69
Pada uji komparasi ganda antar sel pada baris yang sama terdapat dua H yang tidak ditolak, yaitu pada sel baris ke-2 antara kolom 1 dengan 2 F
21-22
= 8,345 dan antara kolom 2 dengan 3 F
22-23
= 0,271 serta F
kritik
= 11,05, karena F
21-22
dan F
22-23
lebih kecil dari F
kritik
. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran langsung tidak terdapat perbedaan rerata
prestasi belajar matematika antara peserta didik dengan kemampuan awal tinggi dengan sedang dan antara kemampuan awal sedang dengan rendah.
Pada uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama terdapat satu H
tidak ditolak, yaitu pada pada sel kolom ke-3 antara baris 1 dengan 2 F
13-23
= 2,108 dan F
kritik
= 11,05,karena F
13-23
lebih kecil dari F
kritik.
Hal ini berarti tidak
terdapat perbedaan rerata prestasi belajar matematika pada kelompok kemampuan awal rendah antara peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dengan model pembelajaran langsung.
F. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh nilai uji F
a
= 22,549 dan nilai F
tabel
= 3,84, mempuyai nilai uji F
a
lebih besar dari F
tabel
. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara peserta didik yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dan peserta didik yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung terhadap prestasi belajar matematika
pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
70
Berdasarkan deskripsi data juga diperoleh bahwa rerata prestasi belajar matematika antara peserta didik yang diberi pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan peserta didik yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung mempunyai
nilai rerata yang berbeda, yaitu rerata prestasi belajar matematika pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebesar 66,78 lebih tinggi daripada rerata
prestasi belajar matematika pada model pembelajaran langsung sebesar 60,53. Jadi dapat dikatakan bahwa peserta didik yang diberi pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan prestasi belajar matematika yang lebih tinggi daripada peserta didik yang diberi
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh nilai uji F
b
= 49,87 dan nilai F
tabel
= 3,00, mempuyai nilai uji F
b
lebih besar dari F
tabel
. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah terhadap prestasi belajar matematika
pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar kolom pada Tabel 4.10
diperoleh nilai uji F
.1-.2
= 31,226, F
.1-.3
= 105,474, F
.2-.3
= 19,193 dan F
tabel
= 6,00. Semua H
ditolak karena F
.1-.2
, F
.1-.3
dan F
.2-.3
lebih besar dari F
tabel
. Hal ini berarti prestasi belajar matematika antara peserta didik yang kemampuan awalnya tinggi
71
berbeda dengan peserta didik yang kemampuan awalnya sedang dan rendah, serta prestasi belajar matematika antara peserta didik yang kemampuan awalnya sedang
berbeda dengan peserta didik yang kemampuan awalnya rendah. Selain itu dengan melihat deskripsi data diperoleh bahwa peserta didik
dengan kemampuan awal tinggi mempunyai rerata prestasi belajar matematika sebesar 72,60 lebih baik daripada rerata prestasi belajar matematika peserta didik
dengan kemampuan awal sedang dan rendah, yaitu 63,03 dan 55,57. Jadi peserta didik yang kemampuan awalnya tinggi memperoleh prestasi belajar matematika
yang lebih tinggi daripada peserta didik yang kemampuan awalnya sedang atau rendah. Begitu juga peserta didik yang kemampuan awalnya sedang memperoleh
prestasi belajar matematika yang lebih tinggi daripada peserta didik yang kemampuan awalnya rendah pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama diperoleh nilai uji F
ab
= 13,936 dan nilai F
tabel
= 3,00, mempunyai nilai uji F
ab
lebih besar dari F
tabel
. Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
langsung pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada baris yang sama
pada Tabel 4.10 diperoleh bahwa pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
72
antara peserta didik yang kemampuan awalnya tinggi dengan sedang F
11-12
= 23,131 dan rendah F
11-13
= 121,485 serta antara peserta didik yang kemampuan awalnya sedang dengan rendah F
12-13
= 32,917 dan F
kritik
= 11,05 mempunyai nilai uji F
11-12,
F
11-13
dan F
12-13
lebih besar dari nilai F
kritik
, sedangkan pada model pembelajaran langsung antara peserta didik yang kemampuan awalnya tinggi
dengan sedang F
21-22
= 8,345 dan antara peserta didik yang kemampuan awalnya sedang dengan rendah F
22-23
= 0,271 serta F
kritik
= 11,05 mempunyai nilai uji F
21-22
dan F
22-23
lebih kecil dari nilai F
kritik
. Hal ini berarti pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw antara peserta didik yang kemampuan
awalnya tinggi, sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda, sedangkan pada model pembelajaran langsung antara peserta didik yang
kemampuan awalnya tinggi dengan sedang dan antara peserta didik yang kemampuan awalnya sedang dengan rendah mempunyai prestasi belajar
matematika yang tidak berbeda pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung. Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama
pada Tabel 4.10 diperoleh bahwa pada kelompok kemampuan awalnya tinggi dan
sedang antara peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan peserta didik
yang yang diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung F
11-21
= 34,680, F
12-22
= 13,604 dan F
kritik
= 11,05 mempunyai nilai uji F
11-21
dan F
12-22
lebih besar dari nilai F
kritik
, sedangkan pada kelompok kemampuan awalnya rendah antara peserta didik yang diberi
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
73
tipe Jigsaw dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung F
13-23
= 2,108 dan F
kritik
= 11,05 mempunyai nilai uji F
13-23
lebih kecil dari nilai F
kritik
. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang kemampuan awalnya tinggi dan sedang antara yang diberi model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan model pembelajaran langsung memperoleh prestasi belajar matematika yang berbeda, sedangkan peserta didik
yang kemampuan awalnya rendah antara yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan model pembelajaran langsung memperoleh prestasi
belajar matematika yang tidak berbeda pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
Selain itu dengan melihat dekripsi data diperoleh bahwa peserta didik yang diberi model pembelajaran kooperatif jigsaw dengan kemampuan awalnya
tinggi mempunyai rerata prestasi belajar matematika sebesar 79,46 yang lebih tinggi daripada peserta didik dengan kemampuan awalnya sedang dan rendah,
yaitu sebesar 67,75 dan 53,95. Untuk peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan
kemampuan awal tinggi mempunyai rerata prestasi belajar matematika sebesar 65,56 yang lebih tinggi daripada peserta didik dengan kemampuan awalnya
sedang dan rendah, yaitu sebesar 58,59 dan 57,33. Berdasarkan nilai rata-rata prestasi belajar matematika tersebut terlihat juga bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran langsung untuk peserta didik yang
kemampuan awalnya tinggi dan sedang. Sedangkan peserta didik yang
74
kemampuan awalnya rendah antara yang diberi pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan model
pembelajaran langsung mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak berbeda pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung .
Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai rerata prestasi belajar matematika yang diperoleh, maka untuk peserta didik yang kemampuan awalnya
tinggi dan sedang dapat diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi pokok bangun ruang sisi lengkung.
75
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN