37
E. Teknik Pengumpulan Data dan Penyusunan Instrumen
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1. Metode Dokumentasi
Suharsimi Arikunto 2004: 236. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapor, agenda dan sebagainya. Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data nilai
ulangan akhir semester UAS semester genap pada waktu kelas VIII yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2008. Dokumen tersebut digunakan
untuk uji keseimbangan rata-rata antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
2. Metode Tes
Tes adalah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar
penetapan skor angka Ary Donald, 1982: 256. Tes yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari tes kemampuan awal dan tes akhir, yang penyusunannya
didahului dengan penyusunan kisi-kisi. Setelah soal-soal tes dibuat beserta petunjuk pengerjaan, kemudian diujicobakan kepada peserta didik. Adapun
tujuan ujicoba instrumen agar layak atau dapat dipakai sebagai alat pengumpul data serta dan perlu tidaknya dilakukan revisi-revisi dari instrumen tersebut.
38
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang
akan digunakan
untuk mengumpulkan
data menggunakan instrumen tes prestasi belajar dan tes kemampuan awal peserta
didik. Dalam penyusunan instrumen, yang perlu diperhatikan adalah menyusun kisi-kisi instrumen, menyusun butir-butir soal instrumen, mengadakan uji coba
instrumen, tahap revisi dan penetapan instrumen.
1. Menyusun kisi-kisi intrumen
Kisi-kisi yang dibuat meliputi kisi-kisi pada materi bangun ruang sisi lengkung untuk instrumen tes prestasi belajar matematika dan kisi-kisi instrumen
tes kemampuan awal peserta didik meliputi materi lingkaran dan bangun ruang sisi tegak.
2. Menyusun butir-butir soal instrumen
Nana Sudjana 2006: 48. Soal pilihan ganda multiple choice adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Untuk tes
prestasi belajar matematika dan tes kemampuan awal peserta didik, butir-butir soal instrumen tersebut disusun berupa soal pilihan ganda dengan menggunakan
option sebanyak 4 buah.
3. Mengadakan uji coba instrumen
Setelah penyusunan instrumen penelitian selesai dilaksanakan, langkah selanjutnya adalah mengujicobakan instrumen yang telah tersusun sebelum
39
dikenakan pada sampel penelitian. Tujuan uji coba instrumen adalah untuk melihat apakah instrumen yang telah disusun benar-benar reliabel dan konsisten
atau tidak. Atau dengan kata lain tujuan uji coba instrumen adalah untuk mengetahui apakah instrumen telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen
yang baik atau belum. Syarat-syarat tersebut adalah validitas isi, uji konsistensi internal, uji reliabilitas, daya beda dan taraf kesukaran.
1 Validitas Isi
Suatu instrumen dikatakan valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari
keseluruhan isi hal yang diukur. Validitas tidak dapat ditentukan dengan mengkorelasikan instrumen dengan suatu kriteria sebab tes itu adalah kriteria
dari suatu kinerja. Agar memiliki validitas isi, instrumen tes prestasi belajar harus diperhatikan hal-hal berikut ini:
a Bahan uji tes harus merupakan sampel yang representatif untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari
materi yang diajarkan maupun dari sudut proses belajar. b Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titik berat
bahan yang telah diajarkan. c Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan untuk
menjawab soal-soal ujian dengan benar. Budiyono, 2003: 58
Samsi Haryanto 1994: 44 menyatakan bahwa tujuan kajian validasi isi adalah menilai apakah butir-butir tes cukup mewakili apa yang ingin diukur.
40
Dalam validitas isi, prosedur yang khas dilakukan adalah menyelenggarakan panel para ahli untuk memberikan pertimbangan, apakah butir tes yang
disiapkan cukup mewakili apa yang akan dikaji. Sejauh mana suatu tes memiliki validasi isi ditetapkan menurut analisis rasional terhadap isi tes yang
penilaiannya didasarkan pada pertimbangan subjektif individual. Suatu instrumen apakah mempunyai validitas isi yang tinggi atau tidak, maka untuk
penilaian instrumen penelitian ini dilakukan melalui experts judgement atau penilaian yang dilakukan oleh para pakar dan semua kriteria penelaahan
instrumen tes kemampuan awal dan instrumen tes prestasi belajar matematika harus disetujui oleh validator.
2 Uji Konsistensi Internal
Samsi Haryanto 1994: 34 menyatakan bahwa pendekatan konsistensi internal memfokus pada unsur-unsur internal dari suatu tes, terutama
mengenai butir-butirnya. Oleh karena pendekatan ini hanya memerlukan satu kali penyajian tes, maka dikenal dengan nama single-trial administration dan
koefisien yang diperoleh disebut koefisien konsistensi internal. Konsistensi internal internal consistency tiap butir soal dapat dilihat dari korelasi antara
skor tiap butirnya dengan skor totalnya. Tujuan uji konsistensi internal ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen tes telah konsisten, artinya
instrumen tes mempunyai indeks konsisten atau daya pembeda yang dapat membedakan peserta didik yang pandai dan yang kurang pandai.
