Laporan Akhir
V-32
akan menjadi terlalu rendah atau terlalu tinggi. Maka diperoleh semacam core strategy
yang prinsipnya merupakan: Strategi yang memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang ada secara terbuka
Strategi yang mangatasi hambatan yang ada, dan Strategi yang memperbaiki kelemahan yang ada
Gambar 5. 5 Diagram Analisis SWOT
Laporan Akhir
V-33
Tabel 5. 11 Analisis SWOT Sektor Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember
Sektor Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strength Weakness
Opportunity Threat
1. Perkebunan
• Peningkatan
hasil produksi
perkebunan tiap tahun •
Kualitas hasil produksi perkebunan yang baik dan stabil dan menjadi
unggulan nasional •
Motivasi tinggi dari para pelaku usaha perkebunan rakyat
• Luasan
lahan pengembangan
perkebunan yang masih dapat dikembangkan
• Tersedianya sarana dan prasarana
sebagai pendukung pengembangan pekebunan
• Terdapat kelompok tani dari tiap
komoditas perkebunan rakyat •
Belum adanya penerapan teknologi pengelolaan
perkebunan yang tepat guna
• Petani masih belum
mendapat jaminan kesejahteraan.
• Belum optimalnya
pencegahan dan penanganan hama
penyakit tanaman •
Hasil berlimpah namun minim inovasi produk
olahan. •
Jaringan pemasaran produk olahan yang
masih terbatas •
Tenaga penyuluh lapangan masih kurang
• Adanya kebijakan yang
mendukung pengembangan sektor
perkebunan •
Perkembangan teknologi informasi penunjang
pemasaran •
Perkembangan jaringan infrastruktur daerah
• Keberpihakan kebijakan
pengembangan perkebunan kepada
perkebunan besar •
Adanya monopoli harga dari pengusaha
tembakau •
Penurunan produktivitas kopi karena perubahan
iklim
2. Kehutanan
• Luasan wilayah kawasan hutan yang
besar •
Kualitas hasil produksi kehutanan yang stabil
• Sudah adanya status dan
pengelolaan kawasan hutan •
Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hasil
hutan sangat tinggi •
Penanaman komoditas tidak sesuai dengan
kemampuan lahan hutan •
Adanya kebijakan pengembangan kawasan
hutan dan mempertahankan luasan
hutan lindung •
Adanya kelembagaan •
Pembalakan liar
illegal loging
• Penyalahgunaan hak atas
pemanfaatan dan pengelolaan hutan
Laporan Akhir
V-34 Sektor
Faktor Internal Faktor Eksternal
Strength Weakness
Opportunity Threat
• Harga jual hasil hutan yang stabil
dan tinggi organisasi pengelolaa
kawasan hutan BKSDA, Disbunhut, dan Perhutani
KPH Jember Sumber : Hasil Analisis 2015
Laporan Akhir
V-35
Penerapan skenario yang ada di dibagi menjadi 2 skenario utama yaitu; 1. Skenario progressif: dengan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki untuk
mendukung percepatan meraih peluang dan meminimalkan ancaman yang ada. 2. Skenario penetratif: dengan mendayagunakan hasil pencapaian peluang yang ada
untuk menetralisir ancaman yang mungkin timbul. Analisa matriks SWOT didasarkan pada kecenderungan dari gambaran potensi dan
kendala yang ada baik yang berasal dari faktor eksternal maupun internal. Untuk lebih jelasnya, matriks SWOT dapat diuraikan berikut ini :
Tabel 5. 12
Matrik SWOT
STRENGTH WEAKNESS
OPPORTUNITY •
Peningkatan produksi
komoditas perkebunan dan produk olahannya;
• Penguatan
agroindustri berbasis
komoditas produk perkebunan •
Peningkatan jaringan infrastruktur di kawasan lahan perkebunan
• Membuat
paket wisata
dan memanfaatkan keberadaan tempat wisata
lain terdekat •
Adanya minat
investor untuk
mengembangkan kawasan perkebunan di Kabupaten Jember
• Pengmbangan
teknologi pengelolaan perkebunan
• Penerapan
teknologi dan
penelitian terkini
dalam menangani masalah hama dan
penyakit tanaman •
Meningkatkan variasi produk olahan hasil perkebunan
• Penguatan dan manajemen
jaringan pemasaran yang dimulai dari kelompok tani perkebunan
THREAT •
Pengembangan sektor perkebunan
rakyat sehingga hasil produksinya mampu bersaing dengan perkebunan besar
• Pengembangan
kualitas komoditas
perkebunan harus diikuti dengan publikasi hasil produksi yang berkualitas melalui
berbagai macam media •
Mengupayakan kebijakan
pengembangan perkebunan
yang komprehensif dan terpadu lintas sektor.
