Kapasitas Produksi Biaya Harga Pokok Biaya Harga Jual Produksi

D. Analisis Keputusan

Mutu suatu bahan pangan dapat diketahui berdasarkan tiga sifat yaitu : kimia, fisik, dan organoleptik. Diterima atau tidaknya bahan atau produk pangan oleh konsumen lebih banyak ditentukan oleh faktor sifat organoleptiknya, karena berhubungan langsung dengan selera konsumen Mangkusubroto, 1987. Pemilihan alternatif pada roti manis dilakukan berdasarkan hasil analisis kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar β-Karoten, volume pengembangan, jumlah pori, dan uji organoleptik meliputi, rasa, warna, aroma, dan tekstur. Berdasarkan hasil analisis dari sembilan kombinasi perlakuan substitusi tepung labu kuning 30 dan penambahan gliserol monostearat GMS 1 dengan kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar β-Karoten, volume pengembangan, jumlah pori, dan uji organoleptic meliputi, rasa, warna, aroma, dan tekstur, merupakan produk yang disukai oleh konsumen sehingga dapat memberi keuntungan. Dari masing-masing data tersebut dapat diperoleh yang terbaik, dimana aspek kualitas merupakan prioritas utama dari analisis keputusan karena berhubungan dengan konsumen. Alternatif selanjutnnya akan dilanjutkan dengan analisis finansial.

E. Analisis Finansial

Perhitungan analisis finansial dilakukan untuk produk roti manis dengan perlakuan substitusi tepung labu kuning 30 dan penambahan gliserol monostearat GMS 1.

1. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi direncanakan tiap hari memerlukan bahan baku tepung terigu dan tepung labu kuning serta bahan penunjang gula, garam, susu skim, shortening, telur, dan ragiyeast. Tiap hari dihasilkan roti manis sebanyak 20,9 kg. Apabila satu bungkus berisi 209gr roti manis, setiap hari dihasilkan 100 bungkus sroti manis. Satu tahun dihasilkan 6520 kg atau 312.000 bungkus. Data kapasitas produksi lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 10. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Biaya

Biaya produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan suatu usaha. Biaya produksi terdiri dari biaya tidak tetap dan biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dalam jangka waktu tertentu tidak berubah mengikuti perubahan tingkat produksi. Biaya tetap bersifat konstan pada relevan range tertentu. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya berubah sejalan dengan tingkat produksi yang dihasilakan Susanto, 1994. Secara singkat total biaya per tahun dari industry roti manis adalah sebagai berikut : Total Biaya produksi = Biaya tetap + Biaya TidakTetap = Rp 43,904,913.94 + Rp 288,738,762 = Rp 332,643,675.94 Perincian total biaya produksi tiap tahun dapat dilihat pada lampiran 10.

3. Harga Pokok Biaya

Berdasarkan kapasitas produksi tiap tahun dan biaya produksi tiap tahun, maka dapat diketahui harga tiap kemasan ; Harga pokok = Total biaya produksi Kapasitas produksitahun = Rp. 332,643,675.94 31,200 = Rp 10,661.66 = 10,700bungkus Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4. Harga Jual Produksi

Harga jual diperoleh berdasarkan dari harga pokok produk, keuntungan yang ingin dicapai ditambah pajak. Keuntungan yang ingin dicapai sebesar 30 dari harga pokok dan pajak sebesar 10 dari harga pokok ditambah laba. Harga jual = Harga pokok + Keuntungan 30 +Pajak 10 = Rp. 10,661.66 + Rp 30 x 10,661.66 + 10x 10,661.66 = Rp. 10,661.66 + Rp. 31,984.98 + 10,661.66 = Rp. 14,926.32 = Rp. 15.000bungkus Jadi harga jual roti manis 15.000bungkus

