh aktifitas pasif. Aktifitas wisata yang bersifat pasif pada ruang wisata inti diantaranya pengamatan, interpretasi, treking, dan fotografi. Berdasarkan aktifitas tersebut fasilitas yang dibutuhkan agar dapat memenuhi kebutuhan wisata diantaranya jalur treking, papan interpretasi, galeri tambak, papan informasi, gedung pusat penelitian, dan fasilitas pendukung lainnya. Selain fasilitas yang ditujukan untuk wisatawan diperlukan juga fasilitas untuk pengelola agar dapat memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan. Selain kolam tambak untuk pembesaran diperlukan juga Hatchery kolam pembenihan. Berdasarkan hasil analisis spasial kawasan yang direncanakan sebagai wisata tambak seluas 1.697,12 ha dengan kawasan tambak seluas 470,80 ha. Aktifitas pada ruang wisata pendukung lebih bersifat aktif, aktifitas yang ada pada ruang wisata pendukung ini masih terkait dengan aktifitas wisata pada ruang wisata inti. Aktifitas wisata yang direncanakan di ruang wisata pendukung adalah aktifitas yang tidak memungkinkan untuk dikembangkan di dalam kawasan wisata tambak di ruang wisata inti. Salah satu wisata yang direncanakan di ruang wisata pendukung adalah wisata pantai. Fasilitas yang direncanakan adalah fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dan juga masyarakat lokal yang memiliki mata pencahariaan di sektor wisata. Fasilitas untuk wisatawan maupun masyarakat lokal diantaranya seperti tempat penginapan, kios cinderamata, warung makan, dan fasilitas wisata lainnya. Pada ruang penyangga aktifitas yang direncanakan adalah aktifitas sehari- hari masyarakat lokal yang tidak terkait langsung dengan aktifitas wisata pada kawasan wisata tambak. Fasilitas yang direncanakan pun menyesuaikan pada kebutuhan aktifitas di ruang penyangga ini. Fasilitas yang direncanakan lebih diutamakan pada fasilitas umum yang ditujukan untuk kegiatan masyarakat lokal yang bersifat non-wisata. Untuk kawasan wisata fasilitas yang paling penting adalah sirkulasi atau jalur wisata. Pada perencanaan kawasan wisata tambak ini direncanakan jalur wisata primer dan jalur wisata sekunder. Jalur wisata primer adalah jalur yang menghubungkan antar kawasan wisata tambak, sedangkan jalur wisata sekunder adalah sirkulasi yang ada di dalam satu kawasan wisata tambak merupakan penghubung antar objek wisata di dalam kawasan wisata. Lebar jalur wisata primer yang direncanakan adalah ±6,5 m diperuntukkan untuk kendaraan dengan dua arah. Sedangkan untuk jalur wisata sekunder yang direncanakan adalah 1,2- 1,8 meter yang diperuntukkan untuk pejalan kaki.

4.7.4 Rencana Daya Dukung

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi budidaya tambak Kabupaten Pesawaran yang telah dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan, luasan tambak rata-rata adalah sebesar 8,30 ha. Dari data luas tambak terkecil tersebut digunakan untuk menghitung aktifitas wisata dalam luasan wisata 8 ha. Luas tambak 8 ha tersebut tidak semuanya dibuka untuk wisata. Kolam tambak yang dibuka untuk wisata adalah kolam pembenihan dan kolam pengembangbiakan dengan jenis hewan budidayanya adalah diutamakan oleh udang vaname, dan budidaya lainnya seperti rumput laut. Aktifitas interpretasi maupun pengamatan dan aktifitas lainnya dalam luasan 8 ha direncanakan dapat dilakukan oleh 1 rombongan maksimal 50 orang selama 90 menit, serta dengan asumsi waktu wisata dibuka pukul 09.00-15.00 WIB. Dari waktu tersebut diperoleh rotasi wisatawan adalah 4 kali rotasi. Luas