Sumber : Hasil Analisis, 2015
5.7
ANALISIS
IFAS-EFAS
Beberapa aspek SWOT meliputi aspek kekuatan S, kelemahan W, peluang O dan ancaman T, dimana keempatnya memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Dengan
adanya keterkaitan tersebut maka akan diperoleh beberapa strategi atau konsep dasar pengembangan yang dapat digunakan dalam pengembangan sektor perkebunan dan
kehutanan Kabupaten Jember baik fisik maupun non fisik. Penentuan konsep dasar pengembangan dilakuan berdasarkan analisis SWOT dengan melakukan penilaian
pembobotan menggunakan analisis IFAS-EFAS untuk masing-masing sektor, kemudian
Laporan Akhir
V-36
hasil dari penilaian pembobotan tersebut ditampilkan dalam bentuk kuadran yang akan menentukan strategi pengembangan selanjutnya.
Penilaian dilakukan pada setiap aspek SWOT dengan memberi bobot antara 0,00 sampai 1,00, dimana jika aspek dari masing-masing faktor internaleksternal dijumlahkan
dan akan menghasilkan bobot sama dengan 1,00 dengan pembagian bobot sama rata, yaitu 1,00 dibagi aspek masing-masing faktor internal eksternal. Setelah melakukan
pembobotan, diberikan rating dimana rating ini menunjukkan tingkat kepentingan masing- masing aspek. Rating yang diberikan yaitu berdasarkan kriteria yang telah dibuat dimana
masing-masing aspek memiliki 3 kriteria dengan,
Kriteria pertama memiliki rating = 1 Kriteria kedua memiliki rating = 2
Kriteria ketiga memiliki rating = 3
Tabel 5. 13 Matriks Analisis IFAS Sektor Perkebunan
Faktor-faktor Strategi Internal
Keterangan Bobot
Rating Bobot x Rating
Kekuatan
Strenght
Peningkatan hasil produksi perkebunan tiap tahun
0,166 3
0,332 Kualitas
hasil produksi
perkebunan yang baik dan stabil dan menjadi unggulan nasional
0,166 2
0,332 Motivasi tinggi dari para pelaku
usaha perkebunan rakyat 0,166
2 0,332
Luasan lahan pengembangan perkebunan yang masih dapat
dikembangkan 0,166
3 0,398
Tersedianya sarana
dan prasarana sebagai pendukung
pengembangan pekebunan 0,166
2 0,332
Terdapat kelompok tani dari tiap komoditas perkebunan rakyat
0,166 3
0,498 TOTAL
1 2,2
Kelemahan
weakness
Belum adanya penerapan teknologi pengelolaan
perkebunan yang tepat guna 0,166
1 0,166
Petani masih belum mendapat jaminan kesejahteraan.
0,166 2
0,332 Belum optimalnya pencegahan
dan penanganan hama penyakit tanaman
0,166 2
0,332
Hasil berlimpah namun minim inovasi produk olahan.
