Peran 2015 Lapkir Masterplan Pembangunan Perkebunan dan Kehutanan Kab. Jember 2015

por k ir II-8 5. . , . . . . . : • pertama . • Kedua . • Ketiga + . • Keempat . • Kelima . • Keenam . • Ketujuh, + • kedelapan , - , - . , . . , , , . . . , 2010 :  - ,  ,  ,  - . 1 2 por 23 4 k 5 ir II-9 Gambar 2.1 Hubungan Tiga Domain Governance Laporan Akhir 66 6 7 8 9 :; =? = A t A = r = canaan Indikator utama kinerja yang ingin dicapai dalam penyusunan Masterplan Pembangunan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember adalah: • Prosentase peningkatan produktivitas tanaman musiman • Prosentase peningkatan produktivitas tanaman tahunan • Prosentase peningkatan produktivitas hasil hutan • Prosesntase peningkatan penanganan lahan kritis dan penanganan kerusakan kawasan hutan Pendekatan perencanaan yang digunakan dalam koordinasi penyusunan Masterplan Pembangunan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember adalah:

1. Perencanaan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Pendekatan perencanaan program yang berwawasan lingkungan menuntut tercapainya hasil hasil perencanaan sarana dan prasarana lingkungan yang senantiasa berorientasi pada kondisi lingkungan alami tidak merusak ekosistem yang ada melalui perubahan perubahan akibat desain yang seminimal mungkin.

2. Perencanaan Pembangunan yang Berkelanjutan

Pendekatan Perencanaan Berkelanjutan Sustainable Development akan mendorong perencanaan tidak hanya berorientasi pada kebutuhan dan pemanfaatan ruang semaksimal mungkin untuk kebutuhan saat ini, namun tetap berorientasi pada masa yang akan datang dengan tetap memanfaatkan ruang seoptimal mungkin untuk kebutuhan saat ini, namun tetap memanfaatkan ruang seoptimal mungkin dengan tidak merusak lingkungan. Prinsip dari pendekatan ini antara lain : BAB III METODOLOGI Laporan Akhir III-2  Prinsip perencanaan tata ruang yang berpijak pada pelestarian dan berorientasi ke depan jangka panjang.  Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.  Prinsip pengelolaan aset yang tidak merusak lingkungan tetapi tetap lestari.  Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya dukung ruang.  Keselarasan yang sinergis antara kebutuhan, lingkungan hidup dan masyarakat dengan tetap memberikan apresiasi pada konsep konservasi lingkungan.  Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan yang terjadi akibat pembangunan dan pemanfaatan lahan untuk budidaya.

3. Perencanaan Pembangunan Terpadu

Pendekatan perencanaan program ini merangkum 2 arah pendekatan, yaitu: perencanaan program dari atas ke bawah sebagai penurunan kebijaksanaan pembangunan pada tingkat regional. Pendekatan ini lebih dikenal sebagai pendekatan top down . Arah pendekatan berikutnya adalah pembangunan dari bawah ke atas yang mengakomodasikan sumber daya lokal yang tersedia setelah dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Pola pendekatan yang lebih menitik beratkan pada pendekatan bottom up ini menyangkut kebijaksanaan dan manajemen pemerintahan yang menuntut bahwa segala aspek manajemen sesuai dengan usulan dari bawah. Memperhatikan bahwa pendekatan ini mempunyai kelemahan, khususnya dalam hal teknis, administratif, dan keuangan. Selanjutnya sisi kelemahan dari metode pendekatan ini dilingkapi dengan pendekatan top down. Pendekatan di sisi ini lebih bersifat bantuan dan pembinaan teknis kepada masyarakat atau unsur lainnya yang terlibat dalam proses pembangunan melalui bottom up planning.

4. Perencanaan Pembangunan dengan Pendekatan Intersektoral Holistic

Pendekatan perencanaan program ini bertumpu pada perencanaan program yang selalu terkait dengan sektor sektor lain serta wilayah dengan skala lebih luas secara regional atau nasional. Sehingga pada tahap selanjutnya didapat koordinasi, sinkronisasi dan integrasi dengan sektor terkait. Hal ini berkaitan dengan kewenangan Pemerintah Provinsipusat dan Pemerintah Kabupaten sehubungan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang penyusunan Masterplan Pembangunan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember. Laporan Akhir III-3 Adanya keterpaduan antara berbagai sektor dan bidang pembangunan yang saling mendukung satu dengan yang lainnya dalam satu scope program pengembangan sektoral akan menghasilkan perencanaan program yang terintegrasi dengan kebijakan dan arahan pemanfaatan ruang dalam skala yang lebih luas.

