Pelayanan Kesehatan Kerangka Konsep

b. Tanggung jawab, yaitu sejauh mana karyawan merasakan bahwa karyawan mengerti tanggungjawab atas tindakan mereka. c. Perhatian dan dukungan pimpinan, yaitu sejauh mana karyawan merasakan bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan, keyakinan serta menghargai mereka. d. Kerjasama kelompok kerja, yaitu sejauh mana karyawan merasakan ada kerjasama yang baik diantara kelompok yang ada. e. Kelancaran komunikasi, aitu sejauh mana karyawan merasakan komunikasi yang baik, terbuka dan lancar, baik antar teman sekerja ataupun dengan pimpinan. Hasil penelitian Westerman dan Simmons 2007, tentang efek lingkungan kerja terhadap hubungan kinerja dan kepribadian di Amerika Serikat bagian barat terhadap karyawan dari delapan organisasi perusahaan menunjukkan bahwa lingkungan kerja organisasi yang makin efektif akan meningkatkan kinerja karyawan. Penelitian ini menduga bahwa situasi lingkungan kerja yang tidak efektif dalam suatu organisasi secara langsung membebani kinerja karyawan tanpa predisposisi kepribadian.

2.4 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat Mukti, 2007. Menurut Azwar 2000 terdapat beberapa syarat pelayanan kesehatan yang baik, antara lain yaitu : a. Tersedia dan berkesinambungan Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat dibutuhkan b. Dapat diterima dan wajar Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat c. Mudah dicapai Pelayanan kesehatan yang baik mudah dicapai accesible oleh masyarakat d. Mudah dijangkau Dari sudut biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat e. Bermutu Menunjukkan tingkat kesempurnaan dalam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan serta tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar yang telah ditetapkan.

2.5 Dokter

2.5.1 Pengertian Dokter

Pengertian dokter sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang–undangan. Menurut Iswandari 2006, strategi WHO yang dikenal dengan sebutan Five Stars Doctor dimana setiap dokter diharapkan dapat berperan: a. Sebagai health care provider yang bermutu, berkesinambungan dan komprehensif dengan mempertimbangkan keunikan individu, berdasarkan kepercayaan dalam jangka panjang, b. Sebagai decision maker yang mampu memilih teknologi yang tepat dengan pertimbangan etika dan biaya, c. Sebagai communicator, yang mampu mempromosikan gaya hidup sehat melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE serta memberdayakan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, d. Sebagai community leader, yang mampu memperoleh kepercayaan, membangun kesepakatan tentang kesehatan serta berinisiatif meningkatkan kesehatan bersama, e. Sebagai manager, yang mampu menggerakkan individu dan lingkungan demi kesehatan bersama dengan menggunakan data yang akurat. Hak dan kewajiban yang timbul dalam hubungan pasien dengan dokter meliputi 1 penyampaian informasi dan 2 penentuan tindakan. Pasien wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan keluhannya dan berhak menerima informasi yang cukup dari dokter right to information serta berhak mengambil keputusan untuk dirinya sendiri right to self determination. Di sisi lain dokter berhak mendapatkan informasi yang cukup dari pasien dan wajib memberikan informasi yang cukup pula sehubungan dengan kondisi serta akibat yang akan terjadi. Selanjutnya dokter berhak mengusulkan yang terbaik sesuai kemampuan dan penilaian profesionalnya ability and judgement dan berhak menolak bila permintaan pasien dirasa tidak sesuai dengan norma, etika serta kemampuan profesionalnya. Selain itu, dokter wajib melakukan pencatatan rekam medik dengan baik dan benar Iswandari, 2006. Menurut Budiarso 2007, pada beberapa dekade tahun yang lalu hubungan antara rumah sakit selaku produsen jasa layanan kesehatan dan penderita selaku konsumen belum harmonis. Pada waktu memerlukan layanan kesehatan pada sebuah rumah sakit, seorang pasien hanya mempunyai hak untuk menentukan ke rumah sakit mana pasien tersebut akan pergi. Setelah itu pasien harus menurut tentang semua hal kepada dokter dan rumah sakit tempat pasien dirawat, pemeriksaan dan pengobatan apa saja yang harus dijalaninya tanpa didengar pendapatnya. Namun saat ini sudah banyak dicapai kemajuan hubungan antara rumah sakit dan pasien, sudah merupakan kejadian yang biasa bahwa seorang pasien menuntut rumah sakit atas layanan yang dia terima. Akibat dari hal itu, dokter dan rumah sakit sudah lebih hati-hati dalam melaksanakan kegiatan profesinya. Dalam hal ini rumah sakit berusaha benar untuk dapat diakreditasi disamping ini merupakan pengakuan atas kualitas produk jasa layanan kesehatan yang dihasilkan. Kegiatan ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan ditanggung rumah sakit, di lain pihak pasien akan menikmati layanan kesehatan yang lebih meningkat mutunya.