0,166 2
0,332 Jaringan pemasaran produk
olahan yang masih terbatas 0,166
2 0,332
Laporan Akhir
V-37 Faktor-faktor
Strategi Internal Keterangan
Bobot Rating
Bobot x Rating
Tenaga penyuluh lapangan masih kurang
0,166 2
0,332 TOTAL
1 1,8
Tabel 5. 14 Matriks Analisis EFAS Sektor Perkebunan
Faktor-faktor Strategi Internal
Keterangan Bobot
Rating Bobot x Rating
Peluang
Opportunity
Adanya kebijakan yang mendukung pengembangan
sektor perkebunan 0,333
3 0,999
Perkembangan teknologi informasi penunjang
pemasaran 0,333
2 0,666
Perkembangan jaringan infrastruktur daerah
0,333 2
0,666 TOTAL
1 2,3
Ancaman
Threat
• Keberpihakan kebijakan
pengembangan perkebunan kepada
perkebunan besar 0,333
1 0,333
• Adanya monopoli harga
dari pengusaha tembakau
0,333 1
0,333
• Penurunan produktivitas
kopi karena perubahan iklim
0,333 1
0,333
TOTAL 1
1
X = POTENSI - MASALAH Y
= PELUANG - ANCAMAN = 2,2 1,8
= 2,3 1 = 0,4
= 1,3
Laporan Akhir
V-38
Gambar 5. 6 Kuadran Strategi Analisis IFAS - EFAS Sektor Perkebunan
Hasil dari nilai antara Matriks Evaluasi Faktor Eksternal dan Matriks Evaluasi Faktor Internal maka didapatkan bahwa nilai x = 0,4 dan nilai y = 1,3, sehingga
apabila ditarik garis sambung berada pada kuadran I Growth, tepatnya dalam ruang B. Karakteristik ruang B dengan
Stable Growth Strategy
yaitu strategi pertumbuhan stabil dimana pengembangan dilakukan disesuaikan dengan kondisi
eksisting yang ada. Potensi perkebunan di Kabupaten Jember cukup besar, dengan pertumbuhan yang selalu mengikuti perkembangan kondisi eksisting diharapkan
optimalisasi pengembangan sektor perkebunan akan tercapai dalam waktu yang cepat.
A B
C D
E F
G H
X : 0,4 , Y :1,3
+ Internal KEKUATAN
- Eksternal ANCAMAN
- Internal KELEMAHAN
Kuadran I Growth
Kuadran II Stability
Kuadran IV Diversification
Kuadran III Survival
+ Eksternal PELUANG
Laporan Akhir
V-39
Tabel 5. 15 Analisis IFAS Sektor Kehutanan
Faktor-faktor Strategi Internal
Keterangan Bobot
Rating Bobot x
Rating
Kekuatan
Strenght
Luasan wilayah kawasan hutan yang besar 0,25
3 0,75
Kualitas hasil produksi kehutanan yang stabil 0,25
3 0,75
Sudah adanya status dan pengelolaan kawasan hutan
0,25 3
0,75 Harga jual hasil hutan yang stabil dan tinggi
0,25 2
0,50 TOTAL
1 2,75
Kelemahan
Weakness
Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan sangat tinggi
0,5 1
0,5 Penanaman komoditas tidak sesuai dengan
kemampuan lahan hutan 0,5
3 1,5
Total 1
2
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2015
Tabel 5. 16 Analisis EFAS Sektor Kehutanan
Faktor-faktor Strategi Eksternal
Keterangan Bobot
Rating Bobot x
Rating
Peluang
Opportunity
Adanya kebijakan pengembangan kawasan hutan dan mempertahankan luasan hutan
lindung 0,5
2 1
Adanya kelembagaa organisasi pengelolaa kawasan hutan BKSDA, Disbunhut, dan
Perhutani KPH Jember 0,5
3 1,5
TOTAL 1
2,5 Ancaman
Threat
Pembalakan liar illegal loging 0,5
2 1
Penyalahgunaan hak atas pemanfaatan dan pengelolaan hutan
0,5 1
0,5 TOTAL
1 1,5
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2015
Dari pembobotan diatas, maka dapat diketahui nilai X dan Y sebagai berikut Sumbu X
= POTENSI MASALAH = 2,75 - 2
= 0,75
Sumbu Y = PELUANG + ANCAMAN
= 2,5 1,5 = 1
Laporan Akhir
V-40
Gambar 5. 7 Kuadran Strategi Analisis IFAS - EFAS Sektor Kehutanan
Hasil dari nilai antara Matriks Evaluasi Faktor Eksternal dan Matriks Evaluasi Faktor Internal maka didapatkan bahwa nilai x = 0,75 dan nilai y = 1, sehingga apabila ditarik garis
sambung berada pada kuadran I Growth, tepatnya dalam ruang B. Karakteristik ruang B dengan
Stable Growth Strategy yaitu strategi pertumbuhan stabil dimana pengembangan dilakukan disesuaikan dengan kondisi eksisting yang ada
.
