Gambaran Sektor Perkebunan Kabupaten Jember

Laporan Akhir IV-23 namun saat ini kelompoktani perkebunan umumnya dikembangkan berdasarkan pada jenis komoditas perkebunan utama yang diusahakan oleh para anggotanya. Pada tahun 2014 jumlah kelompok tani perkebunan mencapai 869 kelompok, berdasarkan identifikasi kelompok tani tersebut terdiri dari 10 jenis kelompok tani Perkebunan dengan mayoritas kelompok sebesar 45 adalah kelompok petani tembakau.: Pembangunan di bidang Perkebunan diarahkan pada pengembangan perkebunan yang berbasis komoditas unggulan. Hal ini mengingat bahwa sektor perkebunan sangat tergantung pada fluktuasi pasar, dimana pada saat kebutuhan pasar besar maka harga akan tinggi serta menguntungkan bagi petani dan sebaliknya pada saat kebutuhan pasar kecil maka harga komoditas perkebunan rendah dan merugikan petani. Oleh karena itu dengan pengembangan perkebunan yang berbasis komoditas unggulan dimaksudkan agar harga jual dari produk perkebunan yang dihasilkan petani tetap memiliki nilai jual yang tinggi sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani. Tabel 4. 8 Luas Panen, Rata-Rata Produksi dan Total Produksi Perkebunan Rakyat Tahun 2014 No. Jenis Komoditas Luas Panen Produksi Produksi Rata-Rata Ha Kw KwHa 1 Tembakau : - Na-Oogst 5.050,20 78.986,60 13,27 - VO Kasturi 10.579,70 145.275,40 13,73 - VO Rajang 1.584,60 14.103,80 8,90 - White Burley 205,00 5.029,00 24,53 2 Kopi 5.596,24 24.915,30 7,61 3 Kelapa 12.895,51 70.725,22 7,85 4 Tebu 7.577,99 6.194.379,00 464.339,10 5 Cengkeh 206,42 209,78 2,90 6 Panili 47,85 124,57 3,68 7 Lada 38,15 137,40 3,85 8 Jambu Mete 377,19 214,52 1,35 9 Pinang 1.571,59 9.053,92 6,82 10 Kapuk 1.737,69 3.632,29 2,50 11 Kakao 281,60 65,82 5,48 Laporan Akhir IV-24 No. Jenis Komoditas Luas Panen Produksi Produksi Rata-Rata Ha Kw KwHa 12 Mlinjo 78,33 2,12 23,74 Jumlah Total 47.828,06 6.546.855 136,88 a u bcd r e f g n hi j d r k d cl n hm n hm Kehutanan Tabel 4. 9 Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun 2010 2014 Kw No. Jenis Komoditas Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1 Tembakau : - Na-Oogst 28.032,00 38.036,50 117.418,00 79.758,00 78.986,60 - VO Kasturi 59.326,30 97.692,00 232.619,50 119.782,00 145.275,40 - VO Rajang 11.070,50 16.939,00 17.613,00 6.214,50 14.103,80 - White Burley 4.267,00 2.126,00 3.384,00 3.886,00 5.029,00 2 Kopi 16.377,10 28.961,78 39.109,00 17.755,46 24.915,30 3 Kelapa 77.059,60 104.765,75 152.056,80 70.764,51 70.725,22 4 Tebu 641.898,00 327.773,88 469.455,94 6.356.436,50 6.194.379,9 5 Cengkeh 185,30 233,47 235,50 202,26 209,78 6 Panili 112,00 132,34 135,35 114,74 1,24,57 7 Lada 131,60 135,56 146,48 135,57 137,40 8 Jambu Mete 378,30 485,57 466,45 242,71 214,52 9 Pinang 8.805,50 8.250,14 8.720,15 8.720,57 9.053,92 10 Kapuk 4.237,90 3.648,93 4.394,02 3.152,83 3.632,29 11 Kakao 59,58 65,82 12 Mlinjo 12,42 2,12 Jumlah Total 851.881,10 629.180,92 1.045.754,19 6.667.237,65 6.546.855.64 Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Dari gambaran tabel di atas, terlihat bahwa areal perkebunan sangat fluktuatif dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan karena selain faktor alam juga karena fluktuasi permintaan pasar khususnya untuk komoditas tembakau. Selain itu produksi tebu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 mengalami kenaikan produksi yang cukup besar mencapai 41,15, hal ini disebabkan adanya program akselerasi peningkatan tebu. Produksi kelapa dalam tahun-tahun terkahir mengalami penurunan karena diakibatkan serangan hama kwangwung yang terjadi hampir merata di seluruh Kabupaten Jember. Sedangkan produksi kopi terjadi sedikit penurunan akibat perubahan iklim mikro, dan diharapkan ketika kondisi lingkungan sudah stabil maka akan meningkat lagi. Semakin jumlah Kelompok Tani Perkebunan semakin bertambah Laporan Akhir IV-25 dan khususnya untuk kelompok tani kopi sudah menjadi Kelompok Tani mandiri yang mampu menghasilkan produk olahan yang dapat langsung dijual ke konsumen. Tabel 4. 10 Jumlah Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani Perkebunan No. Uraian Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Kelompok Tani 580 812 812 812 869 2 Gapoktan 14 14 14 14 14 o u pq r r s t u n vw x r r yrq z n v{ | v { Kehutanan

