bahwa dokter dan sesama rekan kerja dalam melaksanakan tugas sehari-hari terjadi hubungan kerja kurang harmonis, merupakan salah satu penyebab belum optimalnya
kinerja dokter dalam pengisian rekam medis.
e. Motivasi Ekstrinsik Indikator Prosedur Kerja
Hasil penelitian tentang motivasi ekstrinsik indikator prosedur kerja, diketahui bahwa jawaban responden mayoritas tidak setuju dari aspek; pelayanan kesehatan
didukung dengan prosedur yang baku, pelayanan kesehatan didukung sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, pelayanan kesehatan sesuai dengan karakteristik atau jenis
penyakit pasien, dan pelayanan kesehatan tidak selalu terikat atau kaku pada prosedur yang ditetapkan Tabel 4.13.
Berdasarkan skor rata-rata indikator prosedur kerja 8,98 merupakan urutan kedua tertinggi, namun berbeda dengan mean teoritik sebesar 16,0 Tabel 4.15. Hal
ini menunjukkan bahwa prosedur kerja dalam organisasi sudah diatur sedemikian rupa oleh manajemen rumah sakit dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada
pasien rawat inap, namun masih ada sebagian dokter belum sepenuhnya termotivasi dalam bekerja.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan dokter serta manajemen rumah sakit sebagian besar menyatakan bahwa secara hirarki prosedur kerja sudah
ada yang baku untuk dipedomani dalam pemberian pelayanan kepada pasien rawat inap dari manajemen rumah sakit maupun komite medis, namun masih ada sebagian
dokter menganggap prosedur tersebut hanya sebatas himbauan tapi bukan keharusan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg dalam Luthans 2003, prosedur kerja dan pemberian evaluasi serta
informasi secara tepat kepada pekerja juga berpengaruh terhadap motivasi pekerja. Hal senada juga dikemukakan oleh Handoko 2001, mengungkapkan bahwa
prosedur kerja yang ditetapkan merupakan batas bagi keputusan, menentukan apa yang dapat di buat dan menutup apa yang tidak dapat dibuat. Dengan cara ini,
kebijaksanaan menyalurkan pemikiran para anggota organisasi agar konsisten dengan tujuan organisasi.
g. Motivasi Ekstrinsik Indikator Status
Hasil penelitian tentang motivasi ekstrinsik indikator status, diketahui bahwa jawaban responden mayoritas setuju dari aspek; jabatan dalam memberikan
pelayanan di rumah sakit Tabel 4.14. Berdasarkan skor rata-rata indikator status sebesar 9,0 merupakan urutan ke dua tertinggi, berbeda dengan mean teoritik sebesar
12,0 Tabel 4.15. Hasil analisis penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa, tidak ada klasifikasi khusus, dan tidak ada hak-hak istimewa, dalam memberikan pelayanan
kepada pasien rawat inap. Dokter bekerja sesuai dengan statusnya sebagai dokter. Menurut Herzberg dalam Luthans 2003, status merupakan posisi atau
peringkat yang ditentukan secara sosial yang diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok dari orang lain. Status pekerja memengaruhi motivasinya dalam
bekerja. Status pekerja yang diperoleh dari pekerjaannya antara lain ditunjukkan oleh klasifikasi jabatan, hak-hak istimewa yang diberikan serta peralatan dan lokasi kerja
yang dapat menunjukkan statusnya.
5.3 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Dokter dalam Memberikan Pelayanan Kepada Pasien Rawat Inap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara univariat rata-rata skor lingkungan kerja 36,13 berbeda dengan mean teoritik 64,0 Tabel 4.22, namun diatas
skor rata-rata 32, hal ini memberikan gambaran bahwa lingkungan kerja belum sepenuhnya baik karena hampir sama dengan skor rata-rata.
Hasil uji secara multivariat menggunakan uji regresi berganda menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja dokter
dalam memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBukit Barisan Medan dengan nilai p=0,0000,05 Tabel 4.33,
artinya semakin baik lingkungan kerja maka kinerja dokter semakin optimal dalam memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap.
Lingkungan kerja dalam organisasi merupakan faktor penting yang menentukan kehidupan suatu organisasi. Seperti yang dikemukan oleh Gibson et al,
2003 bahwa iklim organisasi adalah sifat lingkungan kerja atau lingkungan psikologis dalam organisasi yang dirasakan oleh para pekerja atau anggota organisasi
dan dianggap dapat memengaruhi sikap dan perilaku pekerja terhadap pekerjaannya. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Westerman dan Simmons
2007, tentang efek lingkungan kerja terhadap hubungan kinerja dan kepribadian di Amerika Serikat bagian barat terhadap karyawan dari delapan organisasi perusahaan
menunjukkan bahwa lingkungan kerja organisasi yang makin efektif akan meningkatkan kinerja karyawan
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Sedarmayanti 2001, yang mengungkapkan bahwa lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang
berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan dengan bawahan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Sitanggang 2012 tentang Pengaruh Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian
Rekam Medis di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan, menyimpulkan bahwa variabel iklim organisasi lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap
kinerja dokter dalam pengisian rekam medis. Pembahasan variabel lingkungan kerja dalam penelitian ini dengan indikator
a struktur kerja, b tanggungjawab, c perhatian dan dukungan pimpinan, d kerjasama kelompok kerja, e kelancaran komunikasi diuraikan secara deskriptif
sebagai berikut:
a. Lingkungan Kerja Indikator Struktur kerja