5.8
ANALISIS ALTERNATIF DAN PENENTUAN PRIORITAS
Alternatif adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih, sedangkan analisis alternatif Program merupakan kegiatan mengidentifikasi, menetapkan kriteria, memberi
bobot penilaian dan memilih salah satu pendekatan untuk mencapai tujuan. Analisis Alternatif Program merupakan salah satu alat untuk menentukan prioritas program atau
Program yang akan dilaksanakan pada wilayah perencanaan sesuai dengan akar permasalahan dan analisis tujuan yang telah dibuat sebelumnya. Adapun langkah-langkah
A B
C D
E F
G H
X : 0,75 , Y : 1
+ Internal KEKUATAN
- Eksternal ANCAMAN
- Internal KELEMAHAN
Kuadran I Growth
Kuadran II Stability
Kuadran IV Diversification
Kuadran III Survival
+ Eksternal PELUANG
Laporan Akhir
V-41
yang dilakukan dalam menentukan alternatif Program pengembangan perkebunan dan kehutanan di Kabupaten Jember adalah:
A. Penentuan Kriteria
Berdasarkan kepentingan dan prioritas pihak-pihak yang akan terlibat dalam pelaksanaan program Program, berikut kriteria yang akan digunakan untuk menilai
alternatif Program pengembangan perkebunan dan kehutanan di Kabupaten Jember :
1 Penerimaan manfaat maksimal. Semakin banyak penerima manfaat semakin tinggi prioritas
2 Peningkatan pendapatan. Semakin banyak kesempatan meningkatkan pendapatan semakin tinggi skor
3 Peningkatan pemanfaatan potensi SDM Semakin tinggi pemanfaatan potensi sumberdaya manusia semakin tinggi
Prioritas
4 Ketersediaan SDA Semakin tersedia sumberdaya semakin tinggi skor
5 Sustainbility Terkait dengan keberlanjutan Program
6 Duplikasi Semakin tinggi tingkat duplikasi Program, makin rendah skor
7 Replikasi Semakin tinggi tingkat pengulangannya ditempat lain, makin tinggi skornya
8 Keterkaitan Program antar kawasanwilayah Semakin banyak desa yang menikmati hasil Program, makin tinggi prioritas
9 Hubungan alat dan tujuan Semakin erat hubungan alat dengan tujuan semakin tinggi prioritas
10 Pertimbangan ekologi Semakin bersahabat dengan lingkungan, makin tinggi prioritas
11 Sumbangan terhadap program strategis kabupaten Semakin tinggi sumbangannya terhadap program strategis kabupaten, semakin
tinggi skor
12 Urutan prioritas prinsip pembangunan wilayah
Laporan Akhir
V-42
Semakin tinggi prioritas semakin tinggi skor 13 Kesinambungan dengan Program sebelumnya
Semakin besar sumbangannya terhadap kesinambungan program yang dimulai tahun sebelumnya atau sedang berjalan, semakin tinggi prioritasnya.
B. Pembobotan
Pembobotan dilakukan dengan memberikan nilai pada masing-masing alternatif Program pada masing-masing sektor, dimana pemberian bobot ini terkait dengan melihat
kriteria-kriteria yang ada dan disesuaikan dengan keadaan serta tingkat kepentingannya yang berpengaruh terhadap Program yang akan dilaksanakan. Semakin tinggi pengaruhnya
terhadap Program maka bobotnya semakin besar dan sebaliknya.
a. Nilai 1 menunjukkan kriteria tergolong rendah b. Nilai 2 menunjukkan kriteria tergolong sedang, dan
c.Nilai 3 menunjukkan kriteria tergolong tinggi.