Untuk menghitung konsistensi internal butir ke-i, rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut:
41
2 2
2 2
Y Y
X X
r
n n
Y X
XY n
xy
Keterangan:
xy
r : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i.
n : banyaknya subjek yang dikenai tes instrumen.
X
: skor untuk butir ke-i dari subjek uji coba.
Y
: total skor dari subjek uji coba. Berdasarkan perhitungan, jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. Budiyono, 2003: 65
3 Uji Reliabilitas
Budiyono 2003: 65 menyatakan bahwa suatu instrumen disebut reliabel, jika seseorang melakukan pengukuran instrumen yang sama pada
waktu yang berbeda maka hasil pengukurannya adalah sama. Atau jika dilakukan oleh orang yang berbeda tetapi dengan kondisi yang sama, maka
pengukuran dengan instrumen yang sama akan memberi hasil yang sama pula. Tes prestasi belajar dan tes kemampuan awal dalam penelitian ini
menggunakan tes pilihan ganda dengan setiap jawaban benar akan diberi skor 1 dan setiap jawaban salah akan diberi skor 0. Sehingga untuk mengukur
reliabilitas dari tes prestasi belajar dan kemampuan awal menggunakan teknik Kuder-Richardson atau biasa disebut dengan KR-20, yaitu:
2 2
11
1
t i
i t
s q
p s
n n
r
42
Keterangan:
11
r : indeks reliabilitas instrumen.
n : banyaknya butir instrumen.
i
p
: proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i.
i
q
: proporsi subyek yang menjawab salah pada butir ke-i
i
q
= 1 -
i
p
2 t
s : variansi total
Instrumen dengan indeks reliabilitas 0,7 atau lebih yang dapat dianggap baik atau dapat digunakan dalam uji reliabilitas.
Budiyono, 2003: 69-72
4 Daya Pembeda discriminating power
Menurut Suharsimi Arikunto 2005: 177, daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan
subjek yang kurang pandai. Daya beda hanya dikenakan pada tes prestasi belajar matematika. Dalam menghitung daya beda terlebih dahulu ditetapkan
masing- masing 27 dari kelompok atas upper group yng mempunyai skor tertinggi dan menetapkan pula 27 dari kelompok bawah lower group yang
mempunyai skor rendah. Kemudian baru dimasukkan ke dalam rumus:
A B
A A
J B
J B
D
Keterangan: D
= daya pembeda item.
43
A
B = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar.
A
J = banyaknya peserta kelompok atas.
B
B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar.
B
J = banyaknya peserta kelompok bawah.
Setelah diperoleh, kemudian diinterpretasikan sebagai berikut: D 0,70
: baik sekali excellent. 0,40 D 0,70 : baik good.
0,20 D 0,40 : cukup satisfactory. D 0,20
: jelek poor Nilai daya pembeda yang digunakan adalah D 0,20
Suharsimi Arikunto, 2008: 213-218
5 Taraf Kesukaran difficulty index
Suharsimi Arikunto 2005: 176 menyatakan bahwa taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring banyaknya subjek peserta tes
yang dapat mengerjakan dengan betul. Jika banyak subjek peserta tes yang dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukaran tes tersebut tinggi.
Sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek yang dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukarannya rendah.
Suharsimi Arikunto 2008: 208 –210 menyatakan bahwa soal yang baik
adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha
44
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Taraf kesukaran hanya dikenakan pada tes prestasi belajar matematika. Taraf kesukaran didapat dengan
menggunakan rumus:
JS B
P Keterangan:
P = Taraf kesukaran setiap butir soal. B = Banyaknya subjek yang menjawab benar setiap butir soal.
J = Banyaknya subjek yang ikut mengerjakan tes. Setelah diperoleh, kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:
0,70 TK 1,00 : soal uji terlalu mudah.
0,30 TK 0,70 : soal uji sedang.
0,00 TK 0,30 : soal uji terlalu sukar.
Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika taraf kesukaran sedang yaitu antara 0,30
– 0,70.
4. Tahap Revisi
Instrumen tes kemampuan awal dan instrumen tes prestasi belajar matematika yang telah diujicobakan direvisi dengan menghilangkan butir-butir
instrumen yang tidak memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik.
45
5. Penetapan Instrumen
Butir-butir instrumen tes kemampuan awal dan instrumen tes prestasi belajar matematika yang memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik ditetapkan
sebagai instrumen penelitian.
G. Uji Keseimbangan