Kinerja merupakan tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja karyawan dalam
suatu organisasi baik secara individu maupun kelompok memengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi dalam upaya mencapai tujuan organisasi
Gibson et al., 2003. Robbins 2006 menyatakan, kinerja sebagai fungsi interaksi antara
kemampuan atau ability A, motivasi atau motivation M, dan kesempatan atau opportunity O, yaitu kinerja = f AxMxO. Artinya: kinerja merupakan fungsi dari
kemampuan, motivasi, dan kesempatan. Dengan demikian, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi, dan kesempatan.
Sementara kinerja menurut Schermerhorn, Hunt, dan Osborn, dalam Rivai 2005, adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Baik tidaknya karyawan dalam menjalankan tugas yang diberikan
perusahaan dapat diketahui dengan melakukan penilaian terhadap kinerja karyawannya. Penilaian kinerja merupakan alat yang sangat berpengaruh untuk
mengevaluasi kerja karyawan bahkan dapat memotivasi dan mengembangkan karyawan.
2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja
Mangkunegara 2002, mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan ability dan faktor motivasi motivation.
a. Faktor Kemampuan ability Karyawan yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk jabatnnya dan
terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari hari, maka ia lebih mudah untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
b. Faktor Motivasi motivation Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi
merupakan kondisi yang terarah untuk mencapai tujuan kerja atau organisasi. Pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu
karyawan dengan karyawan lainnya yang berada dibawah pengawasannya. Secara garis besar, perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor individu
dan situasi kerja. Menurut Gibson et al. 2003, ada tiga perangkat variabel yang memengaruhi kinerja seseorang, yaitu:
1 Variabel Individual, terdiri dari: a kemampuan dan keterampilan, b latar belakang c demografis.
2. Variabel Organisasional, terdiri dari: a sumber daya, b kepemimpinan, c imbalan, d struktur, dan e desain pekerjaan.
3. Variabel Psikologis, terdiri dari: a persepsi, b sikap, c kepribadian, d belajar, e motivasi
Davis 1996, menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan ability dan faktor motivasi motivation. Secara
psikologis, kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality knowledge+skill. Artinya, pegawai yang memiliki IQ di atas
rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan ketrampilan dalam mengerjakan pekerjaan, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang
diharapkan. Sedangkan Robbins 2006, menambahkan dimensi baru yang menentukan kinerja seseorang, yaitu kesempatan. Menurutnya, meskipun seseorang
bersedia motivasi dan mampu kemampuan. Mungkin ada rintangan yang menjadi kendala kinerja seseorang, yaitu kesempatan yang ada, mungkin berupa lingkungan
kerja tidak mendukung, peralatan, pasokan bahan, rekan kerja yang tidak mendukung prosedur yang tidak jelas dan sebagainya.
Hall TL dan Meija dalam Ilyas 2001 menyebutkan bahwa faktor yang memengaruhi kinerja adalah: faktor internal individu yang terdiri dari: 1
karakteristik individu seperti umur, pendapatan, status perkawinan, pengalaman kerja dan masa kerja. 2. Sikap terhadap tugas yang terdiri persepsi, pengetahuan,
motivasi, tanggung-jawab dan kebutuhan terhadap imbalan, sedang faktor eksternal meliputi sosial ekonomi, demografi, geografi, lingkungan kerja, aseptabilitas,
aksesabilitas, beban kerja dan organisasi yang terdiri pembinaan, pengawasan, koordinasi, dan fasilitas.
Gibson dalam Rivai, 2005 menyatakan, kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh factor-faktor : a harapan mengenai imbalan; b dorongan; c
kemampuan; kebutuhan dan sifat; d persepsi terhadap tugas; e imbalan internal dan eksternal; f persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja.
Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil
penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya. Kepuasan tersebut berhubungan dengan faktor-faktor
individu, yaitu: a kepribadian seperti aktualisasi diri, kemampuan menghadapi tantangan, kemampuan menghadapi tekanan, b status dan senioritas, makin tinggi
hierarkis di dalam perusahaan lebih mudah individu tersebut untuk puas, c kecocokan dengan minat, semakin cocok semakin tinggi kepuasan kerjanya, d
kepuasan individu dalam hidupnya, yaitu individu yang mempunyai kepuasan yang tinggi terhadap elemen-elemen kehidupannya yang tidak berhubungan dengan kerja,
biasanya akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi. Hasil penelitian Zulkhairi 2010, tentang determinan kinerja dokter spesialis
di ruang rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan mengungkapkan bahwa faktor individu, psikologis dan organisasi secara bersama-sama simultan
berpengaruh terhadap kinerja dokter. Faktor organisasi yang paling berpengaruh adalah jumlah honor yang diterima dan ketepatan waktu pembayaran serta pemberian
bonusinsentif. Demikian juga hasil penelitian Muchsin 2003, mengungkapkan bahwa secara organisasi kepemimpinan, supervisi, sumber daya dan imbalan
berpengaruh terhadap kinerja dokter di Puskesmas dalam Kota Banda Aceh dan variabel imbalan berpengaruh lebih besar dibandingkan dengan variabel lainnya.
2.1.3 Penilaian Kinerja