4.2.2 Gambaran Sektor Kehutanan

Kehutanan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan nasional selain sektor perkebunan. Namun belakangan ini, kehutanan di Indonesia menghadapi berbagai permasalahan, termasuk kerusakan lahan akibat adanya penjarahan dan pencurian. Luas kerusakan kawasan hutan akibat penjarahan dan pencurian di Kabupaten Jember seluas 15.353,0 Ha, terdiri dari hutan lindung seluas 9.762 Ha dan hutan produksi seluas 3.087,0 Ha serta kerusakan fungsi hutan lainnya seperti tampak pada tabel dibawah ini : Tabel 4. 11 Areal Kerusakan Hutan Tahun 2009 No. Pengelola Kawasan Fungsi Hutan Luas Hutan Ha Rusak Ha Kritis Ha 1 Perhutani H. Produksi H. Lindung 31.023,45 39.821,80 3.087 9.762 143,7 2.854,5 2 TNMB H. Konservasi 37.585,0 2.500 - 3 BKSDA Jatim II Cagar Alam 6.118,80 4 - Jumlah 114.549,05 15.353 2.998,2 Sumber : Perhutani KPH Jember : 2009 Data areal kerusakan hutan yang demikian luas tersebut menunjukkan kurangnya kesadaran kita dalam menjaga kelestarian sumberdaya hutan sehingga mengakibatkan menurunnya kondisi hutan tersebut. Di samping itu cara hidup masyarakat yang memanfaatkan kayu bakar sebagai sumber energi serta banyaknya Laporan Akhir IV-26 kebutuhan kayu untuk bahan pembakaran kapur ikut mempercepat proses kerusakannya. Satu hal yang sangat mempengaruhi adalah kondisi sumberdaya manusia atau masyarakat di sekitar hutan, dimana tingkat pendidikan yang relatif masih rendah serta mempunyai ketergantungan yang tinggi secara sosial-ekonomi dengan kawasan hutan. Potensi masyarakat yang sedemikian besar itu seyogyanya disikapi secara bijaksana, khususnya pada daerah-daerah penyangga } uffer zone seperti masyarakat yang bermukim di sekitar hutan, di daerah upland seperti di daerah hutan tangkapan air. Kerusakan hutan dan lahan diatas akan mengakibatkan berbagai kerawanan akibat bencana alam banjir, erosi ataupun kekeringan di musim kemarau. Disisi lain, pengelolaan pembangunan sektor kehutanan dihadapkan pada luasan lahan kritis di wilayah Kabupaten Jember yang cukup signifikan. Lahan Kritis merupakan lahan yang karena ketidaksesuaian antara penggunaan dan kemampuannya telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisik kimia biologi yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologi, orologi dan fungsi produksi pertanian. Hal ini dapat dilihat dengan luasan lahan kritis yang cukup signifikan mencapai 90.146,44 Ha, seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 4. 12 Luas Lahan Kritis Tahun 2009 di Kabupaten Jembe r No. Uraian Luas Ha 1. Sangat Kritis 20.152,73 2. Kritis 61.082,96 3. Agak kritis 58.407,88 Jumlah 139.643,57 Sumber Data : BP DAS 2009. Keadaan tersebut di atas berakibat pada memburuknya keseimbangan ekosistem DAS dan menurunnya penyerapan air ke dalam tanah, serta berakibat tingginya tingkat erosi yang terjadi pada daerah aliran sungai di wilayah Kabupaten Jember. Apabila kerusakan hutan dan lahan kritis tidak segera ditangani dikuatirkan sumberdaya hutan dan lahan akan semakin rusak..