C. Skoring alternatif Program
Tahap skoring alternatif Program ini dilakukan dengan memberikan skor pada tiap- tiap alternatif Program dengan berdasar pada kriteria yang telah ditentukan. Skor berada
pada range nilai antara 1 sampai 5, dengan ketentuan
1 : rendah sekali 2 : rendah
3 : cukup 4 : tinggi
5 : tinggi sekali.
D. Penentuan Urutan Alternatif Program
Setelah masing-masing alternatif Program diskoring maka dilakukan penjumlahan dari skor tiap-tiap kriteria, kemudian dilakukan perbandingan dengan mengurutkan masing-
masing alternatif dimulai dari total skor tertinggi sampai terendah. Melihat dari berbagai analisis yang dilakukan maka dapat diambil beberapa alternatif Program yang bisa
dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, sehingga kondisi hutan bisa menjadi
Laporan Akhir
V-43
baik masyarakat Kabupaten Jember dan pelaku usaha perkebunan dan kehutanan khususnya semakin berkembang dan tingkat kesejahteraannya meningkat. Alternatif
Program yang bisa diusulkan antara lain adalah :
1. Program Peningkatan Produksi Perkebunan Program ini diadakan untuk mendapatkan hasil perkebunan yang maksimal melalui
pengembangan perbibitan dan budidaya. Program dapat berupa penyediaan bibit unggul, pendampingan selama proses perawatan tanaman serta bekerjasama
dengan kelompok masyarakat maupun swasta untuk memperoleh dukungan yang optimal. Komoditas unggulan Kopi dan tembakau yang menjadi ikon perkebunan
Kabupaten Jember perlu mendapat perhatian khusus terutama dalam hal perlindungan usaha. Pengembangan komoditas ini harus terkonsep dan terintegrasi
mulai dari proses hulu hingga hilir nya yang terkait pengolahan pasca panen dan pemasaran. Pelatihan dan bimbingan penerapan teknologi tepat guna perlindungan
tanaman kopi dan Tembakau harus menjadi kegiatan utama demi tercapainya target program yang diinginkan. Selain itu, melalui program ini juga harus bisa
menjamin kestabilan harga jual tembakau dan kopi di pasaran.
2. Program Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Program ini difokuskan untuk memilih kawasan yang tepat melalui pendekatan
ruang dan pengisian ruang melalui skenario pengembangan prioritas kawasan berjenjang. Maksud dari kegiatan ini adalah terciptanya kawasan Agropolitan
komoditas unggulan Kopi dan Tembakau dengan struktur ruangnya yang mencakup pusat pembibitan, area penanaman dan kawasan pengolahan pasca
panen. Tata ruang agropolitan harus mempertimbangkan Alokasi pasar dan sistem pemasaran dari sentra produksi ke penyimpanan sementara, ke distribusi barang
hingga sampai pada tempat tujuan pengolahan, pedagang maupun pasar sebagai konsumen akhir.
3. Program Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha Program ini diadakan untuk meningkatkan sumber daya petani dalam usaha
perkebunan. Beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan adalah :
• Pelatihan manajemen pengembangan usaha;
Laporan Akhir
V-44
• Pelatihan manajemen kelembagaan dan pengembangan kemitraan
kelompok tani perkebunan
• Pembinaan usaha di sentra kopi dan tembakau;
• Pengembangan wisata agro perkebunan.
• Pemberian penghargaan pelaku pembangunan perkebunan.
4. Program Pengembangan sistem informasi perkebunan Dijaman sekarang ini, keterbukaan informasi pasar sangat dibutuhkan dalam
pengembangan usaha perkebunan dan kehutanan. Sistem informasi perkebunan dimaksudkan agar tersedia database hasil perkebunan yang akurat dan dapat
diakses oleh semua pihak. Sistem informasi perkebunan juga sebagai media evaluasi dan monitoring dinas terkait pengawasan keberlangsungan program.
5.
Program Pengendalian Hama Penyakit Tanaman perkebunan Hama penyakit tanaman menjadi hambatan yang cukup berarti arena
mengakibatkan rendahnya kwalitas dan poroduksi yang dihasilkan dan berimplikasi pada rendahnya pendapatan petani. Untuk itu, Program ini diadakan sebagai upaya
perlindungan tanaman untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan.
6. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Rehabilitasi hutan dan lahan RHL adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas dan peranannya dalam mendukung sisterm penyangga
kehidupan tetap terjaga. Sesuai dengan informasi yang telah dikumpulkan, lahan kritis di Kabupaten Jember perlu mendapat perhatian khusus, karena luasan nya dari
tahun ke tahun masih tetap. Hal ini menunjukkan upaya yang telah dilakukan belum dapat mengurangi luasan lahan kritis yang ada.
7.
Program Penanaman Kembali Penanaman areal bekas tebangan dengan jenis pohon komersial unggulan minimal
sama dengan yang ditebang
8. Program Pengembangan sistem informasi Kehutanan Program ini diadakan untuk memberikan kemudahan operasional pelaksanaan
pelestarian hutan sehingga memudahkan pengawasan di lapangan dengan di
Laporan Akhir
V-45
dukung sistem pemetaan kawasan hutan yang lengkap. Dengan sistem pengawasan yang optimal, diharapkan dapat mengurangi laju pembukaan hutan untuk arel
ladang berpindah masyarakat.
9. Program Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten Program Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten meliputi seluruh aspek pengurusan
hutan diantaranya perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan dan pengawasan. Karena
bersifat jangka panjang 20 tahun, maka RKTK juga memuat arahan makro yang bersifat indikatif.
10. Program penyusunan peraturan daerah tentang pengelolaan hutan Program ini diadakan agar Tersedianya dasar hukum perijinan pengusahaan hutan
dan pemungutan hasil hutan yang menjamin kepastian usaha dan kelestarian lingkungan.
Laporan Akhir
V-46
Tabel 5. 17 Analisis Alternatif Program Sektor Perkebunan
No Kriteria
Total Bobot
Bobot Program
Peningkatan Produksi
Perkebunan Program
Pengembangan Kawasan Sentra
Produksi Program
Pengembangan kelembagaan dan
kemitraan usaha Program
Pengembangan sistem informasi
perkebunan Program
Pengendalian Hama Penyakit
Tanaman perkebunan
B N
B x N N
B x N N
B x N N
B x N N
B x N
1 Penerimaan
manfaat maksimal
50
10 5
50 5
50 5
50 5
50 5
50
2 Peningkatan
pendapatan 10
5 50
4 40
5 50
3 30
3 30
3 Peningkatan
pemanfaatan potensi
SDM 10
5 50
4 40
5 50
3 30
3 30
4 Ketersediaan SDA
10 4
40 4
40 5
50 4
40 4
40
5 Sustainibility
10 5
50 5
50 3
30 2
20 3
30
6 Duplikasi
30
7,5 1
7,5 1
7,5 1
7,5 1
7,5 1
7,5
7 Replikabilitas
7,5 4
30 4
30 4
30 3
22,5 4
30
8 Keterkaitan
Program antar wilayah
7,5 5
37,5 4
30 2
15 1
7,5 2
15
9 Hubungan alat
dengan tujuan 7,5
5 37,5
3 22,5
4 30
2 15
4 30
10 Pertimbangan ekologi
20
5 2
10 3
15 1
5 1
5 1
5
11 Sumbangan terhadap program
strategis kabupaten 5
5 25
4 20
3 15
2 10
4 20
12 Urutan prioritas 5
5 25
4 20
3 15
2 10
3 15
Laporan Akhir
V-47
No Kriteria
Total Bobot
Bobot Program
Peningkatan Produksi
Perkebunan Program
Pengembangan Kawasan Sentra
Produksi Program
Pengembangan kelembagaan dan
kemitraan usaha Program
Pengembangan sistem informasi
perkebunan Program
Pengendalian Hama Penyakit
Tanaman perkebunan
B N
B x N N
B x N N
B x N N
B x N N
B x N
prinsip pembangunan
wilayah 13 Kesinambungan
keterkaitan dengan program-program
sebelumnya sedang
berjalan 5
5 25
2 10
2 10
1 5
5 25
Total Skor 100
437,5 375
357,5 252,5
327,5
Sumber : Hasil Analisis, 2015 Keterangan :
B : bobot N : Nilai
Laporan Akhir
V-48
Tabel 5. 18 Matriks Urutan Prioritas Program Sektor Perkebunan
No Nama Program
Ranking 1
Program Peningkatan Produksi Perkebunan I
2 Program Pengembangan Kawasan Sentra Produksi
II 3
Program Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha
III 4
Program Pengembangan sistem informasi perkebunan V
5 Program Pengendalian Hama Penyakit Tanaman
perkebunan
IV
Peringkat Program di atas kemudian dapat diajukan sebagai alternatif Program pengembangan perkebunan di Kabupaten Jember. Dari hasil skoring didapat bahwa
Program Peningkatan Produksi Perkebunan memperoleh skor tertinggi sebesar 437,5. Program ini dimaksudkan untuk meraih hasil yang maksimal dari sektor perkebunan.
Beberap kegiatan yang dapat dilaksanakan adalah :
Penyediaan sarana produksi yang memadai; Peremajaan lahan perkebunan;
Sertifikasi bibit unggul perkebunan;
Laporan Akhir
V-49
Tabel 5. 19 Analisis Alternatif Program Sektor Kehutanan
No Kriteria
Total Bobot
Bobot Program
Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Program
Penanaman Kembali
Penanaman areal bekas tebangan
Program Pengembangan
sistem informasi Kehutanan
Program Rencana
Kehutanan Tingkat
Kabupaten Program
penyusunan peraturan daerah
tentang pengelolaan hutan
B N
B x N N
B x N N
B x N N
B x N N
B x N
1 Penerimaan
manfaat maksimal
50
10 5
50 5
50 3
30 3
30 4
40
2 Peningkatan
pendapatan 10
4 40
3 30
2 20
2 20
2 20
3 Peningkatan
pemanfaatan potensi
SDM 10
4 40
4 40
3 30
3 30
3 30
4 Ketersediaan SDA
10 5
50 5
50 2
20 2
20 2
20
5 Sustainibility
10 4
40 4
40 3
30 3
30 5
50
6 Duplikasi
30
7,5 1
7,5 1
7,5 3
22,5 1
7,5 3
22,5
7 Replikabilitas
7,5 5
37,5 3
22,5 2
15 5
37,5 5
37,5
8 Keterkaitan
Program antar wilayah
7,5 3
22,5 2
15 1
7,5 2
15 1
7,5
9 Hubungan alat
dengan tujuan 7,5
4 30
4 30
2 15
2 15
5 37,5
10 Pertimbangan ekologi
20
5 5
25 5
25 2
10 2
10 4
20
11 Sumbangan terhadap program
strategis 5
5 25
3 15
2 10
4 20
4 20
Laporan Akhir
V-50
No Kriteria
Total Bobot
Bobot Program
Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Program
Penanaman Kembali
Penanaman areal bekas tebangan
Program Pengembangan
sistem informasi Kehutanan
Program Rencana
Kehutanan Tingkat
Kabupaten Program
penyusunan peraturan daerah
tentang pengelolaan hutan
B N
B x N N
B x N N
B x N N
B x N N
B x N
kabupaten 12 Urutan prioritas
prinsip pembangunan
wilayah 5
4 20
3 15
2 10
2 10
3 15
13 Kesinambungan keterkaitan
dengan program- program
sebelumnya sedang
berjalan
5 4
20 3
15 2
10 2
10 2
10
Total Skor 100
407,5 355
230 255
330
Sumber : Hasil Analisis, 2015 Keterangan :
B : bobot N : Nilai
Laporan Akhir
V-51
Tabel 5. 20 Matriks Urutan Prioritas Program Sektor Kehutanan
No Nama Program
Ranking
1 Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
I
2 Program Penanaman Kembali
Penanaman areal bekas tebangan
II
3 Program Pengembangan sistem informasi Kehutanan
V
4 Program Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten
IV
5 Program penyusunan peraturan daerah tentang
pengelolaan hutan
III
Peringkat Program di atas kemudian dapat diajukan sebagai alternatif Program pengembangan
sektor kehutanan di Kabupaten Jember. Dari hasil skoring didapat bahwa Program Penyediaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan RHL memperoleh skor tertinggi sebesar 407,5. Program ini dimaksudkan
untuk menangani lahan kritis dan lahan tidak produktif pada hulu DAS, kawasan hutan lindung, hutan konservasi, sempadan sungai, teluk dan sumber air, dekat pemukiman. Beberapa kegiatan yang dapat
dilaksanakan adalah :
1. Penetapan lokasi prioritas kegiatan rehabilitasi lahan dan hutan dan desain model pelaksanaannya;
2. Pembentukan kelompok tani hutankoperasi dan sejenisnya berbasis kampung 3. Penyediaan bibit
4. Pelatihan dan pendampingan pada kelompok tani hutan tentang penanaman dan pengelolaan
hutan.
Laporan Akhir
VI-1
6.1 RENCANA PENGEMBANGAN
A. Matrik MPP Sektor Perkebunan
Matriks perencanaan Program merupakan suatu alat untuk mengembangkan rancangan Program yang berupa ringkasan mengenai rancangan Program tersebut
yang disajikan dalam bentuk matriks. Matriks perencanaan Program ini terdiri dari beberapa hal pokok yaitu:
1. Tujuan dan Kegiatan Program Pada kolom ini terdiri dari sasaran, maksud Program, hasil kerja dan kegiatan-
kegiatan Program. Sasaran Program
Manfaat yang diperoleh sebagai hasil dari perubahan kelompok sasaran. Maksud Program
Yaitu reaksi atau perubahan perihal kelompok sasaran yang diinginkan atau diusahakan oleh Program pembangunan.
Hasil-Hasil Kerja Program Merupakan pelayanan, sarana, atau bahan yang dihasilkan diarahkan oleh
Program untuk kelompok sasaran. Atau merupakan sesuatu yang diperlukan untuk mencapai maksud Program dan wujudnya nyata.
Kegiatan-kegiatan Program Kegiatan-kegiatan Program yang diperlukan untuk memproduksi hasil-hasil
kerja Program.
BAB VI
RENCANA PENGEMBANGAN
Laporan Akhir
VI-2
2. Indikator Objektif Menggambarkan inti dari setiap tujuan Program yang terdiri dari hasil-hasil
kerja, maksud, dan sasaran dari Program yang direncanakan dan setiap asumsi- asumsi penting target-target untuk sasaran, maksud dan hasil-hasil kerja Program
untuk tahun yang bersangkutan. Target untuk sasaran dilambangkan dalam prosentase dan nominal yang semakin meningkat tiap tahunnya. Prosentase ini
didasarkan pada asumsi-asumsi pelaksanaan kegiatan yang telah tercapai pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan untuk nominal angka diasumsikan
sebagai jumlah fasilitas yang telah tersedia untuk kegiatan Program. Nominal ini diasumsikan mengalami peningkatan tiap tahunnya yang didasarkan pada jumlah
kebutuhan akan fasilitas tersebut.
3. Asumsi-Asumsi Program Perkiraan kegiatan-kegiatan yang berpengaruh terhadap jalannya Program.
4. Sumber-Sumber Pembuktian Yaitu sumber data yang diperlukan untuk mengukur tingkat pencapaian
target yang tercantum pada indikator. Berdasarkan hasil analisis alternatif Program, dapat dipilih dua Program yang
akan dilaksanakan berdasarkan peringkat teratas, dimana Program tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi. Rencana Program yang akan
dilaksanakan terkait sektor perkebunan dan kehutanan di Kabupaten Jember adalah sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Produksi Perkebunan Potensi perkebunan rakyat di Kabupaten jember cukup besar, terutama kopi,
tebu dan tembakau. Namun dalam perjalanannya hingga saat ini, produksi komoditas tersebut naik turun. Bahkan cenderung turun. Melihat potensi yang
begitu besar, diperlukan adanya kebijakan menyeluruh untuk pengelolaan perkebunan khususnya perkebunan rakyat agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
• Sasaran Program