2.5.2 Komite Medik

Dokter di Rumah sakit adalah koodinator pelayanan medis bagi pasien. Meskipun dokter tidak dapat bekerja sendiri untuk tugas tugasnya itu, dokter diakui memiliki peran sentral dalam membentuk citra dan kinerja rumah sakit. Semua dokter di rumah sakit tergabung dalam Komite Medik. Berdasarkan Keputusan Menkes No. 983 Tahun 1993 menyebutkan bahwa “ Komite Medik adalah kelompok tenaga medik yang keanggotaannya dipilih dari anggota staf medik fungsional dan bertanggung jawab kepada direktur ”. Tugas Komite Medik : 1. Memberi pertimbangan kepada direktur dalam hal : a. Standar pelayanan medis, b. Pengawasan dan penilaian mutu pelayan medik, c. Hak klinis khusus kepada satuan medik profesional dalam program pelayanan, d. Pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan. 2. Memberi pertimbangan kepada direktur dalam hal : a. penerimaan tenaga medik untuk bekerja di rumah sakit dan b. bertanggung jawab tentang pelaksanaan etika profesi Soeroso, 2002. 2.6 Rumah Sakit

2.6.1 Pengertian Rumah Sakit

Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sebagai upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara paripurna, maka rumah sakit harus memiliki komponen pelayanan. Menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009, komponen pelayanan di rumah sakit mencakup 20 pelayanan sebagai berikut: 1 administrasi dan manajemen, 2 pelayanan medis, 3 pelayanan gawat darurat, 4 kamar operasi, 5 pelayanan intensif, 6 pelayanan perinatal risiko tinggi, 7 pelayanan keperawatan, 8 pelayanan anastesi, 9 pelayanan radiologi, 10 pelayanan farmasi, 11 pelayanan laboratorium, 12 pelayanan rehabilitasi medis, 13 pelayanan gizi, 14 rekam medis,15 pengendalian infeksi di rumah sakit, 16 pelayanan sterilisasi sentral,17 keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana alam, 18 pemeliharaan sarana, 19 pelayanan lain, dan 20 perpustakaan. Menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009 pengertian Rumah Sakit adalah sebagai berikut : a. Rumah Sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan. b. Rumah Sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. c. Rumah Sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. d. Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.

2.6.2 Fungsi Rumah Sakit

Fungsi rumah sakit tidak secara keseluruhan dapat dilakukan oleh seluruh rumah sakit milik pemerintah atau swasta, tetapi tergantung pada klasifikasi rumah sakit. Berdasarkan klasifikasi rumah sakit dapat diketahui bahwa rumah sakit dengan kategorikelas A, mempunyai fungsi, jumlah dan kategori ketenagaan, fasilitas, dan kemampuan pelayanan yang lebih besar daripada rumah sakit dengan kelas lainnya yang lebih rendah, seperti klas B, C, dan kelas D Undang-Undang No. 44 tahun 2009.

2.6.3 Rawat Inap

Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta Puskesmas perawatan dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap Muninjaya, 2004. Sedangkan menurut Wiyono 2000, pelayanan rawat inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan atau kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur. Batasan tempat tidur adalah tempat tidur yang tercatat dan tersedia di ruang rawat inap 2.7 Landasan Teori Kinerja secara teoritis dalam penelitian ini mengacu kepada grand teori model teori kinerja Gibson et al. 2003, teori ini menyatakan ada 3 variabel penting yang memengaruhi kinerja seseorang, yaitu 1 variabel individu 2 variabel psikologis dan 3 variabel organisasi. Secara psikologis kinerja seseorang secara individu dalam organisasi dipengaruhi oleh motivasi. Pengukuran kinerja diukur secara kualitas dan kuantitas kerja mengacu kepada teori Schermerhorn, Hunt, dan Osborn, dalam Rivai 2005. Teori motivasi yang digunakan dalam penelitian mengacu kepada teori motivasi Herzberg dalam Hasibuan 2005, meliputi motivasi intrinsik: a Tanggung jawab, b prestasi yang diraih, c pengakuan orang lain, d pekerjaan itu sendiri, e kemungkinan pengembangan, f kemajuan. Sedangkan motivasi ektstrinsik meliputi: a gaji, b keamanan dan keselamatan kerja, c kondisi kerja, d hubungan kerja, e prosedur perusahaan dan f status. Teori lingkungan kerja yang digunakan dalam penelitian mengacu kepada teori Gibson et al. 2003, meliputi : a struktur kerja, b tanggungjawab, c perhatian dan dukungan pimpinan, d kerjasama kelompok kerja, e Kelancaran komunikasi. Adapun landasan teori dirangkum pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Landasan Teori Sumber : Herzberg dalam Hasibuan 2005, dan Gibson et al.2003

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori maka dapat digabungkan menjadi suatu pemikiran yang terintegrasi. Pemikiran yang terintegrasi tersebut merupakan kerangka konsep dalam penelitian ini dengan model sebagai berikut : Variabel independen X Variabel dependen Y Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Motivasi a. Intrinsik b. Ekstrinsik Kinerja a. Kualitas kerja b. Kuantitas kerja Kinerja Dokter Motivasi X 1 Lingkungan Kerja X 2 Lingkungan Kerja a. Struktur kerja b. Tanggungjawab c. Perhatian dan dukungan pimpinan d. Kerjasama kelompok kerja e. Kelancaran komunikasi

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei explanatory, yang bertujuan menganalisis pengaruh motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja Dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBukit Barisan Medan. Survei explanatory adalah penelitian yang dirancang untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa Singarimbun, 1995.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan, dengan melihat kecenderungan rumah sakit memiliki BOR yang relatif rendah selama 2 tahun terakhir.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan survei awal sampai seminar hasil penelitian terhitung mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dokter di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBB Medan berjumlah 61 orang dan seluruh populasi dijadikan

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013

0 66 129

Tingkat Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk.II Putri Hijau Medan

9 88 58

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I / Bukit Barisan Medan

9 91 125

Pengaruh Motivasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Dokter Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau KESDAM I/ Bukit Barisan Medan

5 97 170

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Pasien Rawat Inap Ruangan Kelas I di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan

1 47 174

Analisa Stress Kerja Pada Kondisi Dan Beban Kerja Perawat Dalam Klasifikasi Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumkit TK II Putri Hijau KESDAM I/BB Medan

0 30 113

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan 2.1.1 Pengertian Kepuasan - Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I / Bukit Barisan Medan

0 0 26

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I / Bukit Barisan Medan

0 0 9

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I / Bukit Barisan Medan

0 1 21

KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Dokter dalam Memberikan Pelayanan Kepada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam IBukit Barisan Medan

0 1 37