5. Perencanaan Pembangunan yang Berorientasi Pada Masyarakat Community Approach

Karakter masyarakat di segala segi kehidupan kesehariannya, baik kondisi sosial ekonomi, sosial budaya, pemahaman terhadap kendala penyusunan Masterplan Pembangunan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember maupun identitas daerah yang tercermin dari hubungan yang sinergis antara pola kehidupan masyarakat dengan lingkungannya perlu dipertimbangkan dalam kegiatan perencanaan dan penyusunan program guna mengarahkan tahap tahap penyusunan bank data program yang akomodatif terhadap keinginan masyarakat partisipatif. Pendekatan ini dilaksanakan melalui proses dialog secara langsung antara perencana dan pelaku pelaku dari hasil rencana ini.

3.2 Metode Penelitian

Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran pemecahan permasalahan, sedangkan penelitian merupakan usaha untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah. Metodologi penelitian mempunyai pengertian alat-alat pengukur untuk memadukan penelitian tentang urutan-urutan bagaimana penelitian dilakukan Penyusunan Masterplan perkebunan dan kehutanan ini berbasis pada pendekatan kualitatif diskriptif dengan lokasi penelitian di wilayah Kabupaten Jember. Data dikumpulkan melalui surve primer berupa data hasil wawancara dan data sekunder dari data laporan ataupun dokumen dari berbagai instansi. Wawancara terstruktur dengan responden yang dipilih adalah perwakilan dari instansi terlibat dalam proses perencanaan pembangunan di daerah.

3.2.1 Metode Pengumpulan Data A.

Tahap Persiapan Survei Pokok-pokok pekerjaan yang dilakukan, beserta produk yang dihasilkan pada tahap ini adalah sebagai berikut: Laporan Akhir III-4 o Persiapan awal berupa studi literatur, hasilnya akan digunakan sebagai bahan untuk merumuskan dasar-dasar penyusunan rencana. o Persiapan teknik survey, berupa: survey primer dan survey sekunder o Persiapan administrasi dan Pengurusan Surat Ijin survey. o Penyiapan program survey lapangan. o Penyiapan daftar data.

B. Tahap Kegiatan Survey

Dalam melakukan analisis diperlukan data-data penunjang yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data. Terdapat beberapa metode dalam pengumpulan data yang biasa disebut sebagai metode survai yang terdiri dari :

1. Survey Primer a. Observasi Lapangan

Pengumpulan data melalui survey lapangan yaitu melihat secara langsung lokasi studi mengenai: o Kondisi fisik kawasan di wilayah studi yang terdiri dari tinjauan langsung topografi, tinjauan langsung kondisi fasilitas fisik, jumlah fasilitas fisik, persebaran fasilitas fisik, jaringan utilitas fisik, dan Tata Guna Lahan eksisting. o Kondisi perkebunan dan hutan, untuk mengetahui kondisi perkebunan, dapat dilihat dari tata guna lahan untuk kepentingan perekonomian, seperti luas lahan, kondisi pertanian, dan jumlah industri yang bergerak dalam bidang pertanian, persebaran fasilitas pertanian, dan jaringan utilitas penunjang kegiatan pertanian. o Kondisi sosial kependudukan dengan melihat langsung di lapangan kondisi masyarakat, misalnya dilihat dari pola kehidupan dan budaya setempat.

b. Wawancara dan Kuisioner

Wawancara dilakukan untuk mengetahui aspirasi masyarakat mengenai pembangunan, seperti untuk mengetahui fasilitas apa yang mereka butuhkan untuk menunjang kegiatan perkebunan, ataupun untuk mengetahui kondisi sosial dari masyarakat seperti tingkat penghasilan. Wawancara juga bisa untuk mengetahui masalah dan kendala yang terjadi dalam usaha pengembangan maupun produksi perkebunan. Selain kepada masyarakat, survey juga dilakukan dengan aparatur pemerintahan yang bertujuan untuk mengetahui program-program pembangunan yang telah dan akan diterapkan pada wilayah studi. Mengingat keterbatasan waktu, maka untuk penyebaran