4.1. Penetuan Break Even Point BEP

Suatu studi kelayakan merupakan pekerjaan membuat ramalan atau taksiran yang didasarkan atas angapan-angapan yan tidak selalu bias dipenuhi. Konsekuensinya ialah bias terjadi penyimpangan-penyimpangan. Salah satu penyimpangan itu ialah apabila pabrik berproduksi di bawah kapasitasnya. Hal ini menyebabkan pengeluaran yang selanjutnya mempengaruhi besarnya keuntungan. Suatu analisis yang menunjukkan hubungan antara keuntungan, volume produksi dan hasil penjualan adalah penentuan Break Event Point BEP. Break Event Point adalah suatu keadaan tingkat produksi tertentu yang menyebabkan besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan besarnya niali atau hasil penjualan. Jadi pada keadaan tersebut perusahaan tidak mendapat keuntungan juga tidak mengalami kerugian. Untuk memperoleh keuntungan maka usaha tersebut harus ditingkatkan dari penerimaanya harus berada di atas titik tersebut. Penerimaan dari penjualan dapat ditingkatkan melalui 3 cara, yaitu menaikkan harga jual perunit, menaikkan volume penjualan dan menaikkan harga jualnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Penetuan BEP dapat dikerjakan secara aljabar atau grafik. Dalam penentuan BEP secara aljabar didasarkan atas hubungan antara nilai penjualan, biaya produksi keseluruhan biaya tetap + biaya tidak tetap dan volume produksi Susanto,1994. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 10 diperoleh BEP roti manis yaitu : a. Biaya Titik Impas = Rp. 115,541,892.31 b. BEP = 24,81 c. Kapasitas Titik Impas = 7,740.82 unittahun Kapasitas titik impas adalah jumlah produksi yang harus dilakukan untuk mencapai titik impas tersebut. Jadi produksi roti manis mencapai keadaan impas jika produksinya sebesar 7,740.82 kgtahun, dengan kapasitas normal sebanyak 312.000 kgtahun, hal ini berarti produksi roti manis memperoleh keuntungan karena produksinya diatas kapasitas titik impas. Grafik BEP dapat dilihat pada lampiran 10.

4.2. Net Present Value NPV

Net Present Value merupakan selisih antara nilai penerimaan sekarang dengan nilai biaya sekarang. Bila dalam analisa diperoleh nilai NPV lebih besar dari 0 nol, berarti proyek layak untuk dilaksanakan, jika dalam perhitungan diperoleh NPV lebih kecil dari 0 nol, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan Susanto, 1994. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 10 tentang perhitungan NPV pada produk roti manis adalah sebesar 140,249,344

4.3. Gross Benefit Cost Ratio Gross BC Ratio

Merupakan perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya kotor yang telah di present valuekan dirupiahkan sekarang. Proyek akan dipilih apabila nilai Gross BC ≥ 1 maka tidak akan dipilih. Berdasarkan lampiran 10 diperoleh nilai Gross BC sebesar 1.1410. Hal ini berarti proyek ini dapat diterima dan layak dijalankan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.4. Payback Periode PP

Merupakan perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan modal yang ditanam pada proyek. Nilai tersebut dapat berupa prosentase maupun waktu baik tahun maupun bulan. Payback Periode tersebut harus lebih kecil dari nilai ekonomis.Untuk industri pertanian diharapkan nilai tersebut lebih kecil 10 tahun atau sedapat mungkin kurang dari 5 tahun. Berdasarkan perhitungan Lampiran 10 diperoleh nilai PP sebesar 4,1 tahun. Umur ekonomis proyek direncanakan lebih kecil 10 tahun atau mungkin kurang dari 5 tahun. Hal ini berartii investasi pada proyek ini dapat diterima karena nilai PP lebih besar dari pada umur ekonomis.

4.5. Internal Rate of Return IRR

Internal Rate of Return IRR merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan persamaan antara nilai penerimaan bersih sekarang dengan jumlah investasi modal awal dari suatu proyek sedang dikerjakan. Kriteria ini memberikan pedoman bahwa proyek akan dipilih apabila IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku, sedangkan bila IRR lebih kecil dari suku bunga bank yang berlaku maka proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dilakasnakan. Berdasarkan Lampiran 10 diperoleh IRR sebesar 23.594 . Hal ini berarti proyek ini dapat diterima karena nilai IRR lebih besar daripada suku bunga yang dikehendaki 20 per tahun. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 56

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan substitusi tepung labu kuning dan penambahan gliserol monostearat terhadap kadar air, kadar protein β- Karoten, volume pengembangan dan jumlah pori pada roti manis. Tidak terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan substitusi tepung labu kuning dan penambahan gliserol monostearat terhadap kadar abu pada roti manis. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan substitusi tepung labu kuning 30 dan penambahan gliserol monostearat 1 terhadap kadar air 34,85, kadar abu 2,83, kadar protein 8,53 , kadar β-karoten 13750,15 µg100g, volume pengembangan 123,00, jumlah pori 25,30 mmcm 2 . Hasil rata-rata uji hedonik menunjukkan nilai rasa 125 suka, warna 134,5 suka, aroma 122 suka, dan tekstur 132 sangat suka. 3. Hasil analisis finansial menyimpulkan bahwa perusahaan roti manis dengan perlakuan substitusi tepung labu kuning dan penambahan gliserol monostearat layak diproduksi karena net BC lebih besar dari satu, yaitu 1.1410 dan NPV lebih besar dari nol, yaitu Rp. 140,249,344, sedangkan IRR sebesar 23,594 lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Setiap tahun proyek ini mendapat nilai keuntungan bersih sebesar Rp 86,487,355.74 dengan nilai BEP Rp 115,541,892.31 atau 24,81 dengan kapasitas titik impas 7,740.82 unittahun. Perusahaan ini melakukan pengembalian modal dalam jangka waktu sekitar 4,1